Suatu ketika saya ditanya oleh salah seorang sahabat mengenai kegemaran saya dalam membuat tulisan di blog, menurutnya, percuma membuat tulisan di blog karena kemungkinan kecil akan dibaca oleh orang lain (kecuali penulis tersebut sudah terkenal dari sebelumnya). Kalau saya pikir-pikir sih ada benarnya juga perkataan sahabat saya itu, tapi tidak semuanya betul juga (setidaknya menurut pandangan saya). Pernyataan dia akan benar, jika tujuan utama dari menulis di blog adalah semata-mata berharap ada orang lain yang berkunjung di blog kita kemudian berharap page-rank blog kita akan tinggi. Nah jikalau page-rank blog kita tinggi, maka kita bisa menawarkan iklan dipasang di blog kita dan pada akhirnya receh-receh fulus akan mengalir ke rekening kita. Ketika sahabat karib saya bertanya seperti itu, saya hanya tersenyum simpul saja, entah karena saya tak punya jawaban atau memang tidak ingin berdebat (karena saya tahu dia tak suka menulis dan pasti ndak nyambung). Jikalau ketika itu saya menjawab, saya akan mengatakan bahwa bukan karena kunjungan, komentar atau page-rank yang membuat saya menulis, tapi ada alasan kuat yang menggiringku untuk selalu menulis dan terus menulis. Alasan-alasan yang akan saya bahas di akhir tulisan ini.
Namun terlebih dulu saya akan sedikit memberi analogi dengan melihat pandangan seorang siswa SD. Ketika kita masih SD, kemudian ada pertanyaan untuk apa kita harus belajar menghadapi ujian akhir semester? maka kebanyakan diantara kita akan menjawab karena ingin dapat rangking (kalau bisa rangking satu) dan juga ingin mendapat hadiah dari ayah dan ibu. Pasti sedikit sekali diantara kita yang menjawab bahwa tujuan kita belajar ujian akhir semester adalah untuk menjadi anak yang cerdas. Rangking dan hadiah adalah stimulus, yang sebenarnya bukan itu yang utama diinginkan oleh orang tua kita. Mereka ingin anak-anaknya menjadi anak yang cerdas, rangking dan hadiah hanyalah indikator dan stimulus tapi bukan tujuan utama.
Konteks diatas sama dengan alasan seseorang menulis, bukan hanya karena royalti yang diperoleh, atau hanya karena page-rank tinggi khususnya bagi para blogger. Alasan seseorang menulis bisa banyak sekali, tapi saya akan mengambil sedikit dari banyaknya orang-orang hebat di negeri ini yang terkenal hanya karena tulisan-tulisannya. Pertama saya akan mengambil contoh mbak Helvy Tiana Rosa, siapa yang tidak mengenal sosok beliau (sungguh aku kagum dengan tulisan-tulisan beliau yang menghentakkan jiwa). Ketika beliau remaja, beliau sangat mengagumi sosok Putu Wijaya (seorang penulis terkenal sejak era 80-an). Saking tergila-gilanya dengan karya-karya Putu Wijaya, mbak Helvy ingin sekali bertemu dengan sosok Putu Wijaya. Sulit memang, namanya juga orang terkenal maka yang mencari juga banyak, namun akhirnya disuatu kesempatan beliau dipertemukan juga dengan sosok Putu Wijaya ditengah kerumunan orang banyak disebuah acara di Taman Ismail Marzuki. Setelah susah menyeruak masuk beliau akhirnya bertatap muka dengan sosok yang sangat dikaguminya itu. Kemudian mbak Helvy diberi pesan oleh Putu Wijaya di notenya mbak Helvy yang berisi "menulis adalah berjuang". Sebuah kalimat singkat namun sarat makna yang dalam. Akhirnya kalimat singkat itu mampu membentuk karakter kuat di dalam diri mbak Helvy untuk mampu menelorkan karya-karya fenomenal.
Mbak helvy pada akhirnya menyadari bahwa menulis memang adalah berjuang,
seorang penulis atau pengarang akan berjuang untuk mendapatkan ide yang menarik, berjuang untuk mengolahnya dalam kalimat-kalimat yang juga menarik, berjuang untuk menyampaikan sesuatu yang bermakna bagi pembaca, berjuang untuk bisa mempublikasikannya, berjuang untuk terus menulis, untuk tak berhenti menuliskan nurani yang mendesak-desak jiwa dan kepalanya....
Baik, kita ambil contoh lain semisal penulis muda penghasil karya perdana "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" Salim A. Fillah.
"Menulis itu berkah. Dengan menulis saya bisa menyapa ribuan manusia; tak sekadar sapa, tapi sapaan dakwah. Dengan menulis saya merekam jejak-jejak pemahaman saya; mengikat ilmu, lalu melihatnya kembali untuk—sesekali—menertawakannya."
Menurut saya luar biasa alasan menulis dari seorang Akh Salim ini, memang banyak disebutkan bahwa "ikatlah ilmu itu melalui tulisan". Meskipun dalam hal menulis, Rosul kita tidak pernah diriwayatkan pandai dalam hal menulis melainkan menghafal. Ada alasan besar mengapa Nabi kita oleh Allah tidak diberi kemampuan menulis atau lebih tepatnya tidak menunjukkan kemampuan menulis. Hal ini untuk untuk menegaskan kepada orang munafik dan kafir bahwa mukjizat Al Quran adalah bukan dari hasil karya seorang manusia.
Banyak diantara penulis awal seperti saya yang ingin menulis perdana di blog misalnya, tetapi takut memulai karena tulisan saya tidak baik. Tapi saya tidak pernah menyerah, saya selalu berkeyakinan bahwa kemampuan menulis itu berproses. Saya cuplik nasihat salah seorang guru Salim A. Fillah yang memberi nasihat kepada beliau yang menyatakan,
“Bahasa itu kesepakatan”, “Artinya jika penyampai dan penerima telah memahaminya, maka bahasa itu baik dan benar.”
Bagaimana dengan saya?...Apa alasan saya menulis?
simple, (beberapa terinspirasi dengan alasan penulis hebat yang sudah saya ungkapkan diatas) :
1. karena hobby,
2. karena pengen berbagi,
3. ingin memberikan opini,
4. ingin curhat,
5. ingin menyapa orang lain lewat tulisan
6. ingin merekam jejak pemahaman (seringkali saya melihat beberapa tulisan saya terdahulu untuk menjadi sumber solusi permasalahan sekarang)
dan mungkin masih seabreg alasan-alasan lain yang melatarbelakangi seseorang untuk menulis.
Untuk menjadi penulis yang mumpuni perlu waktu yang tidak sedikit dan usaha yang keras. Yang yang paling substantial adalah haram hukumnya dengan kata menyerah. Meski tulisan saya tidak sebagus sahabat-sahabat blogger Yuli, Riris, Mayang, tapi beberapa tulisan setidaknya sudah menunjukkan usaha saya untuk memulai menulis menulis dan terus menulis yakni antara lain cerpen si dalang cilik dan cerpen ya ummi ana uhibbuki fillah. Bahkan impian besar saya semoga suatu saat bisa menghasilkan novel yang fenomenal ^_^, jadi engineer yang novelist..kenapa tidak!!
*menulis itu adalah berbagi, tak harus sempurna tapi mampu memberi cerah. Menulis itu adalah diary, tak harus terkenal tapi mampu merekam pemahaman diri. Menulis itu berjuang, tak harus diukur oleh manusia tapi cukuplah Allah yang menilai.
setuju mas... dengan menulis kita belajar, tak penting itu nanti dibaca orang ato tidak. dapat PR dari google ato alexa ato dapat iklan ya alhamdulilah :-) .. keep blogging dan mari menulis terus :-)
BalasHapusmantap mas, bisa memberi motivasi untuk terus menulis :)
BalasHapus* btw, knapa blog sy masuk di tulisan ini ya, padahal sy kan jg belajar dr ente :D
kl q menulis biar lancar menulisnya(halah....)
BalasHapus@minister ndru : yup masalah dibaca ndak dibaca itu adalah hanyalah semacam stimulus atau indikator untuk memacu diri kita untuk belajar dan belajar lebih keras lagi supaya tulisan kita semakin enak dibaca. keep writing temans..
BalasHapus@Nur Ahmadi : yup.., mengenai blogmu yang ada di tulisanku adalah sebagai bukti bahwa aku menyukai tulisan-tulisanmu nur...he he..
semangat nulis terus nur... "selalu menunggu tulisan tulisanmu yang inspiring"
@SERBA GRATISAN : he he...yup practice make perfect..
menulis ibaratnya menuangkan air yang bersumber dari pikiran dan perasaan pada sebuah cawan yang bernama kertas atau media digital . . .
BalasHapus@dwi yuli : wow memang klo alumnus jurusan sastra udah ngomong jadi kelihatan bedanya...
BalasHapusharus banyak belajar lagi nih ane tentang sastra dan tentunya harus banyak membaca lagi.
btw kata riris udah keluar tuh novel terbaru Tere Liye berjudul (opo ya aku kok lali)..hemm kira-kira "bahkan daun yang jatuhpun tak menyalahkan angin yang kencang"
@-fifinnugroho-
BalasHapusBelikan yaa bii..
@dwi yuli : hemm coba besok aku lihat di belakang salman, klo ada insyaAllah tak beliin.
BalasHapusJudulnya "Daun Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" hehee,.
BalasHapusluar biasa...jadi banyangin tokoh danar di cerita itu adalah si tereliye sendiri...hehee...buku ini penerbitnya beda, gramedia.
Belum beli yang serial anak anak mamak (eliana, burlian, pukat)..trus kemarin ke togamas, buku yang hafalan sholat delisa, covernya baru...putih, bagus..trus di kanan atas ada tulisan "segera difilmkan"
ngomong2 tentang tereliye, jadi ingat kata2nya..
"menulis bagaikan membekukan pemikiran/perasaan atau apapun yang berharga saat itu yang bisa kita lihat/ingat bahkan sampai 10 tahun ke depan"
@ririsnovie : aku dah beli 2 novelnya tere liye kemarin ris. Judulnya ya yang kamu sebutin itu dan juga "Moga Bunda Di Sayang Allah"
BalasHapusmembaca karyanya 15 halaman saja membuatku tidak ingin segera menyelesaikannya. Kata-kata indah dibalut pengetahuan yang luas dan juga pendeskripsian latar yang runtut menjadikan cerita begitu mengalir...
wew... mantabs deh tere liye.. kirain dulu cewek..lha ternyata cowok...
jadi deh posisiku sekarang seperti kalian--> pemburu novel-novel tere liye...ha ha ha
Nama sampeyan familiar, setelah menduga2 akhirnya benar dugaanku. Anak E43 ya? :) salam kenal...
BalasHapusAnyway, judul postingan yg menarik, isinya jg mantep...
"ikatlah ilmu itu melalui tulisan". -> a very inspiring quote!
iya betul sekali, saya e43. salam kenal juga.
BalasHapussetelah menduga-duga juga akhirnya saya bisa menyimpulkan mbak ini istrinya mahmud hanafi (e43) ya?
atau saya salah duga? he he..
btw terima kasih sudah berkunjung.
Asyikkk,.. keren kang.
BalasHapusterima kasih :)
Hapus