Meskipun saya tergolong penggemar kopi tingkat dewa (sampai-sampai blog ini saya beri nama coffee break), namun saya bukanlah orang yang begitu saja mengesampingkan arti kesehatan. Dengan sehat, tentu kita akan mampu beraktifitas dengan maksimal. Dan yang lebih penting lagi, ibadah kita kepada Allah akan maksimal pula. Maka untuk menjaga kondisi tubuh saya supaya tetap fit, saya biasa mengkonsumsi madu. Walah, kenapa bahasa saya mirip iklan di televisi yah? ha ha tapi begitulah, madu memiliki manfaat luar biasa kawan.
Beberapa hari yang lalu saya tak sengaja memencet tombol remote televisi yang menunjuk ke salah satu stasiun TV lokal. Rupanya sedang tayang semacam acara dokumenter tentang kehidupan orang-orang pedalaman di daerah hutan hujan tropis. Disitu digambarkan bagaimana kehidupan orang-orang yang masih terbelakang, berkelompok membentuk suku-suku. Dengan pakaian seadanya mereka berjuang menaklukkan hutan untuk penghidupan mereka. Dan itu berlangsung lama, bahkan dimulai sejak nenek moyang mereka.
Ilustrasi Memanjat Pohon diambil dari arumsekartaji.wordpress.com
Mereka rela mengorbankan jiwa mereka untuk memberikan penghidupan maksimal bagi anak dan istri mereka. Mengorbankan jiwa? yah benar kawan, mereka tak segan merelakan nyawa terbuang demi asupan makan terbaik bagi keluarga mereka. Dan ini akan menjadi penghormatan yang tinggi bagi sukunya. Salah satu asupan makanan terbaik yang mereka cari adalah madu. Mereka sudah paham, madu memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan mereka.
Para suami di daerah pedalaman itu akan mencari madu di hutan. Tak jarang madu berada di pohon yang tingginya berada 40 meter dari permukaan tanah. Kemudian mereka akan memanjat pohon itu tanpa peralatan bantu yang memadai. Hanya sebilah rotan untuk mengikat tubuh mereka, kemudian semacam sabit untuk melukai pohon sebagai pijakan kaki mereka. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Dan ketika sampai diatas, ternyata perjuangan belum usai kawan. Masih ada ribuan ancaman sengatan lebah yang siap menyerang. Dan istri dan anak-anaknya hanya bisa menatap khawatir dari bawah.
Bagaimana dengan kita kawan, madu tersedia banyak di toko-toko dan supermarket yang mudah kita dapatkan. Kalau mereka yang dipedalaman saja tahu manfaat besar madu, bagaimana dengan kita?. Namun meski begitu, madu tidak selalu dirasakan nikmat dan bermanfaat, apalagi bagi para istri pertama.
Beberapa hari yang lalu saya tak sengaja memencet tombol remote televisi yang menunjuk ke salah satu stasiun TV lokal. Rupanya sedang tayang semacam acara dokumenter tentang kehidupan orang-orang pedalaman di daerah hutan hujan tropis. Disitu digambarkan bagaimana kehidupan orang-orang yang masih terbelakang, berkelompok membentuk suku-suku. Dengan pakaian seadanya mereka berjuang menaklukkan hutan untuk penghidupan mereka. Dan itu berlangsung lama, bahkan dimulai sejak nenek moyang mereka.
Mereka rela mengorbankan jiwa mereka untuk memberikan penghidupan maksimal bagi anak dan istri mereka. Mengorbankan jiwa? yah benar kawan, mereka tak segan merelakan nyawa terbuang demi asupan makan terbaik bagi keluarga mereka. Dan ini akan menjadi penghormatan yang tinggi bagi sukunya. Salah satu asupan makanan terbaik yang mereka cari adalah madu. Mereka sudah paham, madu memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan mereka.
Para suami di daerah pedalaman itu akan mencari madu di hutan. Tak jarang madu berada di pohon yang tingginya berada 40 meter dari permukaan tanah. Kemudian mereka akan memanjat pohon itu tanpa peralatan bantu yang memadai. Hanya sebilah rotan untuk mengikat tubuh mereka, kemudian semacam sabit untuk melukai pohon sebagai pijakan kaki mereka. Sungguh perjuangan yang luar biasa. Dan ketika sampai diatas, ternyata perjuangan belum usai kawan. Masih ada ribuan ancaman sengatan lebah yang siap menyerang. Dan istri dan anak-anaknya hanya bisa menatap khawatir dari bawah.
Bagaimana dengan kita kawan, madu tersedia banyak di toko-toko dan supermarket yang mudah kita dapatkan. Kalau mereka yang dipedalaman saja tahu manfaat besar madu, bagaimana dengan kita?. Namun meski begitu, madu tidak selalu dirasakan nikmat dan bermanfaat, apalagi bagi para istri pertama.
hadeh...kalimat terakhirnya itu loh...
BalasHapusdi apotek jualan madu, tapi jujur, saya jarang minum madu kalau gak pas sakit
sukanya air putih saja tanpa campuran apapun
he he sengaja kalimat terakhirnya dibuat seperti itu mbak ^_^.
Hapusiyah, sy dulu juga suka mengkonsumsi madu. apalagi dicampur dengan susu dancow,wah itu minuman terlezat.
BalasHapushemm kalau campur menyampur, suka madu yang dicampur dengan teh. Kalau dicampur dengan kopi sih belum pernah, takut mabuk.
Hapusmabuk kopi madu sih ndak papa, asal bukan mabok janda. ha ha
Paragraf kedua beneran ngiklan nih. Tinggal sebut merk aja mas. Hahaha..
BalasHapusRasanya belakangan makin banyak saja yaaa yang mengkonsumsi madu secara rutin. Aku sih gak, cuma pas ada aja. Itupun gak dirutinin, cuma kalo disuruh doank. Rasanya agak tidak bersahabat menurutku. Apalagi belakangan aku rasanya agak susah kalo harus makan makanan yg terlalu manis.
wah nerwknya apa yah... klo ndak salah madu hutan sumbawa wkwk bener bener ngiklan deh
HapusHahaha..kalimat terakhirnya kocak mas, saya perlu beberapa detik untuk ngeh maksudnya apa...
BalasHapusSaya terbiasa menkonsumsi madu, tidak ada acara campur menyampur sih, biasa jadi olesan roti tawar buat sarapan, eh bukan olesan sih, tapi gelontoran, banyak soalnya.. ato langsung aja dikonsumsi..
sama ris kalimat terakhirnya itu ...,sy butuh mikir beberapa detik agar ngerti. ooh maksudnya itu, sy perjelas aja "bulan madu" ..hahaha
Hapusyah bukan 'bulan madu' put, itu mah si istri pertama juga seneng bulan madu. Ayo tebak, ini madu apaan?
Hapuskok jadi tebak-tebakan gini? hahaa.. maksudnya itu dimadu, si suami nikah lagi. karena bisa jawab, hadiahnya es doger.
Hapuswahaha...., sekarang es dogernya masih jualan ya ?.
HapusNah jawaban riris nih bener. Selamat anda berhak minum es doger.
Hapuswah es dogernya dah menghilang dari peredaran put.