Kisah Sang Penandai dan Swordless Samurai, itulah dua buku yang saat ini terpampang manis di rak buku saya di rumah. Saya memburunya kemarin di Togamas. Sebenarnya awalnya saya ingin mampir dulu ke toko buku islami di belakang masjid Salman ITB, karena di tempat itu dijual banyak buku keren dengan harga yang relatif murah. Namun karena tutup, maka langsung saja motor saya pacu ke toko buku Togamas yang terletak di jalan Supratman, Bandung. Alasan mengapa saya memilih toko buku Togamas itu sederhana, ada layanan sampul gratis dan diskon yang lumayan. Alasan yang klise bukan? :). Btw.., sedikit ngiklan tak papa yah :).
Mengenai ketertarikan saya terhadap buku Swordless Samurai, ada background alasan tersendiri. Saya ini termasuk penyuka sejarah. Menafsir dan membayangkan kisah-kisah heroik masa lalu menjadi kesenangan tersendiri bagi saya. Apalagi membaca sejarah negeri Sakura di abad 16 yang cukup menjadi catatan kelam generasinya saat ini. Masa-masa dimana terjadi pembantaian dan kegelapan. Hukum satu-satunya yang berlaku saat itu adalah hukum pedang. Mengenai sejarah Jepang di abad 16, kita bisa sedikit mengintip bagaimana bayangan kegelapannya dalam film anime Rurouni Kenshin (Samurai-X). Pada masa-masa itu, siapa yang kuat, dialah yang menang. Semua orang biasa menenteng samurai kemana-mana. Pembunuhan terjadi dimana-mana. Sungguh sebuah masa yang gelap dan kelam. Pernahkah kita sesekali membayangkan hidup di tempat dan jaman seperti itu?.
Swordless Samurai. Pertama kali saya mendengar istilah ini ketika boss saya di kantor mengutipnya dalam sebuah rapat mingguan. Beliau menjelaskan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang hebat. Pemimpin pertarungan yang bahkan tak punya modal bertarung. Tapi dia punya modal akal dan integritas. Kemampuan mempengaruhi orang lain membuatnya menjadi legenda. Legenda samurai tanpa pedang. Sejak saat itu, saya langsung memiliki keinginan untuk memiliki buku itu. Apalagi ditambah dengan keisengan rekan saya ririsnovie yang dalam akun twitternya mengatakan bahwa Bepe (tokoh nasional yang sangat digemarinya) sudah memiliki buku hebat ini. Hadeuh... apa hubungannya coba saya sama Bepe!.
Sebenarnya dari awal, tidak ada buku spesifik yang saya niatkan untuk diburu. Buku apa saja yang bisa menarik perhatian, itulah target perburuan saya. Dan ketika di bagian tumpukan buku-buku best seller terpampang manis sebuah buku dengan cover seorang samurai, sayapun tertarik mendekat. Dan ternyata.., ini dia!! Swordless Samurai.. buku yang selama ini membuatku penasaran. Tanpa banyak berpikir, langsung saja saya comot buku cantik itu dari peraduannya.
Terpampang di sampul belakang, harga buku ini 5*.000 diskon 15%. Hemm.. berdasarkan alokasi dana hari ini, kira-kira masih ada satu buku lagi yang bisa saya buru. Kemudian saya menemukan buku besutan Tere Liye berjudul Kisah Sang Penandai. Sebenarnya ada beberapa buku karya Tere Liye yang belum saya punyai. Ada Sunset Bersama Rosie, Ayahku Bukan Pembohong, dan Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Namun, saya memilih Kisah Sang Penandai hanyalah karena saya tertarik dengan gambar unik di sampulnya. Gambar dimana ada dua orang yang tengah berjuang berlayar di tengah kerasnya ombak samudera. Hemm.. sepertinya ini fiksi yang cukup menarik :).
Buku, tak hanya membacanya saja, memburunya menjadi aktifitas yang menyenangkan buat saya. Mungkin hampir senada dengan antusiasnya para ibu yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di pasar hanya untuk membeli bahan-bahan dapur. Kalau dana di kantong cukup tersedia, aktifitas berburu buku membuat saya ketagihan selalu, entahlah.. mungkin karena buku adalah jendela ilmu :).
Mengenai ketertarikan saya terhadap buku Swordless Samurai, ada background alasan tersendiri. Saya ini termasuk penyuka sejarah. Menafsir dan membayangkan kisah-kisah heroik masa lalu menjadi kesenangan tersendiri bagi saya. Apalagi membaca sejarah negeri Sakura di abad 16 yang cukup menjadi catatan kelam generasinya saat ini. Masa-masa dimana terjadi pembantaian dan kegelapan. Hukum satu-satunya yang berlaku saat itu adalah hukum pedang. Mengenai sejarah Jepang di abad 16, kita bisa sedikit mengintip bagaimana bayangan kegelapannya dalam film anime Rurouni Kenshin (Samurai-X). Pada masa-masa itu, siapa yang kuat, dialah yang menang. Semua orang biasa menenteng samurai kemana-mana. Pembunuhan terjadi dimana-mana. Sungguh sebuah masa yang gelap dan kelam. Pernahkah kita sesekali membayangkan hidup di tempat dan jaman seperti itu?.
Swordless Samurai. Pertama kali saya mendengar istilah ini ketika boss saya di kantor mengutipnya dalam sebuah rapat mingguan. Beliau menjelaskan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang hebat. Pemimpin pertarungan yang bahkan tak punya modal bertarung. Tapi dia punya modal akal dan integritas. Kemampuan mempengaruhi orang lain membuatnya menjadi legenda. Legenda samurai tanpa pedang. Sejak saat itu, saya langsung memiliki keinginan untuk memiliki buku itu. Apalagi ditambah dengan keisengan rekan saya ririsnovie yang dalam akun twitternya mengatakan bahwa Bepe (tokoh nasional yang sangat digemarinya) sudah memiliki buku hebat ini. Hadeuh... apa hubungannya coba saya sama Bepe!.
Sebenarnya dari awal, tidak ada buku spesifik yang saya niatkan untuk diburu. Buku apa saja yang bisa menarik perhatian, itulah target perburuan saya. Dan ketika di bagian tumpukan buku-buku best seller terpampang manis sebuah buku dengan cover seorang samurai, sayapun tertarik mendekat. Dan ternyata.., ini dia!! Swordless Samurai.. buku yang selama ini membuatku penasaran. Tanpa banyak berpikir, langsung saja saya comot buku cantik itu dari peraduannya.
Terpampang di sampul belakang, harga buku ini 5*.000 diskon 15%. Hemm.. berdasarkan alokasi dana hari ini, kira-kira masih ada satu buku lagi yang bisa saya buru. Kemudian saya menemukan buku besutan Tere Liye berjudul Kisah Sang Penandai. Sebenarnya ada beberapa buku karya Tere Liye yang belum saya punyai. Ada Sunset Bersama Rosie, Ayahku Bukan Pembohong, dan Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Namun, saya memilih Kisah Sang Penandai hanyalah karena saya tertarik dengan gambar unik di sampulnya. Gambar dimana ada dua orang yang tengah berjuang berlayar di tengah kerasnya ombak samudera. Hemm.. sepertinya ini fiksi yang cukup menarik :).
Buku, tak hanya membacanya saja, memburunya menjadi aktifitas yang menyenangkan buat saya. Mungkin hampir senada dengan antusiasnya para ibu yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam di pasar hanya untuk membeli bahan-bahan dapur. Kalau dana di kantong cukup tersedia, aktifitas berburu buku membuat saya ketagihan selalu, entahlah.. mungkin karena buku adalah jendela ilmu :).
wah,bulan ini saya belum sempat berburu buku...
BalasHapusbudgetnya kepakai buat keperluan tak terduga
semoga bulan depan.... pengin beli Api Sejarah :D
wah api sejarah? buku karangan ahmad mansyur suryanegara?
Hapushemm sepertinya menarik..
sepertinya komen saya yg di sini tertangkap spam juga
BalasHapushe he begitulah mbak, kadang comment yang masuk teranggap sebagai spam. Meski kejadian ini jarang.
HapusHahaa...karena waktu mas fifin pengen beli buku itu, bepe udah pamer klo dia baca buku itu..gak ada hubungannya sih, kebetulan aja..
BalasHapusKisah sang penandai keren, sunset bersama rosie keren banget, Ayahku bukan pembohong sedikit keren selevel sama daun jatuh itu.
wah... banyak buku yang pengen diburu... ntar deh, baca yang 2 ini belom he he..
Hapus