"mas maaf mengganggu sebentar, boleh minta tolong ga?", kata lelaki itu.
"minta tolong apa ya mas", jawabku dengan agak curiga.
"ini saya mau jual beras 5 kg, buat biaya berobat anak saya, anak saya lagi sakit", tambah laki2 itu sambil memelas.
kemudian saya berpikir sejenak, kemudian teringat cerita teman saya yang juga mengalami hal yang mirip ketika itu di angkot ada ibu ibu yang meminta bantuan, selengkapnya disini
"harganya berapa mas berasnya ???" tanyaku kemudian.
"45 ribu saja mas" jawab lelaki itu.
"waduh 45 ribu ya?? uangku kayaknya kagak cukup" gumamku kemudian.
sejenak kuberpikir wah wah ini bandung men ...bukan magetan!!! penipuan kecil mah biasa dikota besar. Kemudian entah kenapa ada rasa suudzon dihati (jangan jangan alasannya anaknya sakit hanya dibuat buat weleh weleh), akhirnya ku berpikir tidak perlu membeli beras itu (karena memang persediaan beras dirumah memang masih cukup banyak, dan pikirku lagi kenapa ga dijual di toko saja kan lebih mudah, kenapa dijualnya pada sosok yang lagi mengendarai sepeda motor lagi memakai helm standart seperti aku). Dan lagi ketika itu suasana lagi 'gopoh' karena harus segera pergi ke kantor 20 menit lagi klo tidak mau terlambat. Meski begitu ada juga rasa iba di hatiku untuk sedikit memberi bantuan, aku mau ngasih 10 atau 15 ribu aja kalau ada dan tak perlu membeli beras itu.
"wah untuk beli beras sebanyak itu aku tidak bisa mas, dan lagian saya harus cepat ke kantor klo ndak ntar terlambat, cuma coba saya lihat dompet dulu mungkin ada 'sedikit' bisa membantu" kata saya kemudian.
kemudian aku buka dompet ada selembar 50 ribu dan selembar 2 ribu akhirnya dengan agak bingung juga dan spontan saya jawab.
"wah tidak ada mas, adanya 2 rb", maksud perkataan ini adalah tidak ada uang 10 rb atau 15 rb untuk bisa aku kasih dia, Entah kenapa hanya saya jawab itu aja dan tidak mengatakan memiliki uang 50 rb juga. Aku pikir jika aku mengatakan ada uang 50 rb juga maka lelaki itu pasti akan tetap mendesak saya supaya membeli berasnya. Dan juga pikirku 'ga punya atau punya' uang di dompet saya sendiri kan juga hak saya ngasih tahu atau tidak. Karena memang uangku ya tinggal itu, klo dihabiskan belum juga gajian masih harus nunggu tanggal 1 besok, nanti berbuka dan sahur makan apa juga (pikirku saat itu sekenanya).
Saya jadi teringat isi ceramah khotbah jumat kemarin dimana kita umat muslim akhir akhir ini manjalani kegiatan sehari-hari selalu diawali dengan suudzon, lihat pengemis.. suudzon, lihat temen tiba2 kaya.. suudzon, lihat tetangga tiba2 beli mobil ..suudzon, pokoknya selalu diawali dengan ...suudzon. Padahal Rosulullah SAW selalu memberikan tauladan supaya lebih mengedepankan berkhusnudzon dari pada suudzon.
Dan dalam Qur'an Surat Hujurat
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.Al Hujurat [49] ayat 12)
Entah kenapa setelah kejadian itu ketika dijalan saya begitu memikirkan hal ini dan menyesal sekali tidak membeli beras itu. Pikirku kemudian ya udah klopun uangnya abis nanti utang sama temen di kantor kan bisa. Ingin sekali saya kembali ke tempat tadi dan mengulang pembicaraan dengan lelaki tadi, jikalau keadaannya tidak lagi 'gopoh' karena dikejar waktu untuk pergi ke kantor mungkin saya akan lebih berpikir jernih ..., kenapa yang terpikir harus membeli semua beras 5 kg itu?? kenapa tidak terpikir olehku untuk membeli misal 2 kg saja...mungkin itu malah bisa membantu...tapi semuanya sudah terlambat, ketika suasana yang sedang terdesak memang kadang hanya rasa enggan yang muncul. Kesempatan besar untuk beramal itu akhirnya saya sia siakan....Ya Allah siapa saya ini,,,?? betapa sombongnya diri ini...??, dengan penyesalan yang sangat, saya hanya bisa berdoa "Ya Rabb ampunilah hambamu yang lemah ini, yang lemah terhadap subhyat syaitan, hambamu yang sombong ini ..!, yang kikir ini ..!, yang bakhil ini..!!, berilah kesempatan umur lagi kepada hambamu ini untuk lebih bisa lebih lemah lembut terhadap saudara sesama muslim, untuk lebih selalu mengedepankan khusnudzon"
Yah semoga ini bisa dijadikan ibroh buat penulis pribadi dan menginspirasi rekan semua akan segala kejadian disekeliling kita yang mungkin sekilas terlihat menipu, tapi sesungguhnya tidak ada satu kejadianpun di dunia ini tanpa sepengetahuan Allah. Yang menggerakkan lelaki pengemis / orang yang minta tolong untuk mendatangi kita tiada lain adalah Allah. Kalaupun memang aslinya orang lain itu menipu, selama niat kita hanya ingin mendapat ridho Allah (Innama A'malu bin Niat) maka tidak ada yang sia sia disisi Allah.
wallahu a'lam bish-shawab. ...
jadi ingat kisah "nenek penjual bunga" yang pernah saya baca di annida ketika SMA. mirip2 bi.
BalasHapuskisah tersebut terjadi pada 10 hari terakhir ramadhan . . .
sang pelaku juga menyesal, tdk memanfaatkan moment tersebut untuk berbaik hati, Sang pelaku (penulisnya) mengatakan bisa jadi itu adalah orang yang diutus oleh Allah. atau malaikat yang diturunkan di akhir ramadhan.
semoga bisa menjadi pelajaran
iya semoga pengalaman ini mencerahkan kita semua akan pentingnya bekhusnudzon karena tidak pernah ada niat baik yang sia sia dihadapan Allah..
BalasHapus