Pernahkah kawan bertemu dengan orang yang setiap perkataannya selalu menyakiti hati kita. Setiap apa yang keluar dari mulutnya selalu membuat kuping kita panas. Ingin rasanya kita membalas cemoohan mereka dengan cemoohan yang lebih menyakitkan lagi. Namun kita akan berpikir lagi, "trus apa bedanya kita dengan mereka?". Pernahkan bertemu dengan orang-orang seperti itu kawan?. Orang yang setiap apa yang keluar dari mulutnya terasa menusuk-nusuk hati dan seringkali merendahkan.
Saya pribadi pernah atau kadang bertemu dengan tipe orang seperti ini. Entahlah, mungkin betul juga apa yang sering dikatakan orang jawa bahwa "geni ojo dilawan karo geni" yang artinya api jangan dilawan dengan api. Karakter yang senantiasa berlawanan, tidak pernah bisa klop. Setiap yang dikatakan orang itu sering kali membuat saya sakit hati dan terkadang malah emosi. Namun selama ini saya lebih sering memilih menghindar dari tipe orang seperti itu. Yah.. menghindar, hanya itu yang bisa saya lakukan. Sebisa mungkin saya akan menghindar dari berbincang-bincang dan berinteraksi dengannya walaupun secara fisik dia mungkin dekat.
Tiga hari ini saya pulang ke kampung halaman di Magetan untuk bertemu dengan keluarga tercinta (menjadi alasan juga kenapa blog saya terbengkalai selama 3 hari ini) . Iseng-iseng saya memilah-milah buku yang ada di lemari tempat istri menyimpan koleksi buku-bukunya yang berjubel. Saya kemudian menemukan buku berjudul "Laa Tahzan" karya Dr. 'Aidh bin Abdullah Al-Qarni. Kalimat yang ada di halaman 53 buku itu sangat menggambarkan dengan tema yang saya tulis ini.
-fifin-
15 Februari 2012
Bandung
Saya pribadi pernah atau kadang bertemu dengan tipe orang seperti ini. Entahlah, mungkin betul juga apa yang sering dikatakan orang jawa bahwa "geni ojo dilawan karo geni" yang artinya api jangan dilawan dengan api. Karakter yang senantiasa berlawanan, tidak pernah bisa klop. Setiap yang dikatakan orang itu sering kali membuat saya sakit hati dan terkadang malah emosi. Namun selama ini saya lebih sering memilih menghindar dari tipe orang seperti itu. Yah.. menghindar, hanya itu yang bisa saya lakukan. Sebisa mungkin saya akan menghindar dari berbincang-bincang dan berinteraksi dengannya walaupun secara fisik dia mungkin dekat.
Tiga hari ini saya pulang ke kampung halaman di Magetan untuk bertemu dengan keluarga tercinta (menjadi alasan juga kenapa blog saya terbengkalai selama 3 hari ini) . Iseng-iseng saya memilah-milah buku yang ada di lemari tempat istri menyimpan koleksi buku-bukunya yang berjubel. Saya kemudian menemukan buku berjudul "Laa Tahzan" karya Dr. 'Aidh bin Abdullah Al-Qarni. Kalimat yang ada di halaman 53 buku itu sangat menggambarkan dengan tema yang saya tulis ini.
Sesungguhnya anda tidak akan mampu membungkam mulut mereka dan tidak pula mampu mengekang lisan mereka untuk diam. Akan tetapi, anda mempunyai kemampuan untuk mengubur kritikan mereka, membalas sikap mereka dengan menjauh dari mereka, tidak memperhatikan sepak terjang mereka, dan tidak mengindahkan ocehan mereka.
-fifin-
15 Februari 2012
Bandung
yang bisa kita lakukan mungkin mencoba memberinya pandangan yang realistis, supaya dia sendiri memikirkan apa yang sebenernya dia mau dan apa yang bisa kita tawarkan untuk membantunya. tapi kalo gak perlu juga gak perlu diladeni sih, selama orang itu bukan dalam rangka komplain atas layanan dan barang yang kita tawarkan/jual.
BalasHapusnah disini kadang juga dibutuhkan kemampuan untuk menjelaskan ketidaksukaan kita. Tapi disini saya sangat lemah. Sungkan juga mengatakan bahwa kata-kata anda sangat menyakiti saya. Alhasil saya lebih memilih menghindar saja.
HapusSaya pernah berpikiran untuk membalas hal yang buruk ke saya dengan hal yang sama, tapi jadi berfikir, kalau saya membalas dengan hal yang sama, bukanlah berarti saya sama saja dengan dia, sama menyebalkan, sama gak baiknya, sama rendahnya dalam memperlakukan sesama..jadi sadar, dan mending diam.
BalasHapusdalam kondisi ini, diam adalah emas.
Hapusmenyiapkan segala kemungkinan ketemu dengan berbagai orang , termasuk yang paling tidak menyenangkan ! :D .
BalasHapusbener banget ed, kalau saya lebih baik menghindar. Tapi paling apes jika ternyata kita bergantung pada orang yang tidak kita sukai itu huk huk...
Hapuswah, bener banget tuh pak
BalasHapussaya juga pernah punya mbak kos yg mirip seperti itu, bikin emosi (selalu)
akhirnya cuman kucuekin aja, entah dia ngomong apa gak pernah kutanggapi
lama-lama dia diem juga dan....
saya bisa hidup nyaman & damai :D
ha ha... memang harus dibuat seperti itu mbak, biar dia ngerasa sendiri bahwa apa yang dia sering katakan itu membuat kita tidak nyaman. Kalau dia ndak paham juga berarti, memang karakternya tak cocok dengan kita. Musti dihindari.
Hapus