Ehm . . . Mungkin Sudah Saatnya . . . Menikah!!
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(Q.S. Ar Rum, 30:21)
Di suatu malam, saat hening menyapa. Satu diantara beribu malam sunyi yang kita lalui, mungkin ada suatu malam saat kita bertanya mengapa kasih sayang orang tua terasa tak lagi mencukupi, atau mungkin derai tawa dan canda sahabat karib tak lagi memberi kesegaran hati. Mungkin di saat itu, Allah Swt. tengah mengetuk hati kita, mengingatkan kita bahwa telah tiba waktunya untuk menikah.
Sebuah pernikahan erat kaitannya dengan akad nikah, yaitu sebuah perjanjian yang hanya berlangsung dalam hitungan detik. Namun jangan salah, perjanjian ini merupakan satu dari tiga perjanjian suci yang disebut mitsaqan ghalizan. Perjanjian berat yang tidak mudah tercerai beraikan serta banyak mengandung konsekuensi. Bayangkan, dalam waktu singkat itu telah terjadi penyerahan tanggung jawab dari orang tua kepada seorang laki-laki atas hidup seorang perempuan. Ditambah lagi, perubahan status hukum dari dua orang asing menjadi satu keluarga sebagai sepasang suami istri. Yang berarti pula, seorang wanita telah merelakan dirinya kepada seorang laki-laki untuk memimpin dirinya dalam menjalani sisa waktu di dunia ini. Ehm . . . so sweet .. . ^ _ ^
Pernah aku membaca dalam sebuah artikel tentang pernikahan, menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik. Kemudian menurut Izzatul Jannah (seorang penulis, red), pernikahan ibaratnya sebuah universitas, letaknya di jalan ikhtiar cinta, blok komunikasi, gang sabar, nomor satu. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang disukai nabi. Dengan menikah seseorang telah menyempurnakan separuh dari agamanya.
Namun, pada umumnya orang selalu merasa terbebani dengan masalah finansial. Berbagai kekhawatiran-kekhawatiran tak jelas sering hadir bagai ilusi yang melemahkan kekuatan niat untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga. Padahal sudah sangat jelas, bahwa Allah akan senantiasa memberi pertolongan dan kemudahan bagi orang-orang yang menjalankan perintah-Nya. Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah, adalah:
1) ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu, yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas(Pemberian-Nya). Lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur:32)
2) ”Ada 3 golongan manusia yang berhak ditolong oleh Allah, yaitu mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya” (Al Hadist).
Dari kedua janji Allah tersebut, membuat hati semakin yakin bahwa pemberian dan karunia Allah itu sangat luas, dan Allah akan memampukan orang-orang yang menikah.
Yup!!!! Mudah-mudahan berkah dan rahmat Allah selalu tercurah untuk setiap pasangan yang menikah karena ingin menyempurnakan ibadahnya . . . Amin.
”Jodoh itu, seperti kata orang, memang di Tangan Tuhan. Tapiii, kalau tidak diambil-ambil, yaaa di Tangan Tuhan terus” kalimat tersebut merupakan kelakar seorang ustadz, yang ditulis Salim A. Fillah dalam bukunya Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah (NPSP). Walau hanya sebuah kata-kata gurauan, namun aku rasa di dalamnya ada motivasi untuk menyegerakannya. Kenapa harus malu, berat, dan takut untuk melaksanakan ibadah (baca:menikah)?? Karena menikah itu menghilangkan dosa dan maksiat. Untuk masalah rezeki, sekali lagi sudah ada yang mengaturnya. Segala kondisi yang menyertai kita, pasti akan ada solusi-solusi yang mengiringinya. Toh, menikah akan membuat kita kaya. Dengan sebaik-baiknya niat, ikhtiar, dan doa . . .sebenarnya menikah itu mudah. Tidak sulit tapi kadang angan dan kekhawatiran kita sendiri yang mempersulitnya. Makanya untuk yang sudah siap untuk apa menunggu dan menunggu . . . Berani untuk membuat keputusan adalah pilihan baik. Niat baik pasti akan selalu mendapat kemudahan-kemudahan dari Allah yang Maha Kaya.
Demikianlah . . .mungkin karena ketukan hati dari Allah, segala perenungan yang mengiringi keinginan, yang membuat diri mulai meretas, meluruskan, dan meneguhkan setangkup niat. Memberi energi berupa kemantapan hati yang menggugurkan keraguan demi keraguan, kekhawatiran demi kekhawatiran, akhirnya dengan Bismillah kuberanikan, bersama doa restu kedua orang tua mengkhitbah ”seorang akhwat”. ”Seseorang” yang insya Allah dapat membantuku, meneguhkan diriku, dan melukis legenda hidup bersamaku . . . amin. (ditulis untuk memotivasi, atas sebuah keputusan besar dalam perjalanan hidupku)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”(Q.S. Ar Rum, 30:21)
Di suatu malam, saat hening menyapa. Satu diantara beribu malam sunyi yang kita lalui, mungkin ada suatu malam saat kita bertanya mengapa kasih sayang orang tua terasa tak lagi mencukupi, atau mungkin derai tawa dan canda sahabat karib tak lagi memberi kesegaran hati. Mungkin di saat itu, Allah Swt. tengah mengetuk hati kita, mengingatkan kita bahwa telah tiba waktunya untuk menikah.
Sebuah pernikahan erat kaitannya dengan akad nikah, yaitu sebuah perjanjian yang hanya berlangsung dalam hitungan detik. Namun jangan salah, perjanjian ini merupakan satu dari tiga perjanjian suci yang disebut mitsaqan ghalizan. Perjanjian berat yang tidak mudah tercerai beraikan serta banyak mengandung konsekuensi. Bayangkan, dalam waktu singkat itu telah terjadi penyerahan tanggung jawab dari orang tua kepada seorang laki-laki atas hidup seorang perempuan. Ditambah lagi, perubahan status hukum dari dua orang asing menjadi satu keluarga sebagai sepasang suami istri. Yang berarti pula, seorang wanita telah merelakan dirinya kepada seorang laki-laki untuk memimpin dirinya dalam menjalani sisa waktu di dunia ini. Ehm . . . so sweet .. . ^ _ ^
Pernah aku membaca dalam sebuah artikel tentang pernikahan, menikah adalah sunnah terbaik dari sunnah yang baik. Kemudian menurut Izzatul Jannah (seorang penulis, red), pernikahan ibaratnya sebuah universitas, letaknya di jalan ikhtiar cinta, blok komunikasi, gang sabar, nomor satu. Jadi ketika seseorang menikah, sungguh ia telah menjalankan sebuah sunnah yang disukai nabi. Dengan menikah seseorang telah menyempurnakan separuh dari agamanya.
Namun, pada umumnya orang selalu merasa terbebani dengan masalah finansial. Berbagai kekhawatiran-kekhawatiran tak jelas sering hadir bagai ilusi yang melemahkan kekuatan niat untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga. Padahal sudah sangat jelas, bahwa Allah akan senantiasa memberi pertolongan dan kemudahan bagi orang-orang yang menjalankan perintah-Nya. Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah, adalah:
1) ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu, yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas(Pemberian-Nya). Lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur:32)
2) ”Ada 3 golongan manusia yang berhak ditolong oleh Allah, yaitu mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya” (Al Hadist).
Dari kedua janji Allah tersebut, membuat hati semakin yakin bahwa pemberian dan karunia Allah itu sangat luas, dan Allah akan memampukan orang-orang yang menikah.
Yup!!!! Mudah-mudahan berkah dan rahmat Allah selalu tercurah untuk setiap pasangan yang menikah karena ingin menyempurnakan ibadahnya . . . Amin.
”Jodoh itu, seperti kata orang, memang di Tangan Tuhan. Tapiii, kalau tidak diambil-ambil, yaaa di Tangan Tuhan terus” kalimat tersebut merupakan kelakar seorang ustadz, yang ditulis Salim A. Fillah dalam bukunya Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah (NPSP). Walau hanya sebuah kata-kata gurauan, namun aku rasa di dalamnya ada motivasi untuk menyegerakannya. Kenapa harus malu, berat, dan takut untuk melaksanakan ibadah (baca:menikah)?? Karena menikah itu menghilangkan dosa dan maksiat. Untuk masalah rezeki, sekali lagi sudah ada yang mengaturnya. Segala kondisi yang menyertai kita, pasti akan ada solusi-solusi yang mengiringinya. Toh, menikah akan membuat kita kaya. Dengan sebaik-baiknya niat, ikhtiar, dan doa . . .sebenarnya menikah itu mudah. Tidak sulit tapi kadang angan dan kekhawatiran kita sendiri yang mempersulitnya. Makanya untuk yang sudah siap untuk apa menunggu dan menunggu . . . Berani untuk membuat keputusan adalah pilihan baik. Niat baik pasti akan selalu mendapat kemudahan-kemudahan dari Allah yang Maha Kaya.
Demikianlah . . .mungkin karena ketukan hati dari Allah, segala perenungan yang mengiringi keinginan, yang membuat diri mulai meretas, meluruskan, dan meneguhkan setangkup niat. Memberi energi berupa kemantapan hati yang menggugurkan keraguan demi keraguan, kekhawatiran demi kekhawatiran, akhirnya dengan Bismillah kuberanikan, bersama doa restu kedua orang tua mengkhitbah ”seorang akhwat”. ”Seseorang” yang insya Allah dapat membantuku, meneguhkan diriku, dan melukis legenda hidup bersamaku . . . amin. (ditulis untuk memotivasi, atas sebuah keputusan besar dalam perjalanan hidupku)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger