Pemuda itu kembali memegangi perutnya yang sangat lapar. Sudah dua hari ini dia kehabisan bekal. Dalam perjalanan kali ini, dia disuruh oleh ibunya untuk mengantarkan barang kepada rekan bisnis yang masih terhitung saudara di perkampungan yang cukup jauh dengan tempatnya tinggal. Namun, ekspektasi lama perjalanan kali ini ternyata berbeda dan sama sekali salah. Di tengah perjalanan ada seorang ibu-ibu dengan dua anak kecil yang sedang menangis. Karena penasaran, disapalah ibu itu dengan ramah. Ternyata mereka tidak memiliki makanan dan tengah kelaparan. Tanpa banyak berpikir, diambilah sisa bekal makanan yang ada kemudian dibagikan kepada ibu dan dua orang anaknya itu. Raut sangat gembira tergambar jelas di wajah ibu yang teduh itu sambil terus menerus mengucapkan banyak terima kasih kepada pemuda itu, semoga Allah nanti yang akan membalasnya. Pemuda itupun hanya tersenyum dan segera beranjak pergi sesaat setelah mengusap kepala kedua anak kecil itu yang kali ini sudah tak lagi menangis.
Sejenak angin semilir menggoyang-goyang anak rambut pemuda itu. Setelah berdehem sebentar diapun mendongak keatas. Ah mentari sudah naik tepat diatas di ubun-ubun, sudah saatnya sholat dhuhur. Pemuda itupun kemudian segera mencari masjid yang ada di perkampungan terdekat. Akhirnya dia menemukan masjid yang berada di tengah-tengah perkampungan. Lokasinya yang sangat strategis membuat jamaah yang datangpun terbilang cukup banyak. Pemuda itupun langsung mengambil air wudhu dan segera bergabung dengan jamaah lain untuk menunaikan sholat dhuhur. Pemuda itu khusuk dalam sholatnya dan berdoa supaya dikasih rejeki halal penyambung hidupnya.
Selesai sholat dan sejenak berdoa, ada seorang bapak-bapak yang tiba-tiba menghampiri. Bapak itu ternyata salah seorang pengurus masjid. Setelah sedikit berbincang, pemuda itupun berterus terang ingin bekerja apa saja untuk mendapat hasil halal dan bisa membeli makanan. Dia tengah kelaparan. Mendengar penjelasan pemuda yang ditemuinya itu, bapak pengurus masjid tersenyum teduh.
"Anda tidak usah bekerja nak, kebetulan istri saya telah memasak cukup banyak hari ini. Anak-anak saya kebetulan tengah bermain ke rumah nenek, entah kemungkinan hari ini pulang atau tidak".
"Afwan pak, bukannya menolak tawaran bapak, tapi saya ingin memakan makanan hasil keringat saya", pemuda itu menjelaskan dengan cukup hati-hati agar tidak melukai perasaan bapak pengurus masjid.
Bapak itupun berpikir sejenak, dan kemudian berkata lagi.
"Di rumah saya ada 5 ekor kambing, bagaimana jika kamu membersihkan kandang kambing saya dan saya akan memberikan upah dari hasil kerja kamu itu".
"Subhanallah, baik pak saya setuju". Pemuda itupun berbinar-binar dengan tawaran mengurus kandang dari bapak pengurus masjid itu. Meski tenaganya hampir habis, dia tetap bertekad.
Setelah hampir dua jam akhirnya pemuda itu selesai membersihkan kandang, mencari pakan di kebun di belakang rumah, dan mengisi air untuk minum 5 kambing itu.
Melihat kerja keras pemuda itu, bapak pengurus masjid merasa terenyuh dan segera memberikan upah tepat setelah selesai pemuda itu bekerja membersihkan kandang. Memberikan upah bahkan sebelum keringat pemuda itu kering, bukankah itu sunnah dari Rosulullah?.
Sebuah pekerjaan halal untuk sebuah hasil yang halal. Subhanallah, hikmah yang bisa kita petik pagi ini.
-fifin-
8 Februari 2012.
Sebuah pagi di Bandung sambil ditemani nonton Naruto.
Sejenak angin semilir menggoyang-goyang anak rambut pemuda itu. Setelah berdehem sebentar diapun mendongak keatas. Ah mentari sudah naik tepat diatas di ubun-ubun, sudah saatnya sholat dhuhur. Pemuda itupun kemudian segera mencari masjid yang ada di perkampungan terdekat. Akhirnya dia menemukan masjid yang berada di tengah-tengah perkampungan. Lokasinya yang sangat strategis membuat jamaah yang datangpun terbilang cukup banyak. Pemuda itupun langsung mengambil air wudhu dan segera bergabung dengan jamaah lain untuk menunaikan sholat dhuhur. Pemuda itu khusuk dalam sholatnya dan berdoa supaya dikasih rejeki halal penyambung hidupnya.
Selesai sholat dan sejenak berdoa, ada seorang bapak-bapak yang tiba-tiba menghampiri. Bapak itu ternyata salah seorang pengurus masjid. Setelah sedikit berbincang, pemuda itupun berterus terang ingin bekerja apa saja untuk mendapat hasil halal dan bisa membeli makanan. Dia tengah kelaparan. Mendengar penjelasan pemuda yang ditemuinya itu, bapak pengurus masjid tersenyum teduh.
"Anda tidak usah bekerja nak, kebetulan istri saya telah memasak cukup banyak hari ini. Anak-anak saya kebetulan tengah bermain ke rumah nenek, entah kemungkinan hari ini pulang atau tidak".
"Afwan pak, bukannya menolak tawaran bapak, tapi saya ingin memakan makanan hasil keringat saya", pemuda itu menjelaskan dengan cukup hati-hati agar tidak melukai perasaan bapak pengurus masjid.
Bapak itupun berpikir sejenak, dan kemudian berkata lagi.
"Di rumah saya ada 5 ekor kambing, bagaimana jika kamu membersihkan kandang kambing saya dan saya akan memberikan upah dari hasil kerja kamu itu".
"Subhanallah, baik pak saya setuju". Pemuda itupun berbinar-binar dengan tawaran mengurus kandang dari bapak pengurus masjid itu. Meski tenaganya hampir habis, dia tetap bertekad.
Setelah hampir dua jam akhirnya pemuda itu selesai membersihkan kandang, mencari pakan di kebun di belakang rumah, dan mengisi air untuk minum 5 kambing itu.
Melihat kerja keras pemuda itu, bapak pengurus masjid merasa terenyuh dan segera memberikan upah tepat setelah selesai pemuda itu bekerja membersihkan kandang. Memberikan upah bahkan sebelum keringat pemuda itu kering, bukankah itu sunnah dari Rosulullah?.
Sebuah pekerjaan halal untuk sebuah hasil yang halal. Subhanallah, hikmah yang bisa kita petik pagi ini.
-fifin-
8 Februari 2012.
Sebuah pagi di Bandung sambil ditemani nonton Naruto.
Memberikan upah bahkan sebelum keringat pemuda itu kering, aku baru tau kalo itu sunnah Rasul..
BalasHapusCerita yang sangat menarik mas Fifin :)
yup bener mbak, klo tidak salah dikisahkan dalam sebuah hadist.
HapusRasulullah SAW menyatakan, "Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya." (HR Ibnu Majah)
jaman sekarang sulit menemukan pemuda seperti itu pak
BalasHapuskebanyakan orang suka yang instant, kadang-kadang saya berpikir prinsip ekonomi yang diajarkan di SMP itu salah
"dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya"
tuh, kalau dicermati kan ini kurang tepat ^^
he he... karena sistem ekonomi yang diajarkan banyak yang berasal dari Barat bukan berasal dari islam. Mereka tidak mengenal yang namanya keberkahan.
Hapusbener yg dikatakan Puch ... byk org sekarang suka apa apa yg instan
BalasHapussalut buat pemuda itu
begitulah realitas sekarang, menurutku ini juga dampak tontonan di televisi yang kadang mencontohkan kesuksesan instan.. padahal yang benar adalah kerja keras untuk menghasilkan hasil yang berkah.
Hapussalut buat pemuda itu...
BalasHapusuntuk jaman sekarang sulit mencari orang kayak gitu...