Hari ini saya berada di Magetan. Memenuhi agenda 2 pekanan untuk mengunjungi seseorang yang sangat penting bagi saya. Namun kali ini ada yang cukup berbeda. Baru saya sadari setelah beberapa saat berada di rumah. Suhu di Magetan kali ini begitu panas, cukup layak disejajarkan dengan suhu di Surabaya ketika saya masih berpredikat mahasiswa 5 tahun yang lalu. Sebenarnya tidak hanya di Magetan saja suhu udara begitu panas, di Bandung pun beberapa minggu ini udara saya rasakan cukup panas (untuk ukuran kota yang terkenal dingin itu). Namun bedanya ketika di Bandung meskipun suhu di luar rumah cukup panas, jika kita masuk ke dalam rumah suasana langsung menjadi dingin. Kalau di Magetan, di luar rumah panas, di dalam rumah malah sumuk. Rasanya ingin sekali merasakan hujan di kota ini.
Sekitar pukul 2 siang saya melihat mendung mulai gelap, Ya Allah semoga Kau turunkan hujan sore ini. Memang kalau dihitung-hitung sudah lama hujan belum turun lagi di kota ini. Satu jam kemudian mendung benar-benar gelap, prediksi saya hari ini desa Kepohrejo Magetan akan diguyur hujan dengan ijin Allah tentu saja. Dan benar... tiba-tiba satu dua bulir menetes ke bumi membasahi wajah saya (yang ketika itu sedang mengendarai sepeda motor pulang dari urusan di luar rumah). Alhamdulillah.... semoga hujan ini membawa berkah.
Subhanallah...bau tanah yang baru saja diguyur hujan begitu menyejukkan. Melihat jutaan bulir hujan yang membasahi jalan di depan rumah, sungguh menentramkan hati. Saya bersama istri pun ingin menyaksikan turunnya hujan kali ini dengan duduk-duduk di beranda depan rumah. Sejuk...damai... dan indah. Begitu yang kami rasakan saat itu.
Namun tiba-tiba ada yang berubah dari pola hujan kali ini. Ada angin yang menyertainya. Cukup kencang dan membuat suasana sedikit mencekam. Mulailah hujan yang tadinya memang sudah deras (namun tanpa disertai angin) sekejap menjadi hujan deras disertai angin yang sangat kencang. Cipratan air hujan langsung membasahi emperan rumah kami. Tidak ada pilihan lain, kami harus masuk ke dalam rumah. Namun pemandangan lebih menyeramkan terjadi. Talang yang terpasang di sambungan genteng tidak mampu menahan debit air yang sangat besar. Ditambah lagi dengan banyaknya daun kering yang menutupinya praktis membuat air sulit mengalir dengan baik. Akhirnya air itupun sontak tumpah ke dalam rumah. Yang bisa kami lakukan hanya mencari ember untuk bisa menampung air tumpahan tadi. Namun tetap saja karena debit air yang cukup besar, dalam hitungan menit ruang makan menjadi kolam ikan.
Pemandangan di jalan depan rumah hampir mirip. Karena hujan lama tidak turun, banyak sampah yang memenuhi selokan. Maka pemandangan banjir menjadi konsekuensi logis. Maka muncul beberapa pikiran negatif, andaikan hujan kali ini tidak disertai angin...huh.. manusia hanya bisa mengeluh..padahal banyak hikmah dalam setiap kejadian.
Pemandangan di desa hmm.. bagus, sejuk. Wah baru mudik ya fin. Salam buat keluarga ya. Untuk penampungan air pake algoritma temporary, tampung air hujan di ember, pindahin ke sumur atau ke kamar mandi.
BalasHapus@iput : iya baru saja mudik put. Menikmati keindahan desa tempat kelahiran. Waduh kalau air hujan ditampung langsung dimasukkan ke dalam bak mandi, bukannya itu langsung bikin gatal-gatal put.
BalasHapus@Magetan IT : aku dari takeran. klo kamu?.
BalasHapusoke salam kenal..
waaahhh..alhamdulillah semoga membawa keberkahan..
BalasHapusponorogo bagian desoku baru hujan deras 2 hari lalu..
@ririsnovie : amiin ya Rabb...
BalasHapusmengapa tidak:)
BalasHapusMas Fifin terima kasih ya kunjungannya....maaf baru bisa kunjungi balik. Semoga tetap semangat tularkan energi kebaikan...
BalasHapus