Rasanya begitu damai, sejuk, tenang, dan jauh dari nuansa kenaifan. Begitulah perasaanku ketika memandangi area persawahan padi yang subur membentang luas yang berjarak hanya sekitar 700 meter dari rumah orang tuaku di Magetan. Sebuah pemandangan eksotis, yang selalu menarik perhatian saya setiap kali pulang ke kampung halaman. Tersimpan begitu banyak kenangan. Tiap kali saya melewati area persawahan ini, seperti ada pointer yang menunjuk ke memory satu demi satu kenangan masa kecilku yang indah.
Jadi ingat dulu disinilah saya bersama teman-teman masa kecil tengah asik mencari ikan belut untuk dijadikan lauk pauk. Ikan yang seringkali mirip dengan ular ini akan muncul banyak ketika pak tani tengah membajak sawahnya. Jaman saya kecil dulu, tanah sawah dibajak menggunakan 'luku' yang terbuat dari kayu kemudian ditarik menggunakan kerbau. Tidak seperti sekarang yang menggunakan mesin diesel membuat ikan belut takut menampakkan diri.
Kami mencari ikan belut dengan beramai-ramai. Ada sekitar sepuluh orang anak ketika itu. Sungguh ramai dan seru sekali. Pak tani pun merasa tidak terganggu dengan keberadaan anak-anak ini. Baginya mungkin ada keuntungan juga yang bisa didapat, selain ada yang menemani membajak sawah, juga ada kaki kecil anak-anak ini yang sedikit banyak membantu proses menggemburkan tanah sawah. Sebuah hubungan dalam kategori simbiosis mutualisme bukan?^_^.
Mencari ikan belut di tengah sawah gampang-gampang susah. Tinggal kita buntuti saja bajak kerbau itu dan meneliti di setiap jengkal tanah sawah yang baru dibajaknya. Disitu pasti sering ada gerakan mirip ular yang berkelok-kelok. Maka bisa dipastikan 95% kemungkinan itu adalah ikan belut. Namun kita juga musti berhati-hati karena masih ada 5% kemungkinan lain bahwa yang bergerak-gerak itu bukan ikan belut melainkan ular. Karena ini juga terjadi pada teman saya. Ketika dia tengah mencoba mengamankan ikan belut yang baru saja ditangkap, namun ternyata itu adalah ular. Sontak dia langsung kaget dan reflek membuang jauh ular tersebut. Meski agak berbahaya, namun disinilah letak zona keasyikannya. Teman-teman yang lain hanya bisa tertawa-tawa melihat kejadian itu.
Setelah ikan belut didapat, biasanya kami akan membawanya ke salah satu rumah teman saya. Maklum kakak perempuan saya sangat anti ikan belut. Tidak rela wajan di rumah menjadi bekas memasak ikan belut yang baginya sangat menjijikkan. Alhasil kami menikmati pesta ikan belut beramai-ramai di rumah tetangga. Sungguh kenangan yang susah untuk dilupakan.
Jadi ingat dulu disinilah saya bersama teman-teman masa kecil tengah asik mencari ikan belut untuk dijadikan lauk pauk. Ikan yang seringkali mirip dengan ular ini akan muncul banyak ketika pak tani tengah membajak sawahnya. Jaman saya kecil dulu, tanah sawah dibajak menggunakan 'luku' yang terbuat dari kayu kemudian ditarik menggunakan kerbau. Tidak seperti sekarang yang menggunakan mesin diesel membuat ikan belut takut menampakkan diri.
Kami mencari ikan belut dengan beramai-ramai. Ada sekitar sepuluh orang anak ketika itu. Sungguh ramai dan seru sekali. Pak tani pun merasa tidak terganggu dengan keberadaan anak-anak ini. Baginya mungkin ada keuntungan juga yang bisa didapat, selain ada yang menemani membajak sawah, juga ada kaki kecil anak-anak ini yang sedikit banyak membantu proses menggemburkan tanah sawah. Sebuah hubungan dalam kategori simbiosis mutualisme bukan?^_^.
Mencari ikan belut di tengah sawah gampang-gampang susah. Tinggal kita buntuti saja bajak kerbau itu dan meneliti di setiap jengkal tanah sawah yang baru dibajaknya. Disitu pasti sering ada gerakan mirip ular yang berkelok-kelok. Maka bisa dipastikan 95% kemungkinan itu adalah ikan belut. Namun kita juga musti berhati-hati karena masih ada 5% kemungkinan lain bahwa yang bergerak-gerak itu bukan ikan belut melainkan ular. Karena ini juga terjadi pada teman saya. Ketika dia tengah mencoba mengamankan ikan belut yang baru saja ditangkap, namun ternyata itu adalah ular. Sontak dia langsung kaget dan reflek membuang jauh ular tersebut. Meski agak berbahaya, namun disinilah letak zona keasyikannya. Teman-teman yang lain hanya bisa tertawa-tawa melihat kejadian itu.
Setelah ikan belut didapat, biasanya kami akan membawanya ke salah satu rumah teman saya. Maklum kakak perempuan saya sangat anti ikan belut. Tidak rela wajan di rumah menjadi bekas memasak ikan belut yang baginya sangat menjijikkan. Alhasil kami menikmati pesta ikan belut beramai-ramai di rumah tetangga. Sungguh kenangan yang susah untuk dilupakan.
Hiii kayak ular hehe.
BalasHapusTapi sepertinya seru ya main di sawah :)
yup seru banget main di sawah. jaman sekarang sudah jarang banget ditemui. kebanyakan anak suka main game dirumah atau nonton tv
Hapussaya juga suka nyari belut mas, tpi bukan diswah. tpi dirawa2 gtu.hehe
BalasHapustpi saya suka belut kok mas,apalgi digoreng kering tz ksh sambal cabe ijo..mak nyoss deh..#lapar
wah dirawa? banyak ular disitu. nyarinya gimana klo di rawa? dipancing gitu ya. hemm.. iya enak banget digoreng agak garing.
Hapussaya ogah liat belut yang masih hidup, tapi doyan banget makan keripik belutnya
BalasHapushehehe...
wah ndak asih mbak.. kan lebih enak ketika kita makan makanan atas usaha kita sendiri, kita tangkap sendiri.
Hapuskecuali jika memang sudah takut, ya itu perkecualian.^_^