Saya pernah menulis di blog ini sekitar dua tahun yang lalu, bahwasannya ada 2 negara di dunia ini yang berharap bisa saya kunjungi, yaitu Arab Saudi dan Jepang. Mengapa Arab Saudi? ya karena di negara tersebut terdapat dua kota istimewa nan suci yaitu kota Mekkah Al Mukaromah dan Madinah Al Munawaroh. Terkait keinginan berkunjung ke negara Arab Saudi, tentu jangan diniatkan untuk sekedar jalan-jalan saja, namun harus ada misi ruhiyah yang melatarinya yaitu
menunaikan ibadah Umroh atau Haji.
|
Keindahan Negara Matahari Terbit |
Sedangkan keinginan pergi ke Jepang sendiri karena sejak lama saya sudah suka sekali segala hal tentang negara ini. Di beberapa dorama atau anime yang sering saya tonton, disitu sering diperlihatkan bagaimana keindahan budaya jepang, keelokan alamnya, kebersihan dan ketertiban kotanya, juga bagaimana keunikan makanan dan bahasanya. Bahkan ada yang menyebut bahwa negara Jepang dikatakan lebih islami lho bila dibandingkan dengan negara-negara mayoritas muslim yang lain. Oke, orang boleh berpendapat dong dan kita tentu harus menghargai pendapat tersebut.
Yang menarik lagi, kita sebagai muslim juga tidak terlalu kesulitan untuk mendapatkan makanan halal di Jepang. Kita bisa membandingkannya dengan negara Tiongkok yang sudah pernah saya bahas pada
tulisan ini. Di Tiongkok, kita lebih susah mendapatkan makanan halal.
Berbagai hal tentang Jepang diatas, satu hal dengan hal yang lainnya saling mendukung dan melengkapi hingga menjadikan Jepang menjadi salah satu destinasi wisata terbaik di dunia. Itu pendapatku. Maka ketika ada kesempatan untuk berkunjung ke negara Jepang ini, saya pun menyambutnya dengan gembira.
|
Jepang, salah satu destinasi wisata terbaik dunia |
Mengenal 4 Musim di Jepang
Tidak seperti Indonesia yang hanya mengenal 2 musim saja yaitu musim Kemarau dan Penghujan, di Jepang terdapat 4 musim yang bergantian selama setahun yaitu musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut :
- Musim Dingin
Musim dingin di Jepang biasanya dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Suhu udara bahkan bisa mencapai dibawah 0 derajat celcius. Meski suhunya terbilang ekstrim, namun para wisatawan pun ternyata cukup banyak yang ingin berkunjung ke negara ini dikarenakan mereka bisa menikmati keindahan salju yang turun di sebagian wilayah di negara ini.
- Musim Semi
Musim Semi biasanya dimulai pada bulan Maret hingga bulan Juni. Suhu udara berkisar antara 5-18 derajat celcius. Karena kondisi suhu udara yang lebih bersahabat, biasanya banyak wisatawan yang memanfaatkan liburan ke Jepang pada musim semi. Di musim ini juga kita bisa menikmati indahnya bunga sakura yang selama ini menjadi ikon wisata Jepang.
- Musim Panas
Musim panas diawali sekitar bulan Juni hingga bulan September. Suhu udara pada musim ini berkisar 26-34 derajat celcius. Untuk menarik wisatawan tetap tertarik berkunjung ke Jepang, biasanya terdapat berbagai festival kembang api yang memanjakan mata.
- Musim Gugur
Musim gugur dimulai sekitar bulan September hingga bulan Desember. Ciri khas musim gugur adalah perubahan warna daun yang awalnya berwarna hijau berubah menjadi warna merah atau orange. Dan di akhir musim gugur pun, daun-daun itu akan mulai rontok dan berjatuhan ke tanah. Inilah penanda akan dimulainya musim dingin.
Berangkat ke Jepang pada Musim Dingin
Akhir bulan Januari 2019 kemarin saya berkesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Bukan dalam rangka jalan-jalan sih, melainkan mendapat tugas kantor untuk bertemu dan berdiskusi dengan beberapa rekanan perusahaan di negeri sakura tersebut. Tentu saja di tulisan ini saya tidak akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan urusan kantor, tetapi lebih ke berbagi pengalaman tentang pertama kalinya saya ke Jepang. Yeaayy... ^_^
Nah, hal yang harus saya waspadai ketika berkunjung ke Jepang di musim dingin adalah perbedaan suhu yang cukup ekstrim. Bayangkan saja, di Indonesia rata-rata kita terbiasa dengan suhu hangat sepanjang tahun, berkisar 22-32 derajat celcius. Sedangkan di musim dingin Jepang, rata-rata suhu berada di kisaran 0-5 derajat celcius. Sedingin-dinginnya udara di pegunungan, kan juga tidak bisa mencapai 3 derajat celcius kan? Paling masih belasan derajat celcius. Maka dari itu, hal yang menjadi kekhawatiran saya saat itu adalah apakah tubuh saya cukup kuat dengan perubahan suhu yang drastis ini?
Pada tanggal 28 Januari 2019, saya berangkat ke Jepang dengan salah satu rekan di kantor. Kami berangkat memakai maskapai kebanggaan kita bersama, Garuda Indonesia.
|
Tampilan Display Entertainment Garuda Indonesia |
Kami berangkat melalui Bandara International Soekarno Hatta pada pukul 23.40 WIB. Perjalanan Jakarta-Jepang memakan waktu sekitar 7 jam. Kami mendarat di Haneda International Airport sekitar pukul 8 waktu setempat. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Jepang selisih 2 jam. Waktu di Jepang 2 jam lebih cepat bila dibandingkan waktu di Indonesia. Jadi bila saat ini kita berada di Indonesia pukul 10.00 WIB, maka di Jepang akan menujukkan pukul 12.00 waktu setempat.
|
Peta Perjalanan Jakarta-Jepang |
Sesaat sebelum mendarat di Bandara International Haneda, sang Pilot memberikan informasi yang intinya sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara Haneda. Sang pilot menambahkan, bila suhu di permukaan bumi saat itu cukup dingin yakni sekitar 4 derajat celcius. Penumpang yang akan turun di bandara Heneda diharapkan bisa segera mempersiapkan diri untuk menyambut perbedaan suhu tersebut.
Sesaat kemudian, pesawat Garuda Indonesia landing dengan sangat mulus dan jadilah ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Jepang. Rasanya benar-benar luar biasa. Suhu udara yang dingin, suasana yang cukup berbeda menjadikan kesan yang sangat mendalam. Momen yang selama ini saya idam-idamkan dan akan menjadi kenangan manis selama hidup saya.
Tiba Di Jepang
Pada tanggal 29 Januari 2019 pagi hari sekitar pukul 08.30 waktu setempat akhirnya kami mendaratkan kaki di bandara Internasional Haneda. Lokasi bandara Haneda sendiri berada cukup dekat dengan pusat kota Tokyo. Sesampainya di bandara kami terlebih dahulu melakukan proses imigrasi. Setelah proses imigrasi berjalan lancar, kami segera menuju ke tempat penukaran uang. Uang yang kami bawa masih berupa Dollar USD, kami perlu menukarkan ke uang Yen. Untuk kebutuhan sekitar 4 hari di Jepang, saya menukar uang 200 Dollar ke dalam uang Yen.
Selesai menukar uang, kami bergerak menuju stasiun kereta yang juga berada di kawasan bandara ini. Ada 2 jenis kereta yang menuju ke daerah Tokyo dari bandara Haneda, yaitu KRL dan Monorail. Kami memilih naik Monorail menuju Ueno Station di Tokyo.
|
Selepas Mendarat, Melihat-lihat Pesawat Stabling |
Oh iya, untuk bisa naik kereta di Jepang, kita harus memiliki kartu/card yaitu Suica atau Pasmo. Baik Suica atau Pasmo Card bisa kita dapatkan di beberapa titik mesin yang tersedia di dekat stasiun kereta bandara. Kita perlu memasukkan uang Yen di mesin untuk kemudian ditukar dengan kartu Suica dengan nilai saldo yang sesuai dengan nilai yang kita inputkan. Kali ini saya memilih kartu Suica, alasannya sederhana karena rekan saya sudah memiliki kartu Suica dan dipinjamkan ke saya. Saya hanya perlu input saldo saja.
|
Kartu Suica |
Setelah mengisi saldo kartu Suica, kami segera menuju stasiun kereta Monorail yang berada di kawasan bandara ini juga. Tujuan kami adalah stasiun Ueno yang berada di daerah Tokyo.
|
Menanti Kereta Monorail |
Yang menarik dari perkeretaapian di Jepang adalah jadwalnya yang selalu on-time. Jadi jadwal keberangkatan kereta itu bisa dipastikan. Sebagai penumpang, kita dapat memanfaatkan situs
www.hyperdia.com untuk mengetahui jadwal keberangkatan tiap-tiap kereta dari seluruh lokasi di Jepang.
|
Hyperdia untuk Melihat Jadwal Kereta |
|
Salah Satu Tampilan Hasil Search Jadwal Kereta |
Menuju Hotel
Sambil menunggu kereta Monorail datang, saya memilih duduk-duduk sambil melihat-lihat suasana sekitar. Beberapa orang perawakan Jepang juga terlihat sedang menunggu kereta. Jarak antara Haneda dengan Ueno tidak terlalu jauh. Dengan menggunakan monorail mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya kereta Monorail yang kita tunggu-tunggu datang juga. Yei.. saatnya menuju hotel.
Eh ngomong-ngomong, ini pertama kalinya saya naik Monorail lho! Sebenarnya kalau sudah naik ke dalam kereta sih, rasanya ya sama saja. Entah itu Monorail, KRL, LRT, ataupun kereta penumpang biasa. Namun sensasi naik kereta di Jepang inilah yang membuatnya berbeda. Dilihat dari interiornya berbeda, banner/iklannya berbeda, orang-orang di dalamnya pun juga berbeda.
|
Kondisi orang-orang di dalam kereta Monorail |
Monorail melaju dengan kecepatan sedang. Pandanganku aku lempar ke luar jendela, melihat kondisi jalanan di jepang. Tidak banyak mobil yang terlihat di jalanan, karena orang-orang Jepang lebih suka berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Berbeda dengan di Indonesia dimana orang-orang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi. Maka tak heran kita bisa melihat kemacetan yang luar biasa di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di ibu kota Jakarta.
|
Stasiun Ueno, Tokyo |
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di stasiun Ueno, daerah pusat kota Tokyo. Cerita di negeri Sakura inipun dimulai.
To be continued ...
Semoga Allah mudahkan mas fifin untuk melaksanakan ibadah umroh kembali :)
BalasHapusAlvie : Aamiin ya Rabb. Doa yang sama untuk yang mendoakan.
Hapus