Saat itu sore sendu di penghujung pekan. Sendu dengan mendung gelap mengiringi. Tiba saatnya untuk pulang ke kampung halaman di Magetan. Saat itu aku baru saja tiba di stasiun kereta api Bandung setelah sebelumnya naik angkot dari daerah Gunung Batu tempatku tinggal sementara ini. Cuaca sore itu cukup mendung dan gelap. Sesekali suara petir menggelegar bikin gigi ini menggeretak gentar. Teringat sebelumnya ketika naik di dalam angkot, terdengar suara petir yang sangat kuat menyebabkan seorang ibu-ibu di sebelahku sampai berteriak .."Allahu Akbar..Allahu Akbar...". Kulihat di jam tanganku baru pukul 17.37 WIB. Masih cukup waktu untuk istirahat sejenak menghela nafas sebelum masuk waktu sholat Magrib. Jadwal kereta-pun juga masih lama, masih satu jam lagi. Kurogoh kembali lembar tiket di saku celana, disitu tertera jadwal kereta yang akan kutumpangi berangkat pukul 19.00 WIB.
Sambil merebahkan punggung ini ke sandaran tembok mushola stasiun, kuambil hape untuk sejenak melihat status sahabat-sahabat di twitter. Apakah ada yang menarik ya?. Sret..sret... aku geser dari bawah ke atas beberapa status sahabat terpampang di layar kecil hapeku. Tiba-tiba mata ini menangkap status yang cukup membuat tangan ini berhenti menggerakkan cursor.
"Mahasiwa UNS tewas ketika mendaki gunung Lawu"
Ketika kucari di media online yang lain, juga kutemukan pemberitaan serupa semisal di Detik[dot]com.
Gunung Lawu? .. Yah gunung yang satu ini memang fenomenal, sering kali menjadi momok menakutkan bagi para pendaki. Pikiranku-pun mulai melayang mengingat kejadian ketika masih berseragam putih biru muda. Kira kira waktu SMU kelas 2, aku dan beberapa teman di Pramuka nekat mendaki gunung ini tanpa persiapan mental memadai. Ah.. untuk versi cerita lengkapnya akan aku tuliskan nanti jika ada waktu dan kesempatan. Tak terasa akhirnya jemari ini mencoba menuliskan pengalaman itu lewat ocehan twitter, yang kebetulan aku abadikan berikut ini.
1. Saya pernah mendakinya sekitar 10 tahun yg lalu. kata intruktur banyak pantangan yg musti dipatuhi ketika berniat mendaki #gunung_lawu.
2. Entah benar atau tidak pantangan tsb, sy hanya menterjemahkan sesuai logika dan keyakinan. Yg jelas beberapa bulan --> #gunung_lawu.
3. --> setelah pendakian saya, dikabarkan ada orang yang hilang. berbekal pengalaman dan rumor yg beredar, akhirnya saya kapok. #gunung_lawu.
4. Kami ketika itu mendaki mulai pagi hari sehingga sore dah bs turun. Tp tak jarang banyak yg nekat mendaki malam hari. #gunung_lawu.
5. Medan ketika siang hari aja terlihat horor, banyak jalan simpang yg membingungkan. Tak tahu skr mungkin tmbah lebih bagus. #gunung_lawu.
6. Ketika sdh sampe atas banyak kabut tebal yg membuat susah bernafas, kami kadang terpaksa menundukan badan mencari oksigen. #gunung_lawu.
7. Kabut yg mungkin sudah tercampur belerang. Meski cukup horor,banyak lho orang yg berjualan di atas. Tentu dng harga muahaal. #gunung_lawu.
8. Ada beberapa jalur yg bs dilewati tuk bs mendaki #gunung_lawu. Kami start mendaki dari lereng cemoro sewu.
9. Dan ternyata yg saya daki itu bkn puncak tertinggi. Puncak #gunung_lawu tertinggi ndak boleh didaki orang normal.
10. Meski bukan puncak tertinggi, kami mendaki selama 7 jam (banyak istirahat), turun cuma 2 jam (lari, takut kemalaman). #gunung_lawu.
11. Oke deh itu seklumit tentang #gunung_lawu yg sudah sering merenggut nyawa. Yg pengn daki hrs persiapan matang.
sumber : https://twitter.com/fifinng
Sambil merebahkan punggung ini ke sandaran tembok mushola stasiun, kuambil hape untuk sejenak melihat status sahabat-sahabat di twitter. Apakah ada yang menarik ya?. Sret..sret... aku geser dari bawah ke atas beberapa status sahabat terpampang di layar kecil hapeku. Tiba-tiba mata ini menangkap status yang cukup membuat tangan ini berhenti menggerakkan cursor.
"Mahasiwa UNS tewas ketika mendaki gunung Lawu"
Ketika kucari di media online yang lain, juga kutemukan pemberitaan serupa semisal di Detik[dot]com.
Gunung Lawu? .. Yah gunung yang satu ini memang fenomenal, sering kali menjadi momok menakutkan bagi para pendaki. Pikiranku-pun mulai melayang mengingat kejadian ketika masih berseragam putih biru muda. Kira kira waktu SMU kelas 2, aku dan beberapa teman di Pramuka nekat mendaki gunung ini tanpa persiapan mental memadai. Ah.. untuk versi cerita lengkapnya akan aku tuliskan nanti jika ada waktu dan kesempatan. Tak terasa akhirnya jemari ini mencoba menuliskan pengalaman itu lewat ocehan twitter, yang kebetulan aku abadikan berikut ini.
1. Saya pernah mendakinya sekitar 10 tahun yg lalu. kata intruktur banyak pantangan yg musti dipatuhi ketika berniat mendaki #gunung_lawu.
2. Entah benar atau tidak pantangan tsb, sy hanya menterjemahkan sesuai logika dan keyakinan. Yg jelas beberapa bulan --> #gunung_lawu.
3. --> setelah pendakian saya, dikabarkan ada orang yang hilang. berbekal pengalaman dan rumor yg beredar, akhirnya saya kapok. #gunung_lawu.
4. Kami ketika itu mendaki mulai pagi hari sehingga sore dah bs turun. Tp tak jarang banyak yg nekat mendaki malam hari. #gunung_lawu.
5. Medan ketika siang hari aja terlihat horor, banyak jalan simpang yg membingungkan. Tak tahu skr mungkin tmbah lebih bagus. #gunung_lawu.
6. Ketika sdh sampe atas banyak kabut tebal yg membuat susah bernafas, kami kadang terpaksa menundukan badan mencari oksigen. #gunung_lawu.
7. Kabut yg mungkin sudah tercampur belerang. Meski cukup horor,banyak lho orang yg berjualan di atas. Tentu dng harga muahaal. #gunung_lawu.
8. Ada beberapa jalur yg bs dilewati tuk bs mendaki #gunung_lawu. Kami start mendaki dari lereng cemoro sewu.
9. Dan ternyata yg saya daki itu bkn puncak tertinggi. Puncak #gunung_lawu tertinggi ndak boleh didaki orang normal.
10. Meski bukan puncak tertinggi, kami mendaki selama 7 jam (banyak istirahat), turun cuma 2 jam (lari, takut kemalaman). #gunung_lawu.
11. Oke deh itu seklumit tentang #gunung_lawu yg sudah sering merenggut nyawa. Yg pengn daki hrs persiapan matang.
sumber : https://twitter.com/fifinng
nice post.
BalasHapussalam kenal...
@Outbound Malang : salam kenal juga..
BalasHapushwaaaaa.. kirain mau cerita tentang gunung Lawunya.
BalasHapuspendakianku ke gunung Lawu dua tahun yang lalu rasanya sudah beda banget sama cerita mas Fifin.
ditunggu postingan lengkapnya yaaa :D
@armae : hik hik... iya ini sedang digarap naskahnya... pengen dibuat episode bersambung kayak catatan si bolang.
BalasHapusok mas, saya belum perna ke gunung lawu..
BalasHapuskapan2 boleh, bisa saya jadikan referensi untuk hiking..
thanks mas
salam :)
@Outbound Malang : siip... tapi harus dengan persiapan yang matang.
BalasHapuskangen juga dengan gunung lawu
BalasHapusawal dekade 90an aku pernah 2 kali evakuasi survivor disana
jadi kepikiran neh liburan besok ke tawangmangu trus bablas sarangan
bisa mampir sejenak di cemorosewu...
gunung lawu kalo di bahasa indonesia in gunung labu, so labu identik dengan helloween jadi mungkin gunungnya lebih menarik di daki pas lagi helloween hiihihi nice mas :D
BalasHapus@Rawins : wih mantab mas rawins.. tahun 90an dah survivor disana..
BalasHapus@Sinisterys : he he.. tambah seraam..
Puncak tertinggi ndak boleh didaki orang normal.
BalasHapusIt means....
orang (gak) normal boleh mendaki
hehehe
@puchsukahujan : orang ga normal itu maksudnya orang yang sudah profesional, atau mungkin juga orang nekat melanggar aturan.
BalasHapusTapi menurut sumber informasi sih, skr dah boleh di daki kok.
hmm... lawu ya. saya belum pernah mendaki gunung sih. Boleh tahu gak gan, kenapa ada yang hobi mendaki lawu gitu ?. padahal mendaki punya resiko tinggi dan bisa jadi ada banyak kemungkinan yg bisa terjadi (di luar perhitungan manusia) saat mendaki sehingga kemungkinan bisa terjadi kecelakaan saat mendaki.
BalasHapus@iput : hemm.. mungkin orang suka tantangannya put. Ketika kita bisa menaklukkannya dan sampai dipuncaknya akan merasakan kepuasan tersendiri. Dan alasan lain adalah karena sudah menjadi hobi. Klo sudah hobi maka jangan ditanya alasannya...;-)
BalasHapus9. Dan ternyata yg saya daki itu bkn puncak tertinggi. Puncak #gunung_lawu tertinggi ndak boleh didaki orang normal. <-- Kalo bukan orang normal siapa? orang abnormal? Atau paranormal? :D
BalasHapus@Ely Meyer : selamat. Mbak ely orang ketiga yang menanyakan hal ini. Jadi itu peraturan ketika 10 tahun yang lalu, klo skr sih boleh didaki orang normal. Orang ndak normal disini maksudnya adalah orang profesional.
BalasHapus@Zico Alviandri : selamat. Mas zico orang keempat yang menanyakan hal ini. Untuk jawabannya, sudah dijawab di comnent saya sebelum ini:-).
BalasHapus