Besok, tanggal 22 Desember biasa diperingati sebagai hari Ibu. Ah.. tapi aku tidak bersepakat dengan itu. Bagiku, tiap hari adalah hari ibu. Jujur sebenarnya aku juga masih belum mengerti kenapa dipilih tanggal 22 Desember sebagai hari hebat ini. Apa alasannya? ada peristiwa besarkah di tanggal itu? ada yang tahu sejarahnya?
Yah.. sekali lagi bagiku setiap hari adalah hari Ibu. Karena tentu doa setiap hari ketika akhir sholat kita yang akan mengingatkan betapa besar kasih sayang ibu. Ibu memang spesial, lebih spesial dibandingkan bapak. Pengorbanannya juga jauh lebih besar. Ah.. apa diri ini sanggup membayar seluruh jasa-jasanya hingga kini aku hanya bisa melihat goret kulit wajahnya yang sudah mulai merenta.
Hari itu, aku ingat, aku punya kesempatan untuk sedikit bermanja dengan Ibuku. Dan ketika menuliskan ini, kurasakan bibir ini sedang tersenyum. Ah.. I love u mom. Hari itu sudah sore, waktu untuk kembali lagi ke kota Bandung setelah kurang lebih 3 malam berada di kota kelahiran. Hujan rintik-rintik membuat jalanan menuju stasiun basah dan licin. Terdengar sesekali suara petir menggelegar. Biasanya kalau tidak hujan maka istri yang akan mengantar yang tentu saja wajib ditambah dengan deraian hujan lokal di pipinya. Namun karena sedang sakit, akhirnya bapak dan ibu menawarkan mengantarkanku ke stasiun dengan mobil.
Tepat pukul 19.30 WIB selepas sholat isya' terdengar suara deru mobil di depan rumah pertanda bapak dan ibu sudah sampai di rumah mertua. Aku dan istri segera mengambil beberapa perlengkapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Belum sempat aku keluar dari kamar, ibu sudah berdiri didepan kamarku diantar oleh mertua.
"Lho, katanya yuli sakit?" , ibu bertanya sambil tersenyum.
"Sudah agak baikan bu, namun sepertinya tidak bisa ikut mengantar mas ke stasiun", jawab istri.
Setelah beberapa menit basa-basi kami bertiga (aku, bapak dan ibu) berpamitan dan lekas menuju mobil untuk segera berangkat menuju stasiun. Semoga di jalan lancar dan tidak terlambat, bismillah..
Mobil mulai bergerak meninggalkan rumah istri menjejakkan roda menyusuri jalanan basah yang terkena air hujan. Sesekali aku menengok ke luar kaca mobil, suasana pedesaan yang sepi. Terlihat siluet cahaya lampu penerangan desa yang menemani laju mobil kami. Ibu yang ketika itu duduk di depan bersama bapak sesekali mengobrolkan.. ah entah apa yang mereka bicarakan waktu itu, aku sudah terkapar membaringkan badanku yang cukup letih ketika itu. Letih karena harus mengurusi istri tercinta yang seharian sakit, muntah-muntah dan lemas.
Beberapa menit mobil terus melaju pelan tapi pasti ke stasiun. Kami akhirnya sampai juga ke stasiun 30 menit lebih awal dari jadwal keberangkatan kereta.
"Mau dibelikan teh panas sama jadah anget.. le..?", ibu bertanya pelan kearahku yang masih duduk mencoba mengembalikan kesadaran setelah sepanjang perjalanan tertidur. (*Jadah adalah sejenis makanan / kue yang terbuat dari beras ketan yang biasa digunakan sebagai oleh-oleh ketika acara mantu / pernikahan di Jawa).
Aku mengangguk pelan menandakan setuju.
"Biar aku saja yang membelikan", bapak menawarkan diri untuk membelikan makanan kecil tadi. Ketika sosoknya bapak sudah menghilang mencari jadah anget dan teh panas, ibu keluar dari tempat duduk depan kemudian masuk lagi ke tempat tengah mobil dimana aku sedang duduk letih disitu.
"Kamu tidur lagi aja le, jam kereta berangkat masih setengah jam lagi", Ibu yang sudah duduk di sebelahku menawarkan diri untuk tempat bersandar kepalaku. Aku yang masih tak kuasa menahan kantuk sudah tentu 100% setuju dengan tawaran itu langsung saja ..bleg... kepala ini sudah jatuh di pangkuan ibu. Ah nyaman sekali, aku seperti anak usia SD yang sedang bermanja dengan ibunya. Ibu juga sesekali membelai rambutku sambil ketawa kecil bercerita tentang keponakanku yang sudah mulai bandel.
Ah.. ibu.. kau sangat menyayangiku, dan akupun sangat menyayangimu.
Jadi ingat apa yang aku baca di novel serial Anak-anak Mamak karya Tere Liye :
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"
Yah.. sekali lagi bagiku setiap hari adalah hari Ibu. Karena tentu doa setiap hari ketika akhir sholat kita yang akan mengingatkan betapa besar kasih sayang ibu. Ibu memang spesial, lebih spesial dibandingkan bapak. Pengorbanannya juga jauh lebih besar. Ah.. apa diri ini sanggup membayar seluruh jasa-jasanya hingga kini aku hanya bisa melihat goret kulit wajahnya yang sudah mulai merenta.
Hari itu, aku ingat, aku punya kesempatan untuk sedikit bermanja dengan Ibuku. Dan ketika menuliskan ini, kurasakan bibir ini sedang tersenyum. Ah.. I love u mom. Hari itu sudah sore, waktu untuk kembali lagi ke kota Bandung setelah kurang lebih 3 malam berada di kota kelahiran. Hujan rintik-rintik membuat jalanan menuju stasiun basah dan licin. Terdengar sesekali suara petir menggelegar. Biasanya kalau tidak hujan maka istri yang akan mengantar yang tentu saja wajib ditambah dengan deraian hujan lokal di pipinya. Namun karena sedang sakit, akhirnya bapak dan ibu menawarkan mengantarkanku ke stasiun dengan mobil.
Tepat pukul 19.30 WIB selepas sholat isya' terdengar suara deru mobil di depan rumah pertanda bapak dan ibu sudah sampai di rumah mertua. Aku dan istri segera mengambil beberapa perlengkapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Belum sempat aku keluar dari kamar, ibu sudah berdiri didepan kamarku diantar oleh mertua.
"Lho, katanya yuli sakit?" , ibu bertanya sambil tersenyum.
"Sudah agak baikan bu, namun sepertinya tidak bisa ikut mengantar mas ke stasiun", jawab istri.
Setelah beberapa menit basa-basi kami bertiga (aku, bapak dan ibu) berpamitan dan lekas menuju mobil untuk segera berangkat menuju stasiun. Semoga di jalan lancar dan tidak terlambat, bismillah..
Mobil mulai bergerak meninggalkan rumah istri menjejakkan roda menyusuri jalanan basah yang terkena air hujan. Sesekali aku menengok ke luar kaca mobil, suasana pedesaan yang sepi. Terlihat siluet cahaya lampu penerangan desa yang menemani laju mobil kami. Ibu yang ketika itu duduk di depan bersama bapak sesekali mengobrolkan.. ah entah apa yang mereka bicarakan waktu itu, aku sudah terkapar membaringkan badanku yang cukup letih ketika itu. Letih karena harus mengurusi istri tercinta yang seharian sakit, muntah-muntah dan lemas.
Beberapa menit mobil terus melaju pelan tapi pasti ke stasiun. Kami akhirnya sampai juga ke stasiun 30 menit lebih awal dari jadwal keberangkatan kereta.
"Mau dibelikan teh panas sama jadah anget.. le..?", ibu bertanya pelan kearahku yang masih duduk mencoba mengembalikan kesadaran setelah sepanjang perjalanan tertidur. (*Jadah adalah sejenis makanan / kue yang terbuat dari beras ketan yang biasa digunakan sebagai oleh-oleh ketika acara mantu / pernikahan di Jawa).
Aku mengangguk pelan menandakan setuju.
"Biar aku saja yang membelikan", bapak menawarkan diri untuk membelikan makanan kecil tadi. Ketika sosoknya bapak sudah menghilang mencari jadah anget dan teh panas, ibu keluar dari tempat duduk depan kemudian masuk lagi ke tempat tengah mobil dimana aku sedang duduk letih disitu.
"Kamu tidur lagi aja le, jam kereta berangkat masih setengah jam lagi", Ibu yang sudah duduk di sebelahku menawarkan diri untuk tempat bersandar kepalaku. Aku yang masih tak kuasa menahan kantuk sudah tentu 100% setuju dengan tawaran itu langsung saja ..bleg... kepala ini sudah jatuh di pangkuan ibu. Ah nyaman sekali, aku seperti anak usia SD yang sedang bermanja dengan ibunya. Ibu juga sesekali membelai rambutku sambil ketawa kecil bercerita tentang keponakanku yang sudah mulai bandel.
Ah.. ibu.. kau sangat menyayangiku, dan akupun sangat menyayangimu.
Jadi ingat apa yang aku baca di novel serial Anak-anak Mamak karya Tere Liye :
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian"
nice posting mas.
BalasHapusTerharu bacanya, asli saya ngiri pada mas.
setiap hari memang hari ibu. karena kasih cinta ibu seperti udara yang mengisi rongga-rongga.
kenapa tanggal 22? Ini hanya sebagai tanda penghargaan, dan penanda. Tanggal 22 Desember 1928 kalau dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia dilaksanakan kongres Perempuan Pertama.
Ini yang namanya kasih ibu sepanjang jalan :)
BalasHapusYa begitulah fin. Karena harta yang tak ternilai bagi seorang ibu adalah anaknya. Apalagi kalau anak terakhir yg hidupnya jauh dari ibunya dan belum berkeluarga...haha, makin terasa rasa rindu ibunya pada anaknya...Tapi terimakasih buat ibu.
BalasHapusSelamat hari ibu.
jadi kangen mama...
BalasHapuspengen cepat pulang..hehe
aku lebih suka mengatakan kalau Ayah dan Ibu pengorbanannya sama besarnya untuk kita, anak-anaknya mas. yahh,. mereka punya porsi masing-masing yang gak bisa dibandingkan satu dengan yg lain. :)
BalasHapuswhaowww... ternyata istrinya mas Fifin blogger juga tho? :D
@Dwi Yulianti : ya ibuku kan ibumu juga dek ^_^.
BalasHapus@Zico Alviandri : sepanjang jalan atau sepanjang masa mas? he he
@iput : iya apalagi kamu put yang jauh banget sampe ke negeri ginseng.. kasihan ibumu pasti kangen tuh..
@YouRha The X_PloReR : he he...
@armae : yup memang kita pasangan blogger he he...
cieee... romantisss. hahahaha :p
BalasHapusso sweet mas :)
BalasHapusbtw, kemaren akupun penasaran kenapa kok ada peringatan Hari Ibu dan darimana asal-usulnya. Singkat kata, ternyata oleh beberapa kalangan di jaman dahulu kala, tanggal 22 Desember itu adalah hari ulang tahun Bunda Maria. correct me if i'm wrong ya, namanya aja hasil googling, hehehe....
ndutyke.com
mampir sebentar....
BalasHapusyang jelas gak nyanyi 'kasih ibu' di sini
cuma mau comment,,
ibu adalah sosok yang sangat sangat sangat sangat luar biasa
@Tyka Ndutyke: Hari ibu di indonesia tanggal 22 Desember bukan berasal dari ulang tahun Bunda Maria, tapi Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran.
BalasHapushttp://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu
Terlalu simple makna hari ibu 22 Desember jika berasal dari ulang tahun bunda Maria. Seperti 17 Agustus adalah hari kemerdekaan. Itu dimana hari dideklarasikan nya proklamasi indonesia.
@armae : hik hik jadi malu...
BalasHapus@Tyka Ndutyke : hemm setahuku sih hari ibu di berbagai negara bisa beda beda.. khusus untuk di Indonesia hari ibu diperingati tgl 22 desember karena "tanggal 22 Desember 1928 kalau dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia dilaksanakan kongres Perempuan Pertama"
@puchsukahujan : yup bener banget..
@iput : ya bener memang begitu.
selamat hari ibu untuk ibunya, terima kasih atas kunjungannya ke blog saya ya
BalasHapusuwaaaah, jadi kangen mama lagi. padahal kemaren baru ketemu :(
BalasHapusberuntungnya yang masih didampingi ibu di dunia ini :)
BalasHapus@Lidya - Mama Pascal : selamat hari ibu juga.. terima kasih juga atas kunjungannya.
BalasHapus@catatannyasulung : he he... wah tiap hari ketemu mama donk..
@Ely Meyer : iya Alhamdulillah... semoga bisa lebih berbakti lagi.
Merinding membacanya,
BalasHapuspersis kalau aku di magetan, bagaikan raja :)
Makasih sudah membuatku pengen pulang ke magetan kang.
ha ha, iya kang. Kalau di magetan bak bagaikan raja.
Hapus