-Status FB saya beberapa hari yang lalu-
Bahagia, yah sebuah kata yang sering menjadi primadona. Kalau kita mencoba mencermatinya, maka sebenarnya kata ini memiliki makna yang sangat mendalam. Kadang dia tidak bisa diartikan dengan hanya satu kata atau satu kalimat saja. Dia tidak sama artinya dengan senang atau suka. Dia memiliki varian makna khusus yang lain.
Setiap orang bisa mendefinisikan kebahagiaan versi mereka masing-masing. Misalnya saja bagi saya, ketika saya sudah hidup berumah tangga dengan akhwat pilihan saya, sayapun bahagia. Ketika saya pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan orang-orang tercinta, sayapun bahagia. Ketika saya merasa sangat sehat, sayapun bahagia. Kondisi bahagia ini ternyata bisa bermacam-macam. Namun yang saya ungkapkan tadi hanya sebuah kasus per kasus yang membuat saya mengatakan itu bahagia.
Sebagai contoh kasus yang terjadi pada diri saya diatas, ternyata kebahagiaan itu datang dari nikmat dan karunia Allah yang saya dapat. Maka betul sekali apa yang dikatakan Syekh Abdur Rahman bin Sa'diy dalam bukunya 'Kiat Meraih Hidup Bahagia', salah satu faktor datangnya kebahagiaan adalah memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang ada pada dirinya. Baiklah, akhirnya kita memiliki satu definisi baru mengenai bahagia yakni ia datang karena nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kemudian kalau kita mencermati sejarah Islam, maka kita akan menemui Abdul malik bin marwan, seorang khalifah kelima dari Bani Umayyah. Dia memiliki istana yang sangat megah. Namun apakah istana yang megah itu mampu membahagiakannya?. Ataukah kebahagiaan juga datang dari pasukan luar biasa Harun Ar Rasyid (khalifah kelima dari Dinasti Abbasiyah yang sering dinamakan the Golden Age Of Islam)?. Apakah kebahagiaan datang juga dari harta luar biasa simpanan Qarun?. Pastilah kesemuanya tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sejati.
Namun kita bisa melihat dengan jelas kebahagiaan yang ada pada diri sahabat Nabi, sekalipun mereka minim sumber daya manusia, gersang penghidupannya, minim pemasukannya dan rendah daya belinya. Ternyata faktor kebahagiaan itu timbul karena kebenaran yang dijalani, dada yang lapang karena prinsip yang diyakini dan kalbu yang tenang karena kebaikan yang dimiliki.
Maka tugas kita hanyalah berbuat baik untuk menggapai ridho Allah dan menghindari dosa agar diliputi rasa aman. Dengan ini insyaAllah kita bisa mendapatkan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang datang dengan rahmat dan nikmat dari Allah, dan dengan itu kita bersyukur, serta kita pun juga bisa tenang karena prinsip kokoh yang kita jalani. Wallahualam.
Referensi : "Laa Tahzan", oleh Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni.
okeee...satu lagi definisi bahagia, saya bungkus deh
BalasHapus*buat koleksi ^_^
yup definisi bahagia bisa banyak.. Tiap-tiap orang berbeda dalam mendefiniskannya.
Hapus"ketika saya sudah hidup berumah tangga dengan akhwat pilihan saya, sayapun bahagia".. betul fin, lebih bahagia jikalau sudah menemukan pasangannya. tapi tetap semua nya harus ditata dan direncakan dgn matang. Bukan berarti menyegerakan menikah, tapi modal tidak ada.
BalasHapus"Ternyata faktor kebahagiaan itu timbul karena kebenaran yang dijalani, dada yang lapang karena prinsip yang diyakini dan kalbu yang tenang karena kebaikan yang dimiliki"... yup setuju fin. gak sreg klo apa yg kita lakukan bertentangan dgn kebenaran, meskipun hal kecil
bener banget put, menyegerakan tidak sama dengan terburu-buru. Kalau sudah siap, ya segera menikah saja. Kalau belum, ya musti bersabar berpuasa dulu.
HapusHehehe..
BalasHapusPuasa,, puasa,,,
Ramadhan sebentar lg.
Let's Happy for up coming Ramadhan
heee? apa hubungannya antara puasa dengan arti bahagia?
Hapuskomentar spamkah?
Afwan,,bUkannnn,, g niat spam ,,,
Hapuscuma nanggepin comment yg "Kalau belum, ya musti bersabar berpuasa dulu."
Jd g nymbung y sm bahasan, hehehe.
he he. :)
Hapus