Wow.. ternyata tidak terasa sudah hampir empat hari saya tidak mengurusi blog ini. Sudah terlihat banyak sarang laba-laba disini. Sudah waktunya untuk membersihkannya dengan ide dan semangat yang menyala. Terus terang beberapa hari ini, waktu luang saya lebih banyak tersita untuk mengurusi blog Al Mageti Foundation (AMF). Sebuah lembaga sosial yang ikut saya rintis bersama teman-teman alumni Magetan. Alhamdulillah setelah semuanya sudah terselesaikan dengan baik, saatnya sekarang kembali ke ranah asal. Kembali ke Coffee Break.
Kali ini saya akan berbincang tentang topik yang ringan-ringan saja. Saya ingin berbicara tentang rasa cuek. Kata ini seringkali diartikan dengan sikap 'masa bodoh' atau 'tidak acuh'. Beberapa orang bahkan sering menyamakannya dengan sifat sombong. Namun itu semua tidak serta merta terkait langsung dan sama artinya dengan sifat cuek. Perlu dilihat juga kondisi dan situasi dari orang-orang yang melakukannya.
Suatu ketika saya pernah tiba-tiba ditelepon oleh seseorang dengan menggunakan nomor yang tidak dikenal. Singkat kata orang itu mengaku dari sebuah bank swasta terkenal di negeri ini. Dia kemudian menawarkan sebuah program asuransi kesehatan kepada saya dengan bahasa yang cukup formal. Sejak awal, sebenarnya saya memang tidak tertarik dengan apa yang dia tawarkan. Bukannya apa-apa, ini lebih karena saya sudah terikat asuransi kesehatan yang telah diurusi sepenuhnya oleh perusahaan tempat saya bekerja. Namun untuk menghargai tawaran yang dia berikan, saya terus saja mendengarkan semua yang dia katakan. Sesekali saya menjawab pertanyaan yang dia sampaikan. Sampai akhirnya setelah dia mengatakan apa yang seharusnya disampaikan, saya mengutarakan penolakan saya dengan alasan tertentu. Meski saya sudah menolak, namun ternyata dia terlihat ngotot memberikan penawaran lain. Sampai akhirnya (karena sudah kesal) saya mengatakan tidak untuk tawaran apapun. Huh.. seharusnya saya mengucapkan kata 'tidak' sejak dari awal, daripada berakhir dengan debat seperti ini. Harus saya akui, saya tidak bisa cuek begitu saja.
Ternyata tawaran asuransi ini sempat juga dialami oleh istri saya di rumah. Beberapa orang yang memperkenalkan diri sebagai karyawan sebuah Bank Swasta menawarkan program asuransi kepada istri saya. Jelas istri saya pasti akan menolaknya karena sudah ikut asuransi (ASKES). Namun namanya orang jawa sedikit banyak punya yang namanya rasa unggah-ungguh, sehingga istri saya perlu berbasa basi dulu untuk menolaknya. Dengan halus dia mengatakan tidak bisa menjawabnya sekarang karena perlu ijin dari suami terlebih dahulu. Keesokan harinya baru dengan tegas istri saya bisa menyatakan penolakannya. Istri sayapun ternyata juga tidak bisa cuek ^_^.
Namun lain cerita dengan apa yang terjadi dengan seorang teman saya di kantor. Entah apa yang dia bicarakan dengan seorang penelepon asing. Sejak pertama kali penelepon asing ini memperkenalkan diri dan menawarkan sesuatu, langsung saja dia mengatakan "Maaf, saya tidak tertarik!". Dan ketika si penelepon itu masih saja memberikan tawaran-tawaran lainnya, teman saya itu kembali mengulang kata-kata pamungkasnya dengan ekspresi datar "Maaf, saya tidak tertarik!". Wow.. saya terus terang cukup berdecak kagum dengan kecuekan dan ketegasan teman saya itu. Dia bisa cuek.. bahkan sejak menit pertama ^_^.
Kali ini saya akan berbincang tentang topik yang ringan-ringan saja. Saya ingin berbicara tentang rasa cuek. Kata ini seringkali diartikan dengan sikap 'masa bodoh' atau 'tidak acuh'. Beberapa orang bahkan sering menyamakannya dengan sifat sombong. Namun itu semua tidak serta merta terkait langsung dan sama artinya dengan sifat cuek. Perlu dilihat juga kondisi dan situasi dari orang-orang yang melakukannya.
Suatu ketika saya pernah tiba-tiba ditelepon oleh seseorang dengan menggunakan nomor yang tidak dikenal. Singkat kata orang itu mengaku dari sebuah bank swasta terkenal di negeri ini. Dia kemudian menawarkan sebuah program asuransi kesehatan kepada saya dengan bahasa yang cukup formal. Sejak awal, sebenarnya saya memang tidak tertarik dengan apa yang dia tawarkan. Bukannya apa-apa, ini lebih karena saya sudah terikat asuransi kesehatan yang telah diurusi sepenuhnya oleh perusahaan tempat saya bekerja. Namun untuk menghargai tawaran yang dia berikan, saya terus saja mendengarkan semua yang dia katakan. Sesekali saya menjawab pertanyaan yang dia sampaikan. Sampai akhirnya setelah dia mengatakan apa yang seharusnya disampaikan, saya mengutarakan penolakan saya dengan alasan tertentu. Meski saya sudah menolak, namun ternyata dia terlihat ngotot memberikan penawaran lain. Sampai akhirnya (karena sudah kesal) saya mengatakan tidak untuk tawaran apapun. Huh.. seharusnya saya mengucapkan kata 'tidak' sejak dari awal, daripada berakhir dengan debat seperti ini. Harus saya akui, saya tidak bisa cuek begitu saja.
Ternyata tawaran asuransi ini sempat juga dialami oleh istri saya di rumah. Beberapa orang yang memperkenalkan diri sebagai karyawan sebuah Bank Swasta menawarkan program asuransi kepada istri saya. Jelas istri saya pasti akan menolaknya karena sudah ikut asuransi (ASKES). Namun namanya orang jawa sedikit banyak punya yang namanya rasa unggah-ungguh, sehingga istri saya perlu berbasa basi dulu untuk menolaknya. Dengan halus dia mengatakan tidak bisa menjawabnya sekarang karena perlu ijin dari suami terlebih dahulu. Keesokan harinya baru dengan tegas istri saya bisa menyatakan penolakannya. Istri sayapun ternyata juga tidak bisa cuek ^_^.
Namun lain cerita dengan apa yang terjadi dengan seorang teman saya di kantor. Entah apa yang dia bicarakan dengan seorang penelepon asing. Sejak pertama kali penelepon asing ini memperkenalkan diri dan menawarkan sesuatu, langsung saja dia mengatakan "Maaf, saya tidak tertarik!". Dan ketika si penelepon itu masih saja memberikan tawaran-tawaran lainnya, teman saya itu kembali mengulang kata-kata pamungkasnya dengan ekspresi datar "Maaf, saya tidak tertarik!". Wow.. saya terus terang cukup berdecak kagum dengan kecuekan dan ketegasan teman saya itu. Dia bisa cuek.. bahkan sejak menit pertama ^_^.