Sudah beberapa kali dalam tulisan-tulisan saya terdahulu seringkali mencuplik pernyataan penulis novel Habiburahman El Shirazi. Ini hanya karena saya ingin langsung belajar dari ahlinya. Belajar dari sang pakar, akan membuat kita melompati beberapa tahapan pembelajaran yang tidak perlu. Secara otomatis ini akan menekan rentang masa waktu belajar. Khusus di tanah air, saat ini hanya ada dua novelis Indonesia yang mampu menarik perhatian saya dengan sangat. Sehingga banyak diantara karya-karya yang lahir dari mereka mengisi sebagian besar porsi rak buku saya. Mereka berdua adalah Tere Liye dan Habiburahman El Shirazi. Khusus untuk Habiburahman El Shirazi, saya dengan sangat mudah bisa belajar dari beliau dari banyaknya ceramah/bedah buku yang tersiar dari banyaknya media online. Sedangkan Tere Liye, sampai detik ini saya masih menganggap dia sebagai sosok yang misterius. Meskipun karya-karyanya banyak yang fenomenal, namun lagi-lagi kesan yang hadir adalah pembaca tidak memiliki akses yang banyak dalam membongkar kepribadiannya :). Dan sunggun Tere Liye memang sosok penulis yang misterius.
Suatu ketika Habiburahman El Shirazi atau akrab dipanggil kang Abik mengisi sebuah acara bedah buku. Dalam acara tersebut beliau mengisahkan ada seseorang yang ingin sekali menjadi penulis namun takut untuk menulis. Dia mengatakan bahwa ketika dia menulis sesuatu topik, kemudian dia takut kalau-kalau tulisannya dibaca oleh orang dan pada akhirnya orang lain akan menakar kecerdasan dia. Sejenak saya mencermati kisah yang diuraikan oleh kang Abik ini. Tulisan adalah medium menakar kecerdasan seseorang. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga kalimat ini. Sebagai contoh saya sendiri. Ketika saya menulis, maka secara otomatis saya akan mengeluarkan seluruh pengetahuan saya yang sesuai dengan topik yang sedang saya tulis. Maka dengan mudah seorang pembaca akan mengetahui pengetahuan yang ada pada diri penulis sesuai dengan topik yang dibahas. Kalau tulisannya banyak, maka disitulah kita bisa dengan mudah menakar kecerdasan penulis.
Ketika saya menggunakan kata 'penulis', sebenarnya yang saya maksudkan adalah semua orang yang suka menulis dan produktif mengeluarkan tulisan. Entah dia penulis profesional, ataupun dia hanya penulis blog seperti saya. Kesemuanya saya sebut penulis karena memang kesemuanya sama-sama menggunakan kata kerja yang sama yakni 'menulis'. Bedanya, yang satu dipublikasikan secara profesional menjadi sebuah buku, sedangkan yang satunya lagi dipublikasikan via blog dengan maksud untuk berbagi. Mengenai ungkapan bahwa tulisan adalah takaran kecerdasan, bagi saya orang yang sudah menulis dan mempublikasikan tulisannya layak disebut seorang yang pemberani. Kalaupun itu benar dia tidak cerdas tapi saya bilang dia adalah seorang yang pemberani. Karena tidak sedikit orang yang suka menulis (meskipun tulisannya luar biasa bagus), namun ternyata hanya untuk konsumsi pribadi. Merasa takut dibaca oleh orang lain dan kemudian ditakar kecerdasannya. Namun akan lain ceritanya jika apa yang ditulis adalah sebuah diary pribadi :).
Entahlah.. bagi saya pribadi, menulis itu adalah pekerjaan hati dan perasaan. Karena ketika hati sudah bicara, maka tak ada lagi istilah cerdas dan tidak cerdas.
Suatu ketika Habiburahman El Shirazi atau akrab dipanggil kang Abik mengisi sebuah acara bedah buku. Dalam acara tersebut beliau mengisahkan ada seseorang yang ingin sekali menjadi penulis namun takut untuk menulis. Dia mengatakan bahwa ketika dia menulis sesuatu topik, kemudian dia takut kalau-kalau tulisannya dibaca oleh orang dan pada akhirnya orang lain akan menakar kecerdasan dia. Sejenak saya mencermati kisah yang diuraikan oleh kang Abik ini. Tulisan adalah medium menakar kecerdasan seseorang. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga kalimat ini. Sebagai contoh saya sendiri. Ketika saya menulis, maka secara otomatis saya akan mengeluarkan seluruh pengetahuan saya yang sesuai dengan topik yang sedang saya tulis. Maka dengan mudah seorang pembaca akan mengetahui pengetahuan yang ada pada diri penulis sesuai dengan topik yang dibahas. Kalau tulisannya banyak, maka disitulah kita bisa dengan mudah menakar kecerdasan penulis.
Ketika saya menggunakan kata 'penulis', sebenarnya yang saya maksudkan adalah semua orang yang suka menulis dan produktif mengeluarkan tulisan. Entah dia penulis profesional, ataupun dia hanya penulis blog seperti saya. Kesemuanya saya sebut penulis karena memang kesemuanya sama-sama menggunakan kata kerja yang sama yakni 'menulis'. Bedanya, yang satu dipublikasikan secara profesional menjadi sebuah buku, sedangkan yang satunya lagi dipublikasikan via blog dengan maksud untuk berbagi. Mengenai ungkapan bahwa tulisan adalah takaran kecerdasan, bagi saya orang yang sudah menulis dan mempublikasikan tulisannya layak disebut seorang yang pemberani. Kalaupun itu benar dia tidak cerdas tapi saya bilang dia adalah seorang yang pemberani. Karena tidak sedikit orang yang suka menulis (meskipun tulisannya luar biasa bagus), namun ternyata hanya untuk konsumsi pribadi. Merasa takut dibaca oleh orang lain dan kemudian ditakar kecerdasannya. Namun akan lain ceritanya jika apa yang ditulis adalah sebuah diary pribadi :).
Entahlah.. bagi saya pribadi, menulis itu adalah pekerjaan hati dan perasaan. Karena ketika hati sudah bicara, maka tak ada lagi istilah cerdas dan tidak cerdas.
"orang yang sudah menulis dan mempublikasikan tulisannya layak disebut seorang yang pemberani"
BalasHapusSetuju banget dengan kalimat itu. Karena rasanya gak sedikit pula orang yang akhirnya gagal karena sibuk memikirkan penilaian orang lain.
Yang penting nulis, yang penting jujur, yang penting berusaha menulis dengan gaya sendiri. :D
yup bener banget, ketika kita sudah ingin menjadi blogger sejati maka harusnya sudah siap dengan segala konsekuensi menjadi blogger. Yakni tulisannya bakal dibaca oleh orang lain. Kalau ndak mau dibaca, yah artinya salah alamat, harusnya nulis di buku catatan :).
HapusSemangat nulis mbak mae ^_^
menulis itu membuat diri bersemangat dan belajar menikmati setiap sikon yang dilalui *begitulah bagi saya :)
BalasHapus-bersemangat dan belajar-, keren mbak :)
Hapuskalau saya menulis sebenarnya ingin lebih mengingat, menekankan pada diri sendiri aja sih atau karena kekaguman pada sesuatu. contoh menekankan diri kayak tulisan kemarin agar tetap istiqomah. atau kekaguman misal sejarah perjalanan chipset. kalau cerdas, sy rasa saya masih jauh dari riris / fifin dalam menulis.
BalasHapusyup alasan menulis bisa banyak sekali.. semangat put...!!
Hapussaya nulis karena memang dari kecil sangat suka menulis, dari SD suka mewakili sekolah buat ikutan lomba tulis menulis, jadi sampai sekarang ya asal nulis aja
BalasHapusgak peduli pada penilaian orang, apalagi soal menyoal menakar kecerdasan
yang selalu saya tekankan:
penafsiran terhadap sebuah tulisan diserahkan pada pembaca. penulis itu taunya cuma nulis, mau dihujat atau dikomentari? pede aja lagi, ini kan kebebasan berekspresi ^^
wah jadi tahu kenapa tulisan mbak emang maknyus. Rupanya dah dimulai sejak SD.
HapusSebelum membuat blog coffee break ini saya tidak suka menulis. Dan ogah banget yang namanya sastra2 gitu. Tapi karena terinspirasi sahabat akhirnya saya buat blog dan mulai suka hal tentang tulis menulis.
Jauh kalah jam terbang dari mbak puch berarti? :)
tidak bisa begitu pak fifin,
Hapussaya juga sedang dalam proses belajar
lagipula kalau tipe tulisan saya itu gado-gado, sesuai mood aja, kadang geje-nya gak ketulungan
kalah jauh sama tulisan pak fifin yang selalu berisi
"menulis itu adalah pekerjaan hati dan perasaan. Karena ketika hati sudah bicara, maka tak ada lagi istilah cerdas dan tidak cerdas".
BalasHapussaya suka kata2 ini mas..
yuuk... :)
HapusSepakat banget mas, dengan kalimat yang terakhir, super sekali.. Tapi blog saya termasuk semacam diary pribadi, karena isinya sering kali, hampir semuanya tentang saya, apa yang saya rasa, apa yang saya alami. jadi kadang2 berpikir, kasian juga orang-orang yang nyasar ke blog saya, dan pada akhirnya tidak dapat "sesuatu", karena isinya cuma curhat. tapi saya pengen nulis, gimana dong? ruwet..haha..
BalasHapuswih kayak mario teguh donk he he..
Hapusya tak ape lah... (*logat malaysia), yang penting kan bisa mengeluarkan uneg-uneg di hati.
saya mah nulis ngikuti kata hati, mau curhat ya ditulis, mau mengeluarkan opini ya ditulis.