Hari minggu kemarin saya berkesempatan menonton film Hafalan Sholat Delisa. Bagi penggemar novel bergenre religi terbitan Republika pasti sudah tidak asing dengan judul film yang satu ini. Yup benar, seluruh skenario dan judul film tersebut diambil dari novel hebat karya Tere Liye itu.
Novel garapan Tere Liye berjudul Hafalan Sholat Delisa ini sebenarnya adalah novel lama. Kalau tidak salah, cetakan pertama diterbitkan pada tahun 2005. Namun saya baru mulai membaca dan menyelesaikannya pada tahun 2011 kemarin. Sebenarnya saya cukup terbilang baru mengenal novel-novel dari Tere Liye. Seingat saya Novel Tere Liye yang pertama saya baca adalah Bidadari Bidadari Surga. Berikutnya baru novel Delisa ini.
Novel ini sebenarnya sudah lama tergeletak begitu saja di rumah. Jujur saya cukup lama menyelesaikannya. Kalau mau dibandingkan dengan novel Bidadari Bidadari Surga, kualitasnya menurut saya masih satu kelas dibawah.
#Teknik Animasi
Terus terang ketika mendengar pertama kali novel Hafalan Sholat Delisa akan difilmkan, hal pertama terbesit di pikiran ini adalah bagaimana dengan beberapa penggambaran model tsunami? Bagaimana film ini akan menggambarkan kondisi Lhok Nga yang luluh lantak? helikopter-helikopter militer yang berseliweran diatas kota, dan yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana film ini menggambarkan gagahnya kapal induk Amerika Serikat?. Padahal di kapal induk inilah Delisa kecil yang malang itu dirawat. Kita cukup tahu, sejauh ini kualitas sinetron lokal terbilang menyedihkan dalam menggabungkan antara animasi dengan kondisi real.
Namun semua rasa penasaran yang menggumpal di kepala ini ternyata berakhir dengan rasa takjub bercampur rasa bangga. Pada film ini terdapat infiltrasi teknik animasi yang cukup hebat. Penggambaran Tsunami, kondisi tanah Lhok Nga dengan perahu dan tembok rumah berhamburan, helikopter-helikopter militer, dan kapal induk US tergambarkan dengan baik. Kalau teman-teman penasaran, silahkan nonton filmnya yah ^_^.
#Keselarasan Film dengan Novel
Di film ini terdapat beberapa perbedaan cerita jika dibandingkan dengan di novel aslinya.
Berikut beberapa perbedaan yang masih tertinggal di ingatan saya :
1. Lokasi Delisa dirawat pasca hantaman badai Tsunami yang meluluh-lantakkan kota Lhok Nga. Jika teman-teman jeli membaca novelnya, maka akan kita temui bahwa Delisa ditemukan oleh prajurit Smith di sebuah semak belukar yang kemudian dibawa ke kapal induk Amerika Serikat untuk mendapat perawatan intensif. Namun di film ini Delisa malah dirawat di sebuah rumah sakit di darat. Yaa.. wajar sih ^_^.
2. Menghilangnya tokoh Kak Ubai yang menurut saya cukup punya peran di dalam novel.
3. Keanehan ustadz Rahman yang diceritakan menyukai kak Sofie. Padahal di novel, orang yang diceritakan suka dengan kak sofie adalah Kak Ubai yang seorang relawan.
4. Kemampuan bahasa Inggris ustadz Rahman yang lebih bagus daripada Abi Usman. Bagiku ini agak aneh dan terlihat lucu. Jelas-jelas Abi Usman bekerja di kapal dagang laut lepas yang sering berinteraksi dengan orang asing, harusnya bahasa Inggrisnya lebih baik. Sedangkan ustadz Rahman adalah pengajar anak-anak mengaji di sebuah dusun di Lhok Ngga. Yaa.. mungkin ustadz Rahman pernah tinggal di luar negeri kali ya?! ^_^
5. Pada film ini juga tidak diceritakan mengenai masuknya prajurit Adam Smith kepada islam setelah kejadian penemuan Delisa di sebuah semak belukar. Setelah menjadi mualaf, namanya kemudian berubah menjadi prajurit Salam.
6. Di novel, kepala Delisa harusnya dibuat botak supaya memudahkan perawatan. Namun di film ini, rambut Delisa masih tergerai panjang. Tapi kasihan juga sih jika rambut dek pemeran Delisa yang bagus itu musti di potong dan dibotakin gara-gara main film ini ^_^.
#Segi Akting
Dari segi akting, saya cukup salut dengan apa yang diperankan seorang Reza Rahadian. Dia sangat baik memerankan seorang Abi Usman. Terlebih ketika kejadian Delisa terus-menerus mengkritik masakan Abi yang tidak seenak masakan Ummi. Abi kemudian membanting piring plastik yang berisi nasi goreng (yang rasanya aneh itu) hingga berhamburan di lantai kayu. Ketika itu saya melihat naturalitas seorang Abi usman yang manusiawi. Ditinggal ketiga anak dan juga istrinya. Apa yang ada di dalam kepalanya saat itu? Sedih, marah, ataukah rasa syukur karena masih dipertemukan kembali dengan putri bungsunya (Delisa) meski kakinya tinggal satu.
#Kesimpulan
Secara keseluruhan film ini cukup merepresentasikan novelnya. Hanya beberapa bagian saja yang mengalami perubahan. Dari segi kesan yang dihasilkan, maka bagi saya film ini sangat sendu dan melankolis. Bagi yang melankolis, maka bersiaplah menangis di sepanjang film ini diputar. Karena itu yang terjadi dengan wanita manis yang duduk disamping saya ^_^. Walaupun lebih banyak sendunya, namun bagi yang suka humor, banyak juga lho kesan lucu yang dihasilkan. Kalau kita sudah baca novelnya, maka kita akan tahu bagian mana saja yang lucu, dan sekali lagi.. itu berhasil diperankan dengan baik di film ini.
Novel garapan Tere Liye berjudul Hafalan Sholat Delisa ini sebenarnya adalah novel lama. Kalau tidak salah, cetakan pertama diterbitkan pada tahun 2005. Namun saya baru mulai membaca dan menyelesaikannya pada tahun 2011 kemarin. Sebenarnya saya cukup terbilang baru mengenal novel-novel dari Tere Liye. Seingat saya Novel Tere Liye yang pertama saya baca adalah Bidadari Bidadari Surga. Berikutnya baru novel Delisa ini.
Novel ini sebenarnya sudah lama tergeletak begitu saja di rumah. Jujur saya cukup lama menyelesaikannya. Kalau mau dibandingkan dengan novel Bidadari Bidadari Surga, kualitasnya menurut saya masih satu kelas dibawah.
#Teknik Animasi
Terus terang ketika mendengar pertama kali novel Hafalan Sholat Delisa akan difilmkan, hal pertama terbesit di pikiran ini adalah bagaimana dengan beberapa penggambaran model tsunami? Bagaimana film ini akan menggambarkan kondisi Lhok Nga yang luluh lantak? helikopter-helikopter militer yang berseliweran diatas kota, dan yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana film ini menggambarkan gagahnya kapal induk Amerika Serikat?. Padahal di kapal induk inilah Delisa kecil yang malang itu dirawat. Kita cukup tahu, sejauh ini kualitas sinetron lokal terbilang menyedihkan dalam menggabungkan antara animasi dengan kondisi real.
Namun semua rasa penasaran yang menggumpal di kepala ini ternyata berakhir dengan rasa takjub bercampur rasa bangga. Pada film ini terdapat infiltrasi teknik animasi yang cukup hebat. Penggambaran Tsunami, kondisi tanah Lhok Nga dengan perahu dan tembok rumah berhamburan, helikopter-helikopter militer, dan kapal induk US tergambarkan dengan baik. Kalau teman-teman penasaran, silahkan nonton filmnya yah ^_^.
#Keselarasan Film dengan Novel
Di film ini terdapat beberapa perbedaan cerita jika dibandingkan dengan di novel aslinya.
Berikut beberapa perbedaan yang masih tertinggal di ingatan saya :
1. Lokasi Delisa dirawat pasca hantaman badai Tsunami yang meluluh-lantakkan kota Lhok Nga. Jika teman-teman jeli membaca novelnya, maka akan kita temui bahwa Delisa ditemukan oleh prajurit Smith di sebuah semak belukar yang kemudian dibawa ke kapal induk Amerika Serikat untuk mendapat perawatan intensif. Namun di film ini Delisa malah dirawat di sebuah rumah sakit di darat. Yaa.. wajar sih ^_^.
2. Menghilangnya tokoh Kak Ubai yang menurut saya cukup punya peran di dalam novel.
3. Keanehan ustadz Rahman yang diceritakan menyukai kak Sofie. Padahal di novel, orang yang diceritakan suka dengan kak sofie adalah Kak Ubai yang seorang relawan.
4. Kemampuan bahasa Inggris ustadz Rahman yang lebih bagus daripada Abi Usman. Bagiku ini agak aneh dan terlihat lucu. Jelas-jelas Abi Usman bekerja di kapal dagang laut lepas yang sering berinteraksi dengan orang asing, harusnya bahasa Inggrisnya lebih baik. Sedangkan ustadz Rahman adalah pengajar anak-anak mengaji di sebuah dusun di Lhok Ngga. Yaa.. mungkin ustadz Rahman pernah tinggal di luar negeri kali ya?! ^_^
5. Pada film ini juga tidak diceritakan mengenai masuknya prajurit Adam Smith kepada islam setelah kejadian penemuan Delisa di sebuah semak belukar. Setelah menjadi mualaf, namanya kemudian berubah menjadi prajurit Salam.
6. Di novel, kepala Delisa harusnya dibuat botak supaya memudahkan perawatan. Namun di film ini, rambut Delisa masih tergerai panjang. Tapi kasihan juga sih jika rambut dek pemeran Delisa yang bagus itu musti di potong dan dibotakin gara-gara main film ini ^_^.
#Segi Akting
Dari segi akting, saya cukup salut dengan apa yang diperankan seorang Reza Rahadian. Dia sangat baik memerankan seorang Abi Usman. Terlebih ketika kejadian Delisa terus-menerus mengkritik masakan Abi yang tidak seenak masakan Ummi. Abi kemudian membanting piring plastik yang berisi nasi goreng (yang rasanya aneh itu) hingga berhamburan di lantai kayu. Ketika itu saya melihat naturalitas seorang Abi usman yang manusiawi. Ditinggal ketiga anak dan juga istrinya. Apa yang ada di dalam kepalanya saat itu? Sedih, marah, ataukah rasa syukur karena masih dipertemukan kembali dengan putri bungsunya (Delisa) meski kakinya tinggal satu.
#Kesimpulan
Secara keseluruhan film ini cukup merepresentasikan novelnya. Hanya beberapa bagian saja yang mengalami perubahan. Dari segi kesan yang dihasilkan, maka bagi saya film ini sangat sendu dan melankolis. Bagi yang melankolis, maka bersiaplah menangis di sepanjang film ini diputar. Karena itu yang terjadi dengan wanita manis yang duduk disamping saya ^_^. Walaupun lebih banyak sendunya, namun bagi yang suka humor, banyak juga lho kesan lucu yang dihasilkan. Kalau kita sudah baca novelnya, maka kita akan tahu bagian mana saja yang lucu, dan sekali lagi.. itu berhasil diperankan dengan baik di film ini.
Nice post, cukup detail analisisnya. Bahkan yang tak terpikirkan oleh saya. Maklum saya bacanya novelnya sudah sejak Maret 2007.hehe.
BalasHapusBtw, "wanita manis yang duduk di samping saya" siapa yaaaa?! ^^
Nice post fin, kayaknya cerita nya begitu sedih. jadi semangat 45 mau baca novel nya hari minggu ini. maklum gak mungkin filmnya diputer disini
BalasHapusciee.. wanita manis. ihhirrr :P
BalasHapusHwaaaa.. setelah baca postingan ini makin sukaaak deh sama Reza Rahadian. menurutku dia emang salah satu aktor 'jaman sekarang' yang benar-benar bisa akting. peran2nya jugak bervariasi, gak melulu jadi orang baik. kereen kereeennn..
kalo mellow gitu aku jadi rada' males nontonnya. malu ntar keluar bioskop mata jadi bengkak. tunggu vcd nya aja kali yaaa.. hehe :p
makasi review film nya mas Fifin :)
@Dwi Yulianti : hayoo tebak siapa dia...
BalasHapus@iput : wah kamu dah punya bukunya put? selamat membaca deh, banyak hikmah yang terkandung didalamnya.
@armae : iya bang reza emang aktingnya oke banget.
klo ga suka film mellow, sukanya pasti horor nih?..
download fin :D
BalasHapusperlu ditonton ne..
BalasHapusdh lama gag k bioskop..smoga sudah tayang di PDG.klo gag nyri bajakan..hehhe
@iput : wah ya nanti put, beberapa bulan kedepan (pasti dah ada bajakannya -asli jangan ditiru yah-), klo skr sih pasti belum adalah lah,,,,
BalasHapus@YouRha The X_PloReR : ayo mbak yourha tonton filmnya, keren dan lucu kok...
jyahhhh... horor lebih gak sukak lagi. dibayar berapapun ogah deh nonton!!!
BalasHapusaku sukaknya film action, sama romance gitu mas. kalo macem tragedi yg tragis gitu, sebenernya sukak sii,. tapi gak sukak kalo pas mellow trus diliatin orang. maluuu.. hihihi :D
@armae : wah suka action ya, pasti suka film-film kungfu gitu. Saya saranin nonton filmnya donni yen yang berjudul "IP Man"
BalasHapussaya tunggu dapet film gratisannya saja deh
BalasHapushehe....
keren analisisnyaa,.. percaya banget klo aktingnya reza bakal bagus, udah kelihatan dari trailernyaa...hmm...membaca buku dengan menonton filmnya pasti bakal berbeda "rasanya", klo baca buku, kita bisa mengimajinasikan sendiri, klo nonton filmnya, kita melihat imajinasi sutradara..jadi kadang kecewa karena imajinasi kita berbeda dengan hasil karya penggarap filmnya..
BalasHapussemoga gap imajinasi saya gak beda jauh dengan filmnya,.belum sempat nonton,..hiks..
Hemh maaf sebelumnya saya belum pernah menonton atau belum pernah membaca cerita ini :d,, tapi pas di siarkan di Tv saya tau : akan tetapi alur ceritanya saya belum tau hehehe,,, keliyatannya bagus sekali ini filmnya =P~. jadi pengen liyat langsung :).
BalasHapus@puchsukahujan : klo nunggu gratisan mungkin beberapa bulan kedepan udah ada versi bajakan. he he
BalasHapus@Ely Meyer : he he..
@ririsnovie : sebenarnya pada awalnya aku juga kurang tertarik nonton filmnya, cuma lagi nemani istri wae sing pengen banget nonton.
Memang paling enak itu nonton film yang kita belum baca novelnya, pasti bakal maknyus banget. Sebagai contoh film 'sang pemimpi' (saya ndak baca novelnya), itu film Indonesia terbaik yang pernah saya tonton di bioskop.
@Seminyak Villa : iya, bagus kok filmnya.
sepertinya selera kita sama, mas.
BalasHapusyang paling saya suka dari tere liye: bidadari bidadari surga..
tapi -jujur- pertama kali baca Delisa, langsung ber-hiks-hiks ria
nice resensi...: )
BalasHapusit's so detail... : )
saya juga paling suka aktingnya Reza Rahardian yg meranin abi usman.
@rumahniefha : bidadari-bidadari surga emang keren banget mbak.
BalasHapus@eteh_etha : siip..
@choirunnangim : yuuk.. segera nonton mbak..
@choirunnangim : eh maaf, sepertinya ini mas ya, he he.
BalasHapusyuuk segera nonton mas ^_^