Bulan ini tepatnya tanggal 17 Agustus 2009. Bangsa Indonesia tengah memperingati hari kemerdekaan yang ke 64. “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 Kita Tingkatkan Kedewasaan Kehidupan Berpolitik dan Berdemokrasi serta Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional Menuju Indonesia yang Bersatu, Aman, Adil, Demokratis, dan Sejahtera” demikianlah tema kemerdekaan tahun ini. Kira-kira dibuat seperti itu karena pesta demokrasi baru saja digelar di negeri ini. Juga karena pemerintah sedang bekerja keras untuk menstabilkan perekonomian nasional. Diluar bahasan tema tersebut masyarakat tetap antusias memeriahkan kemerdekaan. Rumah-rumah dan instansi-instansi berbenah dan berhias dengan warna merah putih. Tak ketinggalan pendar lampu hias membuat kian meriah. Tentu saja pemandangan tersebut tak hanya terlihat di kota-kota, pelosok desa pun juga tampil cantik dengan kesederhanaannya.
Kemarin saat berkesempatan pulang kampung saya menyaksikan dan turut larut dalam pesta perayaannya. Wah segala bentuk ide ditampilkan untuk menyemarakkan hari besar bangsa ini, mulai dari segala bentuk lomba antar RT, antar desa, antar instansi sampai antar kecamatan. Satu hal yang menarik adalah lomba gerak jalan umum (antar desa, instansi, dan LSM) di kecamatan. Pesertanya mulai bapak-bapak, ibu-ibu, baik yang usianya masih muda maupun sudah setengah baya. Walaupun pelaksanaannya mulai jam 2 siang sampai sore saat panas matahari masih menyengat dan jarak yang ditempuh tidak bisa dibilang dekat, namun semangat mereka luar biasa. Seragam dan gaya mereka pun unik. Ada yang mengenakan seragam seperti orang yang akan berangkat ronda, berselempang sarung, berpeci hitam, juga berkacamata hitam. Gayanya ketika formasi barisan pun membuat penonton di tepi jalan tertawa.
gerak jalan di kampung |
Tidak hanya itu semangat kemerdekaan di desa juga tampak dalam acara jalan sehat keliling desa, dengan doorprize ala kadarnya. Sehari itu mulai pagi hingga siang masyarakat rela meninggalkan sawahnya, mengabaikan cangkul dan bajaknya, menghentikan proses bercocok tanam untuk ikut larut dalam pesta rakyat, pesta kemerdekaan, kemerdekaan yang didapatkan dengan segala perjuangan para pahlawan.
jalan sehat di kampung |
Malam tanggal 17 ada kegiatan lagi, yang juga sudah menjadi rutinitas yaitu tasyakuran satu RT. Acaranya adalah doa bersama di halaman terbuka salah satu warga, beralas tikar beratap langit berbintang. Diikuti oleh seluruh warga satu RT, laki-laki, perempuan, juga anak-anak. Doa bersama yang dipimpin oleh Pak RT itu ditujukan untuk para pejuang dan keselamatan warga desa khususnya dan bangsa pada umumnya. Setelah doa bersama yaitu makan bersama. Dengan menu khas tasyakuran (orang desa menyebutnya cambah pelas) lengkap dengan ayam panggang sumbangan dari beberapa warga. Dalam kesedehanaan itu terasa sekali kebersamaan, rasa syukur atas anugrah yang diberikan oleh Allah. Tak ketinggalan pemberian doorprise dari kas RT. Hadiah-hadiah yang cukup sederhana itu, menambah kemeriahan dan binar kebahagian.
Acara syukuran di desa |
Demikianlah Euforia Kemerdekaan khas kampung yang cukup sederhana, sebagai apresiasi penghargaan terhadap jasa para pejuang, rasa syukur atas kebesaran nikmat yang telah diberikan oleh Allah, juga dimuati oleh sejuta harapan yang sederhana untuk bangsa ini, menjadi bangsa yang adil makmur, gemah ripah loh jinawi . . . amin.
wah,..tampak guyup rukun,..
BalasHapussudah lama tidak melihat perayaan HUT RI di kampung halaman,.
amin,.semoga indonesia menjadi bangsa yang adil dan makmur
yup begitulah suasana kampung yang mana kesederhaannya
BalasHapusbegitu kental sekali.
wah harusnya di ponorogo ada gebyar reog kan ris?