Ketika kita mendengar nama stasiun, maka hal pertama yang mungkin terlintas pertama kali di pikiran mungkin adalah kereta. Yah sudah beberapa tahun terakhir ini saya sangat akrab dengan yang namanya angkutan rakyat yang satu ini. Angkutan yang membawa saya dari kampung halaman dengan tempat saya mencari maisyah. Sejauh ini kereta telah menjadi sahabat yang baik dalam perjalanan. Tak hanya sekedar menjadi sarana angkutan, tapi lebih kepada saksi bisu bagaimana kondisi perasaan ketika meninggalkan keluarga tercinta di kampung halaman.
Kereta menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang dinamakan dengan stasiun. Dalam sebuah perjalanan dari titik awal sampai kepada tujuan, kereta api akan melewati dan sering berhenti di stasiun-stasiun yang telah dijadwalkan. Pemberhentian ini dalam rangka menaikkan dan menurunkan penumpang dan juga mengisi bahan bakar. Tidak lantas sebuah kereta api berjalan terus tanpa berhenti dari titik awal sampai di titik akhir. Ada titik-titik tertentu yang mengharuskan sebuah kereta api berhenti. Tak pula selalu di stasiun, bahkan bisa pemberhentian dilakukan di tengah sawah. Apalagi kalau bukan dalam rangka koordinasi dengan armada kereta api yang lainnya yang mungkin memanfaatkan jalur kereta yang sama.
Demikian pula dengan cerita perjalanan hidup seorang manusia. Dia memiliki titik-titik pemberhentiannya masing-masing. Bisa dibilang setiap kehidupan manusia memiliki stasiun-stasiunnya sendiri. Tidak sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Stasiun awal yang dinamakan dengan kelahiran sampai pada stasiun akhir yang dinamakan dengan kematian. Namun tidak mesti setiap manusia diberi kesempatan untuk melalui seluruh stasiun yang ada. Semua ditentukan oleh ketentuan Allah terhadap manusia tersebut. Apakah diberi kesempatan untuk melalui seluruh stasiun kehidupan tersebut ataukah beberapa stasiun saja.
Tidak selalu setiap manusia melewati atau berhenti di stasiun besar saja. Ada kalanya kereta kehidupan musti berhenti di stasiun-stasiun kecil. Stasiun-stasiun untuk melepas kepenatan hidup. Stasiun yang digunakan untuk sejenak istirahat dari hingar bingar pekerjaan, hanya untuk berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga di rumah. Sebuah kesempatan yang harus dimaksimalkan untuk membuat kita bisa berlari pada tantangan kehidupan selanjutnya.
Kereta menaikkan dan menurunkan penumpang di tempat yang dinamakan dengan stasiun. Dalam sebuah perjalanan dari titik awal sampai kepada tujuan, kereta api akan melewati dan sering berhenti di stasiun-stasiun yang telah dijadwalkan. Pemberhentian ini dalam rangka menaikkan dan menurunkan penumpang dan juga mengisi bahan bakar. Tidak lantas sebuah kereta api berjalan terus tanpa berhenti dari titik awal sampai di titik akhir. Ada titik-titik tertentu yang mengharuskan sebuah kereta api berhenti. Tak pula selalu di stasiun, bahkan bisa pemberhentian dilakukan di tengah sawah. Apalagi kalau bukan dalam rangka koordinasi dengan armada kereta api yang lainnya yang mungkin memanfaatkan jalur kereta yang sama.
Demikian pula dengan cerita perjalanan hidup seorang manusia. Dia memiliki titik-titik pemberhentiannya masing-masing. Bisa dibilang setiap kehidupan manusia memiliki stasiun-stasiunnya sendiri. Tidak sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Stasiun awal yang dinamakan dengan kelahiran sampai pada stasiun akhir yang dinamakan dengan kematian. Namun tidak mesti setiap manusia diberi kesempatan untuk melalui seluruh stasiun yang ada. Semua ditentukan oleh ketentuan Allah terhadap manusia tersebut. Apakah diberi kesempatan untuk melalui seluruh stasiun kehidupan tersebut ataukah beberapa stasiun saja.
Tidak selalu setiap manusia melewati atau berhenti di stasiun besar saja. Ada kalanya kereta kehidupan musti berhenti di stasiun-stasiun kecil. Stasiun-stasiun untuk melepas kepenatan hidup. Stasiun yang digunakan untuk sejenak istirahat dari hingar bingar pekerjaan, hanya untuk berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga di rumah. Sebuah kesempatan yang harus dimaksimalkan untuk membuat kita bisa berlari pada tantangan kehidupan selanjutnya.
pemberhentian sesaat untuk mengisi bahan bakar??
BalasHapusini seperti "majelis iman" dalam bukunya Anis Matta, Menikmati Demokrasi ^_^
hoo iya ta?... saya malah belum baca tuh buku. Masih beredar ndak ya?
HapusKapan yaaa aku smapai di stasiun penting, hingga menerima seseorang sebagai 'teman baru'??? *ehhh :p
BalasHapusnah... kapan yaa... semoga cepet deh..
Hapusiya.. itu diambil pas lagi menunggu kereta datang. Akhirnya jeprat-jepret deh, siapa tahu nanti ada ide menulis bisa ditambahkan.,
BalasHapus