Mungkin tak banyak yang sadar bahwa kebanyakan rejeki kita itu ada pada sepasang bidadari. Wah.. apakah itu sepasang bidadari? Yuuk.. mari kita bahas dengan sedikit tambahan pengalaman pribadi saya berikut ini.
#Bidadari pertama
“Ati-ati yo le.. mengko nek wes teko Bandung, ndang sms, ojo lali karo gusti Allah”, kira-kira begitulah wejangan ibu dan bapak saya tiap kali saya harus balik ke Bandung untuk kembali melaksanakan rutinitas harian. Sebuah wejangan yang singkat, namun dalamnya berisi doa yang sangat mustajab. Kita pasti tahu bahwa salah satu doa yang tidak ada tabir diantaranya adalah ketika orang tua berdoa untuk anaknya. Bahkan kita juga tentu tahu bahwa ridho Allah adalah ridho orang tua. Atau juga kalimat : bahwa syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu.
Saya adalah tipe orang yang susah sekali menangis. Namun jika saya tengah mengenang kasih sayang dan banyaknya kesalahan yang saya perbuat kepada ibu saya di masa lalu, maka entah kenapa deru air mata ini serasa tak tertahan. Saya ingat dulu waktu SMU, saya pernah membuat ibu saya menangis karena ulah saya. Dan saya tidak pernah bisa melupakannya. Tentu sudah jauh hari saya sudah meminta maaf akan kejadian itu, namun serasa sekali maaf belumlah cukup. Ingin sekali saya memeluknya erat dan meletakkan kepala saya di pangkuannya ketika bertemu. Namun tidak semua waktu bisa saya gunakan :). Hanya memang jika ada kesempatan tertentu untuk sesekali bermanja dipangkuannya. Kadang karena saking seringnya bertemu, untuk mengungkapkan isi hati betapa saya sangat menyayanginya, entah kenapa seringkali bibir ini menjadi kelu. Serasa tabu begitu. Makanya saya mencari ribuan cara untuk bisa mengungkapkan rasa sayang saya kepada kedua orang tua meski tidak selalu terucap lewat lisan.
Di dalam buku ‘7 Keajaiban Rejeki’ karya Ippho Santosa diungkapkan bagaimana perbandingan kasih sayang dan kebaikan orang tua dengan balasan perbuatan kita.
-Saat usia kita 1 tahun, orang tua memandikan dan merawat kita. Namun sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.
-Saat usia kita 2 tahun, orang tua mengajari kita berjalan. Namun sebagai balasannya, kita malah kabur ketika orang tua kita memanggil kita.
-Saat usia kita 5 tahun, orang tua membelikan kita baju yang bagus-bagus. Namun sebagai balasannya, kita malah mengotorinya dengan bermain-main di lumpur.
-Saat usia kita 17 tahun, orang tua sedang menunggu telefon penting, sementara kita malah asyik menelepon teman-teman kita yang sama sekali tidak penting.
-Saat usia kita 29 tahun, orang tua kita membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasannya, kita malah kabur pindah ke luar kota, meninggalkan mereka dan menghubunginya hanya dua kali dalam setahun.
Dan masih banyak lagi kelakukan kita yang sungguh tidak sebanding dengan kebaikan orang tua. Maka Allah pun menjamin seorang anak yang dengan ikhlas merawat kedua orang tuanya ketika sudah tua yakni dengan balasan syurga. Teman-teman tahu siapakah kedua orang tua kita itu. Yupp.. inilah bidadari yang pertama.
#Bidadari Kedua
Saya akan kembali bercerita mengenai pengalaman pribadi saya. Ketika saya belum menikah, rejeki saya seakan-akan tersendat dan kurang lancar. Kalaupun ada uang, entah kenapa mudah sekali hilang atau terkonsumsikan dengan keperluan-keperluan yang tidak penting. Namun ketika saya memberanikah menikah dalam usia 24 tahun, sungguh ajaib, saya merasa ada saja rejeki yang datang. Maka janji Allah mana yang kita dustakan? Bahwa Allah akan mencukupkan rejeki bagi hambanya yang menikah. Maaf bagi yang belum menikah yah.., terkesan tulisan ini agak provokatif ^_^.
Suatu kali pernah ada seorang teman yang bertanya kepada saya ketika saya nekat ingin menikah. Padahal ketika itu, pekerjaan saya belumlah safe (aman). Masa depan perusahaan tempat saya bekerja juga sangat tidak terjamin. Saya hanya mengatakan dengan yakin kepadanya, bahwa Allah telah menjamin rejeki bagi hambanya yang menikah. Dan saya yakin dengan hal itu. Dijelaskan begitu, teman saya malah bertanya : 'Kan kamu belum punya rumah fin??'. Ya saya jawab saja : 'Makanya supaya punya rumah, saya kudu menikah :) '. Buktinya sekarang saya punya rumah, tapi rumah kontrakan ha ha..
Pernah juga di lain waktu, saya ditanyai oleh seorang kawan yang ingin menikah, namun dia terlihat ragu-ragu karena status istrinya yang tidak bekerja. Dia sendiri seorang pegawai swasta yang masih kontrak. Saya pun akhirnya mengatakan bahwa rejeki Allah itu sangat melimpah untuk hambanya yang menikah. Tidak pernah saya temui ada orang yang bujang kaya, eh setelah menikah jadi miskin. Sungguh saya jarang sekali bertemu dengan orang seperti ini. Yang banyak saya temui malahan orang yang sebelumnya miskin, tapi setelah menikah menjadi kaya :). Nah orang-orang yang kayak gini banyak banget saya temui. Bahkan banyak diantaranya saya malah memegang status mapan. Iyah.. mapan karena kondisi perut yang semakin kedepan ^_^.
Betulll... suami atau istri kita itu memang adalah bidadari yang kedua ^_^.
Jadi kawan-kawan.. sepasang bidadari adalah jalan kita untuk mendapatkan rejeki yang lebih berkah dari Allah azza wa jalla. Kalau rejeki kita selama ini sulit, berarti setidaknya ada 2 langkah yang musti kita lakukan :
1. Datang kepada orang tua dan kemudian minta maaf, mohon didoakan semoga rejeki lancar.
2. Beranilah menikah. Karena dengan menikah, istilahnya rejeki 2 orang digabung menjadi satu. Bahkan nanti jika dikaruniai anak, maka bakal tambah lagi dengan rejeki anak. Semakin banyak anak, maka semakin banyak rejeki ^_^. Pernah suatu ketika ustadz Budi Darmawan (suami almarhumah Yoyoh Yusroh), mengatakan bahwa : mungkin selama ini saya hanya numpang hidup pada rejeki anak-anak saya, bukan semata datang dari pekerjaan saya dan istri.. Yah.. kita tahu bahwa anak dari pasangan ust Budi dan alm. Yoyoh itu ada 13 orang anak. Hebat kan?!!
#Bidadari pertama
“Ati-ati yo le.. mengko nek wes teko Bandung, ndang sms, ojo lali karo gusti Allah”, kira-kira begitulah wejangan ibu dan bapak saya tiap kali saya harus balik ke Bandung untuk kembali melaksanakan rutinitas harian. Sebuah wejangan yang singkat, namun dalamnya berisi doa yang sangat mustajab. Kita pasti tahu bahwa salah satu doa yang tidak ada tabir diantaranya adalah ketika orang tua berdoa untuk anaknya. Bahkan kita juga tentu tahu bahwa ridho Allah adalah ridho orang tua. Atau juga kalimat : bahwa syurga itu berada di bawah telapak kaki ibu.
Sepasang Bidadari |
Saya adalah tipe orang yang susah sekali menangis. Namun jika saya tengah mengenang kasih sayang dan banyaknya kesalahan yang saya perbuat kepada ibu saya di masa lalu, maka entah kenapa deru air mata ini serasa tak tertahan. Saya ingat dulu waktu SMU, saya pernah membuat ibu saya menangis karena ulah saya. Dan saya tidak pernah bisa melupakannya. Tentu sudah jauh hari saya sudah meminta maaf akan kejadian itu, namun serasa sekali maaf belumlah cukup. Ingin sekali saya memeluknya erat dan meletakkan kepala saya di pangkuannya ketika bertemu. Namun tidak semua waktu bisa saya gunakan :). Hanya memang jika ada kesempatan tertentu untuk sesekali bermanja dipangkuannya. Kadang karena saking seringnya bertemu, untuk mengungkapkan isi hati betapa saya sangat menyayanginya, entah kenapa seringkali bibir ini menjadi kelu. Serasa tabu begitu. Makanya saya mencari ribuan cara untuk bisa mengungkapkan rasa sayang saya kepada kedua orang tua meski tidak selalu terucap lewat lisan.
Di dalam buku ‘7 Keajaiban Rejeki’ karya Ippho Santosa diungkapkan bagaimana perbandingan kasih sayang dan kebaikan orang tua dengan balasan perbuatan kita.
-Saat usia kita 1 tahun, orang tua memandikan dan merawat kita. Namun sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.
-Saat usia kita 2 tahun, orang tua mengajari kita berjalan. Namun sebagai balasannya, kita malah kabur ketika orang tua kita memanggil kita.
-Saat usia kita 5 tahun, orang tua membelikan kita baju yang bagus-bagus. Namun sebagai balasannya, kita malah mengotorinya dengan bermain-main di lumpur.
-Saat usia kita 17 tahun, orang tua sedang menunggu telefon penting, sementara kita malah asyik menelepon teman-teman kita yang sama sekali tidak penting.
-Saat usia kita 29 tahun, orang tua kita membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasannya, kita malah kabur pindah ke luar kota, meninggalkan mereka dan menghubunginya hanya dua kali dalam setahun.
Dan masih banyak lagi kelakukan kita yang sungguh tidak sebanding dengan kebaikan orang tua. Maka Allah pun menjamin seorang anak yang dengan ikhlas merawat kedua orang tuanya ketika sudah tua yakni dengan balasan syurga. Teman-teman tahu siapakah kedua orang tua kita itu. Yupp.. inilah bidadari yang pertama.
#Bidadari Kedua
Saya akan kembali bercerita mengenai pengalaman pribadi saya. Ketika saya belum menikah, rejeki saya seakan-akan tersendat dan kurang lancar. Kalaupun ada uang, entah kenapa mudah sekali hilang atau terkonsumsikan dengan keperluan-keperluan yang tidak penting. Namun ketika saya memberanikah menikah dalam usia 24 tahun, sungguh ajaib, saya merasa ada saja rejeki yang datang. Maka janji Allah mana yang kita dustakan? Bahwa Allah akan mencukupkan rejeki bagi hambanya yang menikah. Maaf bagi yang belum menikah yah.., terkesan tulisan ini agak provokatif ^_^.
Suatu kali pernah ada seorang teman yang bertanya kepada saya ketika saya nekat ingin menikah. Padahal ketika itu, pekerjaan saya belumlah safe (aman). Masa depan perusahaan tempat saya bekerja juga sangat tidak terjamin. Saya hanya mengatakan dengan yakin kepadanya, bahwa Allah telah menjamin rejeki bagi hambanya yang menikah. Dan saya yakin dengan hal itu. Dijelaskan begitu, teman saya malah bertanya : 'Kan kamu belum punya rumah fin??'. Ya saya jawab saja : 'Makanya supaya punya rumah, saya kudu menikah :) '. Buktinya sekarang saya punya rumah, tapi rumah kontrakan ha ha..
Pernah juga di lain waktu, saya ditanyai oleh seorang kawan yang ingin menikah, namun dia terlihat ragu-ragu karena status istrinya yang tidak bekerja. Dia sendiri seorang pegawai swasta yang masih kontrak. Saya pun akhirnya mengatakan bahwa rejeki Allah itu sangat melimpah untuk hambanya yang menikah. Tidak pernah saya temui ada orang yang bujang kaya, eh setelah menikah jadi miskin. Sungguh saya jarang sekali bertemu dengan orang seperti ini. Yang banyak saya temui malahan orang yang sebelumnya miskin, tapi setelah menikah menjadi kaya :). Nah orang-orang yang kayak gini banyak banget saya temui. Bahkan banyak diantaranya saya malah memegang status mapan. Iyah.. mapan karena kondisi perut yang semakin kedepan ^_^.
Betulll... suami atau istri kita itu memang adalah bidadari yang kedua ^_^.
Jadi kawan-kawan.. sepasang bidadari adalah jalan kita untuk mendapatkan rejeki yang lebih berkah dari Allah azza wa jalla. Kalau rejeki kita selama ini sulit, berarti setidaknya ada 2 langkah yang musti kita lakukan :
1. Datang kepada orang tua dan kemudian minta maaf, mohon didoakan semoga rejeki lancar.
2. Beranilah menikah. Karena dengan menikah, istilahnya rejeki 2 orang digabung menjadi satu. Bahkan nanti jika dikaruniai anak, maka bakal tambah lagi dengan rejeki anak. Semakin banyak anak, maka semakin banyak rejeki ^_^. Pernah suatu ketika ustadz Budi Darmawan (suami almarhumah Yoyoh Yusroh), mengatakan bahwa : mungkin selama ini saya hanya numpang hidup pada rejeki anak-anak saya, bukan semata datang dari pekerjaan saya dan istri.. Yah.. kita tahu bahwa anak dari pasangan ust Budi dan alm. Yoyoh itu ada 13 orang anak. Hebat kan?!!
menikah itu rasanya yang kurang bagi saya yang masih berumur muda.. :D
BalasHapusyup... yuk persiapkan.
HapusJadi, tulisan ini provokasi bagi mereka yang belum menikah? Hehehe...
BalasHapusprovokasi kebaikan ^_^
HapusRizki itu datang sesuai kebutuhan.... kalo kita belum butuh atau belum ada orang lain yg membutuhkannya melalui tangan kita, cukuplah kita bersyukur saja.... :)
BalasHapusrezeki dari Allah itu melimpah. orang yang bersyukur itupun akan ditambah nikmatnya :)
Hapus24 tahun nikahnya? wah.... saya kalah sama pak fifin :D
BalasHapusRosulullah menikah umur 25 tahun :)
HapusRizki,Jodoh dan Hidup cman di tangan Allah ...
BalasHapushappy blogging kwn ,,, Komentar baik
betuuulll
Hapusbanyak anak banyak rejeki
BalasHapusmantabsss....
Hapusterharu Fin baca postinganmu kali ini, beruntung sekali mereka yang masih didampingi ibu dan menikah
BalasHapusmemang benar kok, byk cerita orang yg setelah menikah justru lancar rejekinya
iya mbak. jadi jika orang tua masih hidup sebisa mungkin kita merawatnya dengan kasih sayang. Karena semasa kecil, orang tua kita merawat kita sungguh tanpa mengharap balas budi. Mereka sangat ikhlas menyayangi kita.
HapusWaduh baca ini kok jadi jleb. Walaupun saya masih belum menikah, tapi insyallah saya juga mempersiapkan masa depan saya atau calon saya nantinya. Mulai dari sekarang bekalnya dipersiapkan.
BalasHapushik hik... iya sekarang menyiapkan bekal. Nanti sepulang dari korea langsung melamar :). Yah supaya rejekinya tambah berkah put...
Hapushmm..#MkirMaukomenApa hehe
BalasHapusjdi bdadari yg kduanya, slain mbak dwi ibu nya to..
trmsuk brni jga, ya mas fifin. cowok kdang mlas nkah muda. alsannya blum mapan..
yup... orang tua dan pasangan kita adalah sepasang bidadari yang membawa keberkahan rejeki dengan ijin Allah :)
HapusWaduh, tulisannya cukup 'menantang' :D
BalasHapusYukkk ah segerakan, mohon doanya mas :)
siippp akan didoakan semoga segera. Btw kan si fajar udah tuh.. tinggal Nur.. :)
Hapus