Suatu ketika saya membaca sebuah tulisan dari teman blogger bernama Yourha yang mengisahkan pengalamannya ketika melihat sendiri sebuah pelecehan yang dilakukan oleh oknum bapak-bapak kepada seorang gadis di sebuah angkutan umum. Bapak-bapak itu nekad meraba paha gadis yang duduk disebelahnya. Sampai pada akhirnya Yourha beranggapan bahwa apa si bapak ini tidak punya anak gadis?. Bagaimana sikapnya jika anak gadisnya sendiri diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Saya yakin 100% bapak-bapak itu tidak akan pernah rela anak gadisnya dilecehkan seperti itu. Tapi dia sendiri melakukannya. Orang lain selalu dituntut untuk mengerti dia, tapi dia-nya sendiri malah merugikan orang lain. Sebuah ironi.
Saya memang belum menjadi seorang bapak yang memiliki anak gadis, tapi saya memiliki kakak dan ibu yang seorang perempuan. Itu yang selalu menjadi refleksi buat saya, meski rujukan utama tetaplah norma agama sebagai muslim yang saya anut. Yah apapun yang saya tulis saat ini memang hanyalah sebatas teori saja, tapi pemandangan yang seringkali saya lihat, menggelitik nurani saya meresonansi otak untuk memberikan sinyal perintah kepada jari menulis fenomena ini. Orang tua seringkali menuntut anaknya lebih, namun pada saat yang sama melakukan hal yang 180 derajat berkebalikan dengan baru saja dituntut kepada anaknya.
Gambar dari aisya-avicenna.com
Ada orang tua yang menyuruh anaknya jangan banyak-banyak nonton televisi, tapi pada saat yang sama si orang tua seringkali menonton sinetron. Orang tua menuntut lebih supaya anaknya jangan merokok, tapi pada saat yang sama si orang tua menyuruh anaknya membeli rokok di warung sebelah. Orang tua ingin anaknya menjadi anak yang sholeh/sholehah, tapi pada saat yang sama orang tua jarang sholat apalagi membaca Al Quran. Orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya ke pesantren supaya menjadi anak yang baik, tapi pada saat yang sama orang tuanya malah seringkali bertengkar. Dan fenomena yang seringkali saya lihat dan cukup menggelitik, orang tua membelikan dan mengenakan jilbab untuk putrinya, tapi ibunya sendiri tidak berjilbab :).
Yah semoga ini menjadi pembelajaran bagi saya dan semoga juga menginspirasi kita semua bahwa pelajaran pertama seorang anak didapatkannya dari orang tuanya. Sekali lagi ini hanya sebatas teori saja. Saya belum menjadi orang tua. Tapi bukankah untuk bisa menjalankan prakteknya dengan mudah, kita musti belajar teori dulu? ^_^.
Saya memang belum menjadi seorang bapak yang memiliki anak gadis, tapi saya memiliki kakak dan ibu yang seorang perempuan. Itu yang selalu menjadi refleksi buat saya, meski rujukan utama tetaplah norma agama sebagai muslim yang saya anut. Yah apapun yang saya tulis saat ini memang hanyalah sebatas teori saja, tapi pemandangan yang seringkali saya lihat, menggelitik nurani saya meresonansi otak untuk memberikan sinyal perintah kepada jari menulis fenomena ini. Orang tua seringkali menuntut anaknya lebih, namun pada saat yang sama melakukan hal yang 180 derajat berkebalikan dengan baru saja dituntut kepada anaknya.
Ada orang tua yang menyuruh anaknya jangan banyak-banyak nonton televisi, tapi pada saat yang sama si orang tua seringkali menonton sinetron. Orang tua menuntut lebih supaya anaknya jangan merokok, tapi pada saat yang sama si orang tua menyuruh anaknya membeli rokok di warung sebelah. Orang tua ingin anaknya menjadi anak yang sholeh/sholehah, tapi pada saat yang sama orang tua jarang sholat apalagi membaca Al Quran. Orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya ke pesantren supaya menjadi anak yang baik, tapi pada saat yang sama orang tuanya malah seringkali bertengkar. Dan fenomena yang seringkali saya lihat dan cukup menggelitik, orang tua membelikan dan mengenakan jilbab untuk putrinya, tapi ibunya sendiri tidak berjilbab :).
Yah semoga ini menjadi pembelajaran bagi saya dan semoga juga menginspirasi kita semua bahwa pelajaran pertama seorang anak didapatkannya dari orang tuanya. Sekali lagi ini hanya sebatas teori saja. Saya belum menjadi orang tua. Tapi bukankah untuk bisa menjalankan prakteknya dengan mudah, kita musti belajar teori dulu? ^_^.
wah..nama saya disebut2 jadi malu..
BalasHapussemoga kita bisa menjadi orang tua yang bisa menjadi contoh yg baik buat anak-anaknya. seharusnya Teladan itu memang dimulai dari rumah.#sotoy
he he... kan tulisan ini terinspirasi dari postingan mbak yura. Jadinya mesti dicantumkan juga he he..
Hapussiip sepakat..:)
bahkan pencuri pun tak ingin anaknya menjadi pencuri,,
BalasHapusitu karena pada hakikatnya manusia itu para pencari kebenaran
hanya terkadang ia kalah dengan keadaan dan mengalahkan hati nurani sendiri :D
sepakat...
Hapus