Silahkan dilihat bagian sebelumnya dalam kisah menarik "Berenang Dilihat Bidadari" -->Part-1.
***
Mentari beranjak mulai bergeser ke bawah, meski masih saja gagah memperlihatkan sinarnya yang terik. Angin berhembus semilir menyejukkan siapa saja yang ditemuinya. Daun-daun pohon di sepanjang belantaran sungai melambai-lambai terkena hembusan angin sepoi. Sudah hampir satu jam kami berenang di sungai ini, namun belum jua ada tanda-tanda kami ingin usai. Kami masih sangat menikmatinya. Ada yang masih asik jungkir balik bersalto ria memelantingkan badan dari bibir sungai kemudian menerjunkan diri ke air. Ada pula yang masih asik menyelam ke dasar sungai mencari beberapa batu yang unik, kemudian dengan rasa bangga memperlihatkan hasil temuannya kepada yang lain (yang belum tentu tertarik). Semua asik dengan aktifitas berenang mereka masing-masing. Namun, mereka belum jua menyadari ada hal yang sama sekali tidak mereka duga-duga. Sesuatu yang bakal mereka ingat sampai puluhan tahun ke depan.
Sungai ini membentang dari ujung barat berasal dari sumber mata air dari gunung Lawu, kemudian mengalir berkelok-kelok menuju arah timur dan bersatu dengan aliran besar Bengawan Solo. Airnya masih sangat jernih serta mengandung berbagai aneka ikan air tawar. Tentu ketika kami sedang beraktifitas berenang, ikan-ikan itu akan menjauh ke tempat yang lebih 'aman' dari gangguan.
Ketika kami tengah asik ber-byurr ria, tiba-tiba dari arah barat muncul tiga gadis kecil dengan usia umur rata-rata 7-8 tahun. Mereka membawa beberapa tas kecil yang berisi.. ah entahlah, berjalan menyusuri bibir sungai. Anton yang ketika itu berada di bibir sungai bersiap bersalto, tak sengaja melihat dari kejauhan 3 gadis yang sangat dikenalnya itu. Dia langsung panik dan reflek menceburkan diri ke sungai. Oh iya, anton ini salah satu laskar pasukan renang yang tak membawa celana renang.
"Woiii ada si Cindi, Amel sama Ratih kesini woeiiiii!!", Anton berteriak panik.
Yang lain termasuk aku yang tadinya cuek bersalto-salto juga reflek menenggelamkan diri ke air. Waah gawat nih, kenapa mereka ada disini?, pikirku. Kami mencoba menenangkan gelombang air yang tetap saja tidak mau diam.
"Gilaaa, ada Cindi nih, gimana nihhh?", celoteh panik dari seorang kawanku yang sedang ngumpet di tepi berharap dari arah jalan tidak terlihat. Oh iya, perlu diketahui, Cindi ini anak tercantik di kelas yang banyak disukai teman laki-laki. Orangnya cerdas sering mendapat juara kelas.
Adalah Jono (kawanku yang paling usil) yang membuyarkan misi usaha penyembunyian kita. Dia nekat berteriak..
"Cindiii, darimana nih, kok bawa tas banyak gitu, dari pasar yah?".
Paraaaahhh, si Jono ini mentang-mentang sudah memakai celana renang, nekad menghancurkan kredibilitas kita-kita yang tak memakai celana renang!. Sedangkan Cindi, Amel dan Ratih yang sedang asik berjalan tentu terkejut dan reflek melihat ke arah sumber suara. Tiba-tiba mereka sontak berteriak dan menutupi wajahnya dengan jari-jari tangan (yang tidak rapat). Ketiga bidadari ini bukannya berbalik arah, malah nekad melanjutkan perjalanan yang berarti juga semakin mendekati lokasi kami. Kami pun semakin salah tingkah.
"Udaaah jalan lurus, jangan tengok-tengok...!!!", si Aris (yang sedikit bijak) mencoba ambil suara menenangkan suasana.
"Yeee.. siapa yang tengak-tengok, kalian sendiri yang tak ada malu!", jawab Ratih sekenanya, meski tetap jua melirik ke arah kami. Dasaarr..
Yaahh.. emang udah nasib, berenang dilirik bidadari :)
** SELESAI **
***
Mentari beranjak mulai bergeser ke bawah, meski masih saja gagah memperlihatkan sinarnya yang terik. Angin berhembus semilir menyejukkan siapa saja yang ditemuinya. Daun-daun pohon di sepanjang belantaran sungai melambai-lambai terkena hembusan angin sepoi. Sudah hampir satu jam kami berenang di sungai ini, namun belum jua ada tanda-tanda kami ingin usai. Kami masih sangat menikmatinya. Ada yang masih asik jungkir balik bersalto ria memelantingkan badan dari bibir sungai kemudian menerjunkan diri ke air. Ada pula yang masih asik menyelam ke dasar sungai mencari beberapa batu yang unik, kemudian dengan rasa bangga memperlihatkan hasil temuannya kepada yang lain (yang belum tentu tertarik). Semua asik dengan aktifitas berenang mereka masing-masing. Namun, mereka belum jua menyadari ada hal yang sama sekali tidak mereka duga-duga. Sesuatu yang bakal mereka ingat sampai puluhan tahun ke depan.
Sungai ini membentang dari ujung barat berasal dari sumber mata air dari gunung Lawu, kemudian mengalir berkelok-kelok menuju arah timur dan bersatu dengan aliran besar Bengawan Solo. Airnya masih sangat jernih serta mengandung berbagai aneka ikan air tawar. Tentu ketika kami sedang beraktifitas berenang, ikan-ikan itu akan menjauh ke tempat yang lebih 'aman' dari gangguan.
Ketika kami tengah asik ber-byurr ria, tiba-tiba dari arah barat muncul tiga gadis kecil dengan usia umur rata-rata 7-8 tahun. Mereka membawa beberapa tas kecil yang berisi.. ah entahlah, berjalan menyusuri bibir sungai. Anton yang ketika itu berada di bibir sungai bersiap bersalto, tak sengaja melihat dari kejauhan 3 gadis yang sangat dikenalnya itu. Dia langsung panik dan reflek menceburkan diri ke sungai. Oh iya, anton ini salah satu laskar pasukan renang yang tak membawa celana renang.
"Woiii ada si Cindi, Amel sama Ratih kesini woeiiiii!!", Anton berteriak panik.
Yang lain termasuk aku yang tadinya cuek bersalto-salto juga reflek menenggelamkan diri ke air. Waah gawat nih, kenapa mereka ada disini?, pikirku. Kami mencoba menenangkan gelombang air yang tetap saja tidak mau diam.
"Gilaaa, ada Cindi nih, gimana nihhh?", celoteh panik dari seorang kawanku yang sedang ngumpet di tepi berharap dari arah jalan tidak terlihat. Oh iya, perlu diketahui, Cindi ini anak tercantik di kelas yang banyak disukai teman laki-laki. Orangnya cerdas sering mendapat juara kelas.
Adalah Jono (kawanku yang paling usil) yang membuyarkan misi usaha penyembunyian kita. Dia nekat berteriak..
"Cindiii, darimana nih, kok bawa tas banyak gitu, dari pasar yah?".
Paraaaahhh, si Jono ini mentang-mentang sudah memakai celana renang, nekad menghancurkan kredibilitas kita-kita yang tak memakai celana renang!. Sedangkan Cindi, Amel dan Ratih yang sedang asik berjalan tentu terkejut dan reflek melihat ke arah sumber suara. Tiba-tiba mereka sontak berteriak dan menutupi wajahnya dengan jari-jari tangan (yang tidak rapat). Ketiga bidadari ini bukannya berbalik arah, malah nekad melanjutkan perjalanan yang berarti juga semakin mendekati lokasi kami. Kami pun semakin salah tingkah.
"Udaaah jalan lurus, jangan tengok-tengok...!!!", si Aris (yang sedikit bijak) mencoba ambil suara menenangkan suasana.
"Yeee.. siapa yang tengak-tengok, kalian sendiri yang tak ada malu!", jawab Ratih sekenanya, meski tetap jua melirik ke arah kami. Dasaarr..
Yaahh.. emang udah nasib, berenang dilirik bidadari :)
** SELESAI **
hahaha anak SD udah jaim-jaiman gitu yah...
BalasHapusbidadari...bidadari...nasib anda sedang apes dapet lirikan kok orang pada renang di sungai :D
gak jadi bikin bidadari lupa diri kan ya?! (bukan iklan)
perasaan tadi udah komen di sini, tapi kok gak muncul ya pak?
BalasHapusganti settingan kah?
lah...ini komen kedua malah muncul
Hapus#eh, yang pertama tadi kemana yah?
yah, intinya saya tadi komen apes tuh si bidadari dapet lirikan kok orang pada berenang di sungai
kagak jadi bikin bidadari lupa diri (bukan iklan)
wah komen pertama terindikasi spam mbak puch. Ga tahu tuh, kadang suka begitu, tapi jarang sih..
Hapusha ha ha... bidadarinya udah lupa diri karena ngelirik cowok-cowok mungil.... :lol:
wahaha... wah kebayang klo ketemu reunian si cindi, amel, dan ratih dan kalian terus tiba-tiba diungkit-ungkit masalah kayak gini.
BalasHapusha ha... klo yang perempuan mungkin sudah lupa.. Beberapa waktu yang lalu ketemu sama Cindi. Biasa aja kok, disitu juga ada istri juga, nyantai aja.. #masalalubiarlahberlalu.
Hapus