Hari beranjak siang, mentari sedang panas-panasnya. Ingin rasanya rehat sebentar saja di bawah pohon depan rumah sambil menikmati semilir angin sepoi. Pelajaran tadi di sekolah sungguh sangat membosankan. Belum lagi dengan cara mengajar guru kelas 2 kami yang super galak. Dan kali ini dia nekad mematahkan pensil dan membuang buku tulis ke luar jendela salah seorang teman kami yang lupa mengerjakan PR. Ah.. cara mengajar seperti apa itu?. Yang ada hanya perasaan takut ketika belajar di sekolah. Bukan rasa senang dalam menuntut ilmu. Terus mengingat kejadian tadi pagi, membuat hatiku tambah resah. Ingin rasanya aku segera naik ke kelas 3, membayangkan diajar oleh pak Budi yang sangat sabar dan disiplin. Ah.. jadi ingat, siang ini aku harus ke rumah Dumai (sahabat dekatku) untuk berenang bersama di sungai di pinggir kampung.
***
May... Dumaii....main yuukk!", suara sengaja aku keraskan sedikit supaya Dumai dapat mendengar dari dalam rumah. Tak lama kemudian ada suara seorang wanita menyeruak dari dalam rumah (sepertinya Ibunya Dumai), "May... itu ada Fifin diluar nyari kamu!". "Masuk aja ke dalam Fin!", suara Ibu Dumai mempersilahkan aku masuk. Rupanya Dumai sedang berada di belakang rumah bersama adiknya. Tak lama kemudian muncul Dumai dengan membawa kendi (tempat air minum yang terbuat dari tanah) dan 2 gelas kecil. Beberapa saat kami ngobrol sambil menunggu kedatangan beberapa teman kami yang lain. Sebelumnya di sekolah, memang tadi pagi kami sudah janjian bertemu di rumah Dumai sebelum berangkat menuju sungai untuk berenang bersama.
Tak lama berselang, satu persatu teman kami berdatangan. Sebagian dari mereka ada yang sudah mempersiapkan diri membawa tas yang berisi celana renang. Aku saja yang tidak membawa perlengkapan tersebut. Setelah saya tanyakan ke Dumai, rupanya dia juga tidak membawa celana renang. "Ah, ngapain pake celana renang, telanjang aja, kita kan masih kecil ndak papa". Kelakar Dumai ternyata cukup sukses menentramkan hatiku. Rupanya ada teman lain juga yang tidak membawa celana renang. "Ah temannya banyak, santai aja", pikirku.
***
Setelah semuanya kumpul, kami segera menuju sungai di pinggir kampung. Jaraknya lumayan jauh. Mungkin sekitar 1 kilometer. Riang kami berjalan menuju ke sungai. Berenang sudah menjadi hobi kami, meskipun tidak tiap hari kami melakukannya. Di sepanjang perjalanan kami berceloteh apa saja. Termasuk membicarakan guru kami yang super galak. Ah.. tidak usah ditiru kawan, ini hanya sebuah kegalauan khas anak-anak.
Sesampainya di sungai, kami disambut dengan gemericik air yang meneduhkan. Pohon-pohon disekitarnya juga melambai-lambai seakan menyambut kedatangan pangeran-pangeran kecil. Aktifitas sungai tidaklah sepi, ada beberapa bapak yang sedang menangkap ikan dengan menggunakan jaring. Kami memilih spot yang paling sepi, menjamin kami bisa puas bermain nanti.
"Byuuurrrr..", salah seorang dari kami sudah menyemplungkan badan ke sungai.
Source Picture
Diapun berteriak "Wahhhh segeeer, ayooo turuuunnn !!", buncah tawa gembiranya tak bisa disembunyikan. Tanpa banyak ba bi bu kami yang lain langsung copot seluruh baju dan langsung terjun. "Byuurrrr... byurrr...byurrrr... ". Menyelam ke bawah air sampai ke dasar, kemudian muncul lagi dengan membawa pasir dari dasar sungai menjadi kesenangan tersendiri. Atau bekejar-kejaran dengan kawan kami yang lain di dalam air. Kesemuanya menjadi aktifitas yang menyenangkan. Berteriak dari bibir sungai kemudian loncat sambil bersalto mem-byur kan diri ke permukaan air yang terkadang tidak dalam posisi yang tepat. Alhasil hanya ada bunyi "cepak!!" yang dilanjut dengan keluh rintihan sambil mengelus-elus badan yang sakit. Namun sedetik kemudian, ia tertawa dan mengulangi aksinya lagi.
Namun tanpa disadari, ada 3 teman kami (cewek) di sekolah yang sedang berjalan menyusuri di bibir sungai. Mereka tidak mengetahui ada kami (cowok-cowok mungil) yang sedang berenang disini. Kalau mereka sudah ibu-ibu mah kita cuek-cuek saja.
"Woiii ada si Cindi, Amel sama Ratih kesini woeiiiii!!", teriak Anton kalang kabut langsung menggelamkan diri ke air, malu dilihat teman ceweknya.
Aku yang asik jungkir balik, langsung reflek ikut menenggelamkan diri.
Rupanya ketiga bidadari mungil ini masih saja tidak sadar dengan keberadaan kami.
***
-maaf bersambung, akan diteruskan besok, sudah saatnya bersiap berangkat ke kantor.-
***
May... Dumaii....main yuukk!", suara sengaja aku keraskan sedikit supaya Dumai dapat mendengar dari dalam rumah. Tak lama kemudian ada suara seorang wanita menyeruak dari dalam rumah (sepertinya Ibunya Dumai), "May... itu ada Fifin diluar nyari kamu!". "Masuk aja ke dalam Fin!", suara Ibu Dumai mempersilahkan aku masuk. Rupanya Dumai sedang berada di belakang rumah bersama adiknya. Tak lama kemudian muncul Dumai dengan membawa kendi (tempat air minum yang terbuat dari tanah) dan 2 gelas kecil. Beberapa saat kami ngobrol sambil menunggu kedatangan beberapa teman kami yang lain. Sebelumnya di sekolah, memang tadi pagi kami sudah janjian bertemu di rumah Dumai sebelum berangkat menuju sungai untuk berenang bersama.
Tak lama berselang, satu persatu teman kami berdatangan. Sebagian dari mereka ada yang sudah mempersiapkan diri membawa tas yang berisi celana renang. Aku saja yang tidak membawa perlengkapan tersebut. Setelah saya tanyakan ke Dumai, rupanya dia juga tidak membawa celana renang. "Ah, ngapain pake celana renang, telanjang aja, kita kan masih kecil ndak papa". Kelakar Dumai ternyata cukup sukses menentramkan hatiku. Rupanya ada teman lain juga yang tidak membawa celana renang. "Ah temannya banyak, santai aja", pikirku.
***
Setelah semuanya kumpul, kami segera menuju sungai di pinggir kampung. Jaraknya lumayan jauh. Mungkin sekitar 1 kilometer. Riang kami berjalan menuju ke sungai. Berenang sudah menjadi hobi kami, meskipun tidak tiap hari kami melakukannya. Di sepanjang perjalanan kami berceloteh apa saja. Termasuk membicarakan guru kami yang super galak. Ah.. tidak usah ditiru kawan, ini hanya sebuah kegalauan khas anak-anak.
Sesampainya di sungai, kami disambut dengan gemericik air yang meneduhkan. Pohon-pohon disekitarnya juga melambai-lambai seakan menyambut kedatangan pangeran-pangeran kecil. Aktifitas sungai tidaklah sepi, ada beberapa bapak yang sedang menangkap ikan dengan menggunakan jaring. Kami memilih spot yang paling sepi, menjamin kami bisa puas bermain nanti.
"Byuuurrrr..", salah seorang dari kami sudah menyemplungkan badan ke sungai.
Diapun berteriak "Wahhhh segeeer, ayooo turuuunnn !!", buncah tawa gembiranya tak bisa disembunyikan. Tanpa banyak ba bi bu kami yang lain langsung copot seluruh baju dan langsung terjun. "Byuurrrr... byurrr...byurrrr... ". Menyelam ke bawah air sampai ke dasar, kemudian muncul lagi dengan membawa pasir dari dasar sungai menjadi kesenangan tersendiri. Atau bekejar-kejaran dengan kawan kami yang lain di dalam air. Kesemuanya menjadi aktifitas yang menyenangkan. Berteriak dari bibir sungai kemudian loncat sambil bersalto mem-byur kan diri ke permukaan air yang terkadang tidak dalam posisi yang tepat. Alhasil hanya ada bunyi "cepak!!" yang dilanjut dengan keluh rintihan sambil mengelus-elus badan yang sakit. Namun sedetik kemudian, ia tertawa dan mengulangi aksinya lagi.
Namun tanpa disadari, ada 3 teman kami (cewek) di sekolah yang sedang berjalan menyusuri di bibir sungai. Mereka tidak mengetahui ada kami (cowok-cowok mungil) yang sedang berenang disini. Kalau mereka sudah ibu-ibu mah kita cuek-cuek saja.
"Woiii ada si Cindi, Amel sama Ratih kesini woeiiiii!!", teriak Anton kalang kabut langsung menggelamkan diri ke air, malu dilihat teman ceweknya.
Aku yang asik jungkir balik, langsung reflek ikut menenggelamkan diri.
Rupanya ketiga bidadari mungil ini masih saja tidak sadar dengan keberadaan kami.
***
-maaf bersambung, akan diteruskan besok, sudah saatnya bersiap berangkat ke kantor.-
hahaha...rejeki nih, jarang2 berenang dilihat bidadari *ups
BalasHapusuhuks.... alhamdulillah.. #lho.
Hapuswahaha...untung gak ketahuan ya fin.
BalasHapusga ketahuan gimana put?
Hapusitu di part-2.... he he...
maluuu...