Terkadang saya iri. (Ups.. jangan berpikiran negatif, insyaAllah ini iri yang diperbolehkan). Iri kepada mereka yang bisa menulis di blog setiap hari. Jangan salah, dalam satu hari mereka bisa mengeluarkan bisa sampai dua tulisan. Ini hebat. Aku berpikir, kok bisa ya?. Bagiku, menulis dalam tempo dua hari sekali saja sudah merupakan prestasi. Bahkan jika sedang malas, dalam sebulan saya hanya sekali saja menerbitkan tulisan. Dan ini payah.
Sedikit rahasia saja (-lah rahasia kok diumumkan ^_^-), bagiku menulis di blog bukanlah hanya sekedar hobi saja, tapi lebih kepada curahan perasaan yang ketika kita menuliskan uneg-uneg yang ada di kepala, pikiran menjadi terasa nyaman. Mungkin saya sedikit berbeda tidak seperti teman-teman yang menulis hanya untuk sekedar berbagi. Saya memiliki misi besar. Menulis di blog ini saya anggap sebagai ajang latihan. Yup.. latihan untuk mencari gaya tulisan saya. Sehingga bisa menerbitkan sendiri sebuah buku suatu saat nanti (sepertinya sih novel, kalau buku motivasi kagak mampu lah.. ^_^). Itulah misi saya menulis di blog ini.
Adalah bang Jonru, seorang penulis terkenal di negeri ini berkenan membagi sedikit ilmunya tentang kepenulisan. Untuk menjadi penulis yang hebat maka setidaknya ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh seorang pemula. Pertama yaitu sering-seringlah menulis (menulis apa saja), kedua sering-seringlah membaca, dan yang ketiga adalah ikuti pelatihan kepenulisan. Untuk poin ketiga sebenarnya hanyalah pelengkap saja. Ini untuk semakin mengasah kemampuan menulis. Sedangkan dua yang pertama, ini wajib dilakukan bagi mereka yang punya impian menjadi penulis hebat.
Nah berbicara mengenai kegiatan menulis, maka tak akan lepas dengan waktu kegiatan itu dilakukan. Bagiku menulis itu ada waktunya. Tidak semua waktu bisa saya gunakan untuk menulis. Jika salah mengambil waktu, maka ide-ide itu tidak akan keluar. Kalaupun bisa keluar, maka tidak akan bisa lancar dan bisa berujung kepada keputusasaan. Maka saya harus mencari waktu yang mustajab untuk bisa menyalurkan ide-ide itu. Saya selalu yakin bahwa ide itu ada dan tersembunyi, diperlukan katalis waktu untuk memanggilnya.
Bagi pekerja kantoran seperti saya, tidak banyak waktu yang bisa saya gunakan untuk menulis. Pergi pagi pukul 08.30 WIB dan pulang selepas maghrib, praktis membuat waktu menulis bagi saya menjadi sempit. Maka waktu menulis di pagi hari selepas sholat subuh menjadi konsekuensi logis. Jangan tanya kenapa tidak menulis selepas pulang kantor. Jawabannya cukup satu kata saja, capek ^_^.
Dan tidak semua waktu seusai sholat subuh bisa saya pergunakan untuk menulis. Pekerjaan seperti mencuci baju, mengepel dan membersihkan rumah juga tidak bisa saya tinggalkan begitu saja bukan?. Belum lagi kalau saya sedang keranjingan membaca novel. Hadeuh...!! Bisa dengan sangat mudah ditebak, menulis menjadi anak tiri yang terlupa.
Kalau kita berbicara mengenai aktifitas membaca dan menulis, maka tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya sastra. Saya memang bukanlah alumni pendidikan sastra, tapi saya mulai menyukai sastra beberapa tahun belakangan ini. Entah sejak kapan mulainya, saya akhirnya menjadi penikmat sastra. Menyukai kalimat-kalimat indah yang bermakna dalam.
Ah.. jadi teringat kisah ketika masuknya Umar Bin Khattab ra kedalam Islam. Umar yang dikenal bangsa arab sebagai salah satu simbol kekuatan kota Mekkah ini sangat menyukai sastra. Dan dia masuk ke dalam Islam setelah mendengar indahnya surat Thoha yang dibacakan oleh adiknya sendiri (Fatimah).
Maa anzalnaa 'alaikal Qur'aana litasyqoo. Illaa tadzkirotal limay yakhsyaa. Tanziilam mimman kholaqol ardho wassamaawaatil 'ulaa. Arrohmaanu 'alal 'arsyistawaa.
"Kami tidak menurunkan kepadamu Al Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi mereka yang takut (kepada Allah). Diturunkan dari (Allah) yang telah menciptakan bumi dan langit. Dia lah Yang Maha Pengasih yang bersemayam di atas 'arsy. (Thaha: 2-5)."
Mendengar dan membaca kisah ini semakin menguatkan saya bahwa sastra itu menyimpan sesuatu yang ajaib dan unik. Membaca dan menuliskannya membuatku kuat dan lembut.
"Ajarkanlah anak-anakmu sastra, karena sesungguhnya sastra itu menguatkan sekaligus melembutkan hati" (Umar bin Khattab)”
Sedikit rahasia saja (-lah rahasia kok diumumkan ^_^-), bagiku menulis di blog bukanlah hanya sekedar hobi saja, tapi lebih kepada curahan perasaan yang ketika kita menuliskan uneg-uneg yang ada di kepala, pikiran menjadi terasa nyaman. Mungkin saya sedikit berbeda tidak seperti teman-teman yang menulis hanya untuk sekedar berbagi. Saya memiliki misi besar. Menulis di blog ini saya anggap sebagai ajang latihan. Yup.. latihan untuk mencari gaya tulisan saya. Sehingga bisa menerbitkan sendiri sebuah buku suatu saat nanti (sepertinya sih novel, kalau buku motivasi kagak mampu lah.. ^_^). Itulah misi saya menulis di blog ini.
Adalah bang Jonru, seorang penulis terkenal di negeri ini berkenan membagi sedikit ilmunya tentang kepenulisan. Untuk menjadi penulis yang hebat maka setidaknya ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh seorang pemula. Pertama yaitu sering-seringlah menulis (menulis apa saja), kedua sering-seringlah membaca, dan yang ketiga adalah ikuti pelatihan kepenulisan. Untuk poin ketiga sebenarnya hanyalah pelengkap saja. Ini untuk semakin mengasah kemampuan menulis. Sedangkan dua yang pertama, ini wajib dilakukan bagi mereka yang punya impian menjadi penulis hebat.
Nah berbicara mengenai kegiatan menulis, maka tak akan lepas dengan waktu kegiatan itu dilakukan. Bagiku menulis itu ada waktunya. Tidak semua waktu bisa saya gunakan untuk menulis. Jika salah mengambil waktu, maka ide-ide itu tidak akan keluar. Kalaupun bisa keluar, maka tidak akan bisa lancar dan bisa berujung kepada keputusasaan. Maka saya harus mencari waktu yang mustajab untuk bisa menyalurkan ide-ide itu. Saya selalu yakin bahwa ide itu ada dan tersembunyi, diperlukan katalis waktu untuk memanggilnya.
Bagi pekerja kantoran seperti saya, tidak banyak waktu yang bisa saya gunakan untuk menulis. Pergi pagi pukul 08.30 WIB dan pulang selepas maghrib, praktis membuat waktu menulis bagi saya menjadi sempit. Maka waktu menulis di pagi hari selepas sholat subuh menjadi konsekuensi logis. Jangan tanya kenapa tidak menulis selepas pulang kantor. Jawabannya cukup satu kata saja, capek ^_^.
Dan tidak semua waktu seusai sholat subuh bisa saya pergunakan untuk menulis. Pekerjaan seperti mencuci baju, mengepel dan membersihkan rumah juga tidak bisa saya tinggalkan begitu saja bukan?. Belum lagi kalau saya sedang keranjingan membaca novel. Hadeuh...!! Bisa dengan sangat mudah ditebak, menulis menjadi anak tiri yang terlupa.
Kalau kita berbicara mengenai aktifitas membaca dan menulis, maka tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya sastra. Saya memang bukanlah alumni pendidikan sastra, tapi saya mulai menyukai sastra beberapa tahun belakangan ini. Entah sejak kapan mulainya, saya akhirnya menjadi penikmat sastra. Menyukai kalimat-kalimat indah yang bermakna dalam.
Ah.. jadi teringat kisah ketika masuknya Umar Bin Khattab ra kedalam Islam. Umar yang dikenal bangsa arab sebagai salah satu simbol kekuatan kota Mekkah ini sangat menyukai sastra. Dan dia masuk ke dalam Islam setelah mendengar indahnya surat Thoha yang dibacakan oleh adiknya sendiri (Fatimah).
Maa anzalnaa 'alaikal Qur'aana litasyqoo. Illaa tadzkirotal limay yakhsyaa. Tanziilam mimman kholaqol ardho wassamaawaatil 'ulaa. Arrohmaanu 'alal 'arsyistawaa.
"Kami tidak menurunkan kepadamu Al Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah. Melainkan sebagai peringatan bagi mereka yang takut (kepada Allah). Diturunkan dari (Allah) yang telah menciptakan bumi dan langit. Dia lah Yang Maha Pengasih yang bersemayam di atas 'arsy. (Thaha: 2-5)."
Mendengar dan membaca kisah ini semakin menguatkan saya bahwa sastra itu menyimpan sesuatu yang ajaib dan unik. Membaca dan menuliskannya membuatku kuat dan lembut.
"Ajarkanlah anak-anakmu sastra, karena sesungguhnya sastra itu menguatkan sekaligus melembutkan hati" (Umar bin Khattab)”
laik this pos
BalasHapussaya ndaftar deh jadi pelanggan pertama novelnya
:D
saya penginnya malah pengin bikin antologi puisi pak, gak istiqomah klo bikin novel
selalu berhenti di tengah jalan gara2 pengolahan konfliknya gak keren
bener yaa... nanti klo dah launching ^_^
Hapusini tantangan buat saya, tapi saat ini saya masih mencoba mencari gaya tulisanku sendiri. Sampe sekarang masih belum puas.
wihh wihh wihh.. aku juga nulis di blog kebanyakan isinya curhat mas Fifin. hihi..
BalasHapusdan dulu *lama banget kesannya* waktu masih kuliah, juga kebanyakan blogging nya pas pagi banget, habis subuhan. itu emang menurutku waktu yang pas. otak juga masih fresh. dan biasanya muncul ide-ide segar.. :D
ditunggu bukunyaaa. kalo mau kirim testernya juga bolehh. hihi :P
siip.. ini sedang latihan nulus dulu. masih belum puas dengan gaya menuls saya. Jauh banget dari ekspektasi.
Hapusntar beli yaaa he he..
ayo mas terus menulis, untuk saat ini sy komen dulu aja, belum sempat (menyempatkan -red) update blog :D
BalasHapus*sy jg punya impian menerbitkan buku, skarang hanya pernah menerbitkan terjemahan buku. saling mendukung ya :)
wah pernah nerbitin buku terjemahan apa nur? kok aku ndak tahu yah..
Hapussama mas..
BalasHapuskdang jam 4 pagi saya sengajain buat nulis.lebih segar aja..
kalau saya pengen nerbitin buku kyk radityadika..hehehe
ayo mbak youra saling menyemangati. semoga nanti suatu saat kita bisa memegang buku hasil karya masing2.
Hapusnerbitin buku saku tentang Islam dr bahasa Inggris ke Indonesia, permintaan dari Syeikh skaligus imam masjid Columbia saat dulu ketemu di sana. Penerbitannya di Jogja, dan sudah disebarkan ke berbagai kota di Indonesia untuk kepentingan dakwah.
BalasHapussubhanallah... keren nur...
HapusAku juga sulit untuk bisa menulis setiap hari apalagi di hari kerja, jadi kadang saat akhir pekan saat yang paling pas untuk blogwalking dan menulis. :)
BalasHapusbener banget mbak, saat weekend emang paling enak membuat tulisan.
Hapus