Dulu ketika masih berada di tingkat SMU, saya merasa paling bosan dengan pelajaran sejarah. Menurut pandangan saya ketika itu, pelajaran sejarah itu sama sekali tidak menarik dan tidak penting. Berbeda dengan ilmu eksakta seperti Fisika, Matematika atau Kimia yang terlihat lebih dibutuhkan di masa mendatang. Saya sering menguap kebosanan jika sedang mendapat pelajaran tentang sejarah. Entahlah, bisa jadi karena gurunya yang tak lihai meracik mata pelajaran ini menjadi menarik atau memang dari pangkalnya sendiri (materi-nya) sudah tak membuatku tertarik.
Namun belakangan saya mulai sedikit mengubah paradigma berpikir saya. Saya mulai tertarik dengan hal-hal yang berbau sejarah. Entahlah, perasaan suka itu muncul setelah membaca novel menarik berjudul Pengikat Surga karya mbak Hisani Bent Soe. Ketika membaca buku itu, (ditambah genrenya yang berupa novel) membuat saya seperti melihat dengan jelas kondisi perjuangan Rosulullah di masa lampau. Berjuang bersama sahabat-sahabat mulia yang beriman dan teguh. Saya seperti berada di tengah-tengah mereka.
Sejarah menjadi sangat menarik bagi saya. Bukan karena perubahan paradigma, namun lebih karena ternyata sejarah memang benar-benar menarik. Maka tak heran beberapa ratus abad yang lalu, Ibnu Khaldun (seorang sejarawan muslim dari Tunisia) yang bernama lengkap Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami yang terkenal dengan karya fenomenalnya Muqaddimah pernah mendefinisikan tentang sejarah.
"Sejarah adalah ilmu sangat berharga, sangat bermanfaat dan sangat mulia dalam tujuannya. Ia menjelaskan kepada kita tentang perilaku-perilaku umat terdahulu, jalan hidup nabi-nabi serta cara raja-raja mengatur negara-negara mereka. Dengan itu kita dapat meneladani mereka dalam urusan agama dan dunia. Sejarah, membutuhkan banyak sudut pandang dan beragam pengetahuan serta kemampuan analisa untuk sampai pada kebenaran dan terbebas dari kesalahan".
Dan benar saja. Dengan membaca sejarah kita bisa mengambil banyak hikmah dari kejadian-kejadian luar biasa di masa lampau. Seperti halnya Rosulullah, ketika beliau sedang sedih atau merasa berat, Allah menghiburkan dengan kisah nabi-nabi terdahulu (kisah nabi-nabi ini banyak dikisahkan di dalam Al Quran). Ini seperti pesan suci dari Allah kepada Rosul bahwa beliau tidak sendiri dalam perjuangan. Ada nabi-nabi terdahulu yang sudah memulai.
Dan kini, rasanya saya ingin sekali membaca ulang sejarah lengkap pahlawan pergerakan islam di Indonesia. Juga buku-buku pemikir hebat islam pada masa lalu seperti Moh. Natsir (pendiri DDII) , Buya Hamka, Sayyid Qutb, Hasan Al Banna dll. Namun bukan sekedar sejarah, tapi sejarah yang benar dan aktual. Bukan sejarah yang dibengkokkan oleh kepentingan politis belaka. Kita ambil contoh sejarah perang Padri (1803-1821) pimpinan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat. Dulu waktu sekolah dasar, sering kita membaca riwayat perang Padri sebagai akibat perebutan tanah dengan kaum adat (semoga ingatan saya tidak salah). Tidak pernah dibahas bahwa faktor utama peperangan tersebut akibat Tuanku Imam Bonjol yang seorang ulama ingin menerapkan syariat islam kepada rakyatnya. Namun kemudian ditentang oleh kaum adat sehingga terjadi pergolakan. Dan bahkan penjajah belanda akhirnya membantu kaum adat untuk mengalahkan kaum padri / kaum ulama, namun gagal dan berujung pada perjanjian damai (sumber).
Juga mengenai sejarah periode peralihan rezim Tokugawa ke era Meiji di Jepang. Saya pernah membahasnya singkat dalam postingan Himura Kenshin dan Arya Kamandanu. Sejarah memang menarik untuk disimak kawan. Seperti kata Ibnu Khaldun, dengan mempelajari sejarah, kita bisa meneladani mereka dalam urusan agama dan dunia. Jadi ingat petuah bijak mbah-mbah di kampungku kalau sedang ngobrol ngalor-ngidul di warung kopi, "Ojo lali karo sejarah" (yang artinya jangan lupakan sejarah).
-fifin-
Kontrakan Bandung, 4 Februari 2012.
Sambil menikmati keripik tempe bawaan istri dan juga secangkir teh Walini lemon .
jadi ingat bang Togar yang begitu kekeuh melarang Borno untuk bekerja di dermaga kapal Ferri
BalasHapusia bilang: Jangan melupakan sejarah! Pelampung telah mengalahkan pengemudi sepit.
(Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah)
^_^
hemm jadi pengen baca novelnya..
Hapussaya tergantung guru nya juga mas. kadang enak belaja sejarah kadang bosan dan ngantuk dikelas..hehe
BalasHapusha ha... berarti sama donk...
Hapusuntung ndak di lempar kapur sama guru nya ^_^
coba dulu yg jd guru sejarah saya, pasti mas jadi suka pelajaran sejarah... :p
BalasHapusbenar sekali, Peto Syarif atau yg tkenal dgn Tuanku Imam Bonjol adalah ulama pemimpin kaum paderi yg b'usaha menegakkan syariat Islam pd kaum Adat. Kaum adat yg b'agama Islam namun msh suka miras, judi, dan tindakan tak bersyariat lainnya. Ini dimanfaatkn sbg ajang politik devide et empera oleh Belanda.
Alhmdllh, insyaAllah hal tsb.yg saya sampaikan ke siswa2 saya. B'usaha mengajarkan sejarah yang benar ;)
he he.. guru sejarahnya cantik dan anggun ^_^.
Hapusndak tahu apakah pelajaran sejarah sekarang ini sudah di rombak dan sudah sesuai dengan sejarah yang benar. Bukan digubah untuk melanggengkan dan membuat konspirasi tertentu. Disini kita sebagai rakyat harus tetap kritis terhadap kurikulum yang di edarkan di sekolah.
Seperti postingan kisah Douwes dekker yang berbeda di blogmu itu juga salah satu bukti bahwa buku yang beredarpun masih banyak mengalami kesalahan.
Dan setiap orang harus belajar dari sejarah hidupnya, juga sejarah hidup orang lain, pelajaran gratis yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar tidak jatuh dalam kesalahan yang sama dan terhindar dari kesalahan yang lain..
BalasHapusyuuk... bener banget ris.
Hapussepakat bgt.
siapa dulu ya yg pernah bilang JAS MERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah), Soekarno klo ga salah. Sepakat deh pokoknya :)
BalasHapuswah ada ya istilah seperti itu. walah aku kok ndak tahu ya... hu hu..
Hapusharus banyak membaca lagi deh..
jadi merasa kurang ilmu sejarah.
mari belajar sejarah ^_^
ya dengan sejarah kita banyak belajar agar tidak mengulangi kesalahan yg sama dan bisa lebih baik ke depannya.
BalasHapussy udah tahu loh, sejarahnya menikahnya fiffin & mbak yuli. klo gak salah waktu sambil makan bebek sangkuriang, fiffin pernah cerita ke kita sy & thoha.
wah itu yang indah dan menarik untuk dijadikan novel put ha ha...
BalasHapus