Dia selalu datang menyapa insan letih pulang dari bekerja. Dia hadir tidaklah lama, mungkin hanya beberapa saat. Relatif sebentar saja. Namun kehadirannya senantiasa ditunggu. Oleh siapa? oleh mereka yang rindu. Rindu akan dekapan sinar hangatnya. Rindu akan gemerlap suasana yang ditampakkannya. Dia tak pernah memilih kepada siapa dekapan hangatnya diberikan. Dia tak pernah tahu dan tak akan pernah mau tahu kenapa ia tak bisa memilih. Yang dia tahu, tugasnya hanyalah memberi. Yang benci tetaplah akan diberi, apalagi yang justru menanti.
Dia akan terus memberi, disukai atau tidak, dinanti atau tidak. Sebuah tugas mulia dari sang Rabb semesta alam. Tak perlu sibuk dan resah berpikir bakal disukai ataukah tidak. Sangatlah indah ketika kita bisa belajar darinya. Belajar menebar kebaikan. Tak perlu resah berpikir apakah kebaikan kita disukai ataukah malah dicurigai. Intinya adalah teruslah memberi.
Dialah sang senja. Pancaran sinarnya lembut tak coba menyakiti apalagi jahat melukai. Tapi jangan juga iseng membandingkannya dengan saudara kembarnya. Karena pagi, siang dan malam, juga memiliki keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki senja. Allah sempurna mengistimewakan mereka semua.
Dia akan terus memberi, disukai atau tidak, dinanti atau tidak. Sebuah tugas mulia dari sang Rabb semesta alam. Tak perlu sibuk dan resah berpikir bakal disukai ataukah tidak. Sangatlah indah ketika kita bisa belajar darinya. Belajar menebar kebaikan. Tak perlu resah berpikir apakah kebaikan kita disukai ataukah malah dicurigai. Intinya adalah teruslah memberi.
Dialah sang senja. Pancaran sinarnya lembut tak coba menyakiti apalagi jahat melukai. Tapi jangan juga iseng membandingkannya dengan saudara kembarnya. Karena pagi, siang dan malam, juga memiliki keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki senja. Allah sempurna mengistimewakan mereka semua.
Sebagaimana pagi ada untuk menumbuhkan semangat baru, senja dicipta untuk mengingatkan, bahwa ada saat terang itu berakhir dan saatnya untuk instropeksi diri.
BalasHapuswah ... mantebs kalimatnya ris..
Hapuscieee...uhuy, sekarang tulisan pak fifin mulai puitis-puitis gimana gitu :D
BalasHapusgara-gara ketularan petrichor ini, ha ha....
Hapus