KIra-kira dua tahun yang lalu, ada sebuah acara di televisi yang selalu menarik perhatian saya. Acara itu bertajuk 'Indonesia Menghafal Al Quran'. Acara tersebut ditayangkan di TPI (sekarang MNC TV) setiap hari Minggu siang (jam 13.00 WIB) yang dibawakan oleh ustadz kondang Yusuf Mansyur. Dari judulnya saja acara ini sebenarnya sudah sangat menarik dan menginspirasi. Indonesia Menghafal Al Quran, artinya mangajak dan memprovokasi seluruh bangsa Indonesia yang mengaku muslim untuk menghafal Al Quran. Sebuah acara yang sangat mendidik ini laksana setitik jarum kecil ditengah lautan tontonan yang sangat tidak mendidik.
Semakin menarik ketika ustadz Yusuf Mansyur menghadirkan Syekh Ali Jabber, seorang ulama keturunan Arab yang sekarang menetap untuk berdakwah di Indonesia. Ini mungkin juga karena istrinya (Umi Nadia) adalah orang asli Indonesia. Dari kabar yang saya dapatkan, Syekh Ali ini sudah hafal Al Quran umur belasan tahun, subhanallah. Di acara itu Syekh Ali menjadi narasumber utama bagaimana mengucapkan lafadz huruf Al Quran dengan benar (sesuai logat Arab). Dan sejak saat itu juga, saya mulai tertarik dengan keluasan ilmu seorang Syekh Ali Jabber. Jarang-jarang ulama Saudi bisa berbahasa Indonesia, dengan fasih pula.
Gambar diambil dari tausiahsyeikhali.co.cc
Namun entah kenapa acara yang katanya ratingnya sangat tinggi itu berhenti di tengah jalan. Apakah ada konspirasi dibalik ditutupnya acara yang berdampak sangat masif itu? -versi lebay-. Padahal kalau dipikir-pikir kembali, acara ini dampaknya sangat luas. Disiarkan ke seluruh Indonesia, dan ditayangkan pada jam-jam dengan trafik tinggi, yakni di siang hari. Sedikit banyak pasti akan menginspirasi masyarakat Indonesia, ada yang merasa terancamkah?.
Namun saya tidak sedang membahas mengapa acara 'Indonesia Menghafal' dihentikan. Itu kan tentu saja hak prerogatif si pemilik stasiun TV. Suka-suka dia donk, ya kan?. Tiga paragrap di atas saya maksudkan untuk mengenalkan saja siapa sih seorang Syekh Ali. Karena kemarin (Minggu, 11-03-2012), Syekh Ali kembali muncul di TV dalam acara 'Damai Indonesiaku' yang ditayangkan oleh TV One. Dan kata-kata beliau kemarin siang begitu mengena di hati saya, menyihir qolbu.
Kalimat beliau kemarin siang (tidak persis sama sih) tapi kira-kira seperti ini :
Semakin menarik ketika ustadz Yusuf Mansyur menghadirkan Syekh Ali Jabber, seorang ulama keturunan Arab yang sekarang menetap untuk berdakwah di Indonesia. Ini mungkin juga karena istrinya (Umi Nadia) adalah orang asli Indonesia. Dari kabar yang saya dapatkan, Syekh Ali ini sudah hafal Al Quran umur belasan tahun, subhanallah. Di acara itu Syekh Ali menjadi narasumber utama bagaimana mengucapkan lafadz huruf Al Quran dengan benar (sesuai logat Arab). Dan sejak saat itu juga, saya mulai tertarik dengan keluasan ilmu seorang Syekh Ali Jabber. Jarang-jarang ulama Saudi bisa berbahasa Indonesia, dengan fasih pula.
Namun entah kenapa acara yang katanya ratingnya sangat tinggi itu berhenti di tengah jalan. Apakah ada konspirasi dibalik ditutupnya acara yang berdampak sangat masif itu? -versi lebay-. Padahal kalau dipikir-pikir kembali, acara ini dampaknya sangat luas. Disiarkan ke seluruh Indonesia, dan ditayangkan pada jam-jam dengan trafik tinggi, yakni di siang hari. Sedikit banyak pasti akan menginspirasi masyarakat Indonesia, ada yang merasa terancamkah?.
Namun saya tidak sedang membahas mengapa acara 'Indonesia Menghafal' dihentikan. Itu kan tentu saja hak prerogatif si pemilik stasiun TV. Suka-suka dia donk, ya kan?. Tiga paragrap di atas saya maksudkan untuk mengenalkan saja siapa sih seorang Syekh Ali. Karena kemarin (Minggu, 11-03-2012), Syekh Ali kembali muncul di TV dalam acara 'Damai Indonesiaku' yang ditayangkan oleh TV One. Dan kata-kata beliau kemarin siang begitu mengena di hati saya, menyihir qolbu.
Kalimat beliau kemarin siang (tidak persis sama sih) tapi kira-kira seperti ini :
Pada saat seorang bayi baru saja lahir, maka tanggung jawab seorang ayah pertama kali adalah menyuarakan adzan di telinga sang bayi. Kemudian si bayi akan tumbuh berkembang dari bayi, kemudian menjadi anak-anak, beranjak remaja kemudian dewasa dan mungkin akhirnya sampai juga di usia senja. Sampai kemudian dia harus menghadapi keniscayaan sebuah kematian. Pada saat meninggal, seorang muslim musti disholatkan. Hikmah yang bisa kita petik dari kejadian ini adalah Allah hendak mengingatkan hambanya bahwa masa manusia hidup di dunia itu sebentar saja, hanya antara adzan dan sholat. Kalau kita sering sholat di Masjid, jarak waktu antara adzan dan sholat itu antara 5 menit atau paling panjang mungkin sampai 15 menit. Yah 5-15 menit, sangat sebentar saja. Begitulah sejatinya rentang waktu hidup kita di dunia.
nice post. Kangen jg dgn acaranya ust. Yusuf jg tausyiahnya. Pun dgn keluasan ilmu syekh ali. Kapan lg ya...
BalasHapusBtw, ttg antara adzan dan shalat wktu yg sbentar. Merinding adek membaca dan merenunginya...
untuk yusuf mansyur masih sering muncul di TV kok kalo pagi-pagi. Cuma untuk syekh Ali sepertinya jarang-jarang.
Hapusiyo dek, waktu di dunia itu hanya 'mampir ngombe', perasaan kemarin masih bermain bola dengan teman-teman SD, tapi skr udah mikirin kerjaan dan keluarga. Waktu yang sangat cepat dan singkat.
"antara adzan dan sholat" woo, sebentar ternyata ya Fin :)
BalasHapusyo ed. begitulah perumpaannya. T_T
Hapusberarti bener kata simbah saya, "wong urip kui mung koyo mampir ngombe", sebentar saja
BalasHapusingat Ustadz Yusuf Mansyur, saya jadi inget sering menyambangi masjid Nurul Ashri (deket tempat kerja saya) yang sekaligus dekat dengan Rumah Tahfidz
setiap sore, anak-anak kecil duduk berkelompok ditemani satu orang ustadz/ustadzah setiap kelompoknya, lantas setoran hafalan Qur'an di sana
jadi termotivasi untuk menghafal
masa' kalah sama anak-anak kecil itu....
yup Yusuf Mansyur mansyur temasuk ustadz motivator menghafal AlQuran dengan PPPA Darul Qurannya. Meskipun banyak kalangan menganggap juga ustadz yang satu ini ahlinya bicara sedekah ^_^.
Hapus