Cerita sebelumnya di Part 1, Part 2 dan Part 3.----------------------------------------------------
"Kretaaakkk!!", seperti suara pintu yang dibuka.
"Selamat ya pak, bayinya perempuan, cantiiikk!. mari ikuti saya langsung ke ruang bayi!", teriak seorang perawat perempuan yang tiba-tiba muncul dari arah pintu ruang operasi menggendong sesuatu.
"Alhamdulillah.. wa Syukurillah. bayi saya selamat". Tanpa berpikir panjang, saya mengikuti perawat tadi yang berjalan cukup cepat menuju ruang bayi. Ruang bayi ini sangat steril, hanya petugas dan ibu bayi saja yang bisa masuk kedalam. Bahkan saya (yang asli bapaknya) saja, tidak diijinkan masuk ke dalam ruang bayi. Hanya ada satu kesempatan yang mengijinkan saya masuk ke dalam ruang bayi. Yah, satu-satunya kesempatan adalah ketika mengumandangkan adzan ke telinga bayi saya. Selepas itu, praktis saya hanya bisa memandang bayi saya dari balik kaca jendela.
Seorang ibu perawat yang cukup senior meminta saya untuk mengumandangkan adzan ke telinga bayi, namun terlebih dahulu dipersilahkan berwudlu di mushola di bagian depan rumah sakit. Selepas berwudlu, saya segera menuju ke ruang bayi. Terlihat disitu bayi saya sedang dirapikan oleh seorang perawat. Terlihat wajah bayi saya sangat pucat. Membayangkan bagaimana dinginnya ruang operasi. Bayi saya sudah tak menangis lagi. Terlihat dia bergerak-gerak mencoba mengenali dunia. Rumah barunya, setelah sebelumnya terlalu nyaman berada di rahim ibunda.
Saya pandangi bayi itu lamat-lamat. Inikah bayi saya? darah daging saya? cantiknya anak abi! alhamdulillah. Dengan mengucapkan basmalah saya mulai mengumandangkan adzan ke telinga bagian kanan dan iqomah ke telinga bagian kiri. Setelah itu dalam hati berdoa semoga bayi ini menjadi anak yang terjaga dan dilindungi oleh Allah, menjadi anak yang sholehah, aamiin.
Setelah diadzani, bayi kemudian diletakkan kembali ke dalam kotak berukuran setengah meter dengan beberapa lampu terletak di dalamnya. Sebuah kota penghangat bayi. Seorang perawat menawarkan kepada saya untuk mengambil foto bayi dari jarak dekat. Karena setelah ini, praktis saya dilarang masuk kembali ke dalam ruangan steril ini. Beberapa kali bayi saya menggerak-gerakkan kepalanya. Seperti memandang ke sekeliling, mencoba mengenali suasana sekitar. "Dek Hanan, ini abimu sayang, kamu cantik sekali wahai anakku". Lamat-lamat saya baca informasi yang ada di bagian depan kotak bayi. 'Ny Dwi Yulianti, bayi lahir pukul 12.55 WIB, berat badan 2,7 kg, panjang 49 cm, lingkar kepala 33 cm'.
Yah, Hanan. Nama lengkapnya Hanan Naqiyya. Sebuah nama yang sudah kami persiapkan jauh-jauh hari untuk bayi perempuan pertama kami ini. Arti dari nama itu adalah perempuan yang penyayang dan berhati jernih. Nama adalah doa. Semoga kelak kamu menjadi seperti apa yang kami doakan ya sayang.
Setelah merasa bayi kami baik-baik saja. Saya kembali ke depan ruangan operasi. Lampu diatas pintu ruang operasi masih menyala terang. Mungkinkah operasi masih berjalan selama ini?. Saya kemudian berjalan ke arah ruang ICU. Seperti yang telah diberitahukan di papan informasi kebidanan, bahwa pasca operasi, maka pasien akan dibawah ke ruang ICU. Beberapa kali saya tengok isi dari ruang ICU melalui kaca jendela. Istri saya masih belum ada. Sepertinya saya harus menunggu beberapa menit lagi.
Selepas mengetahui bayi saya selamat, sebenarnya setengah dari kekhawatiran saya sudah menghilang. Kini tinggal kekhawatiran akan kondisi ibunya. Ingin sekali saya melihat kondisi istri saya. Iseng-iseng saya kembali melihat ke dalam ruang ICU dari jendela sebelah selatan. Dan alhamdulillah, di bagian kamar pojok, terlihat istri saya tengah berbaring di dampingi oleh seorang perawat. Melihat wajah saya di jendela, istri agak terkejut dan memberikan isyarat supaya saya masuk ke dalam saja.
Saya segera memasuki ruangan ICU. Menemui istri tercinta yang sedang diinfus. Melihat saya, dia langsung menangis. Saya memegang tangannya, mencoba menguatkan. Setelah agak tenang, dia mulai menceritakan segala apa yang barusan dia alami. Katanya seperti mimpi. Berada di dunia lain. Merasa berada di titik terdekat kematian. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Dan kini dia baik-baik saja. Saat itu kita pahami, bahwa semua ini terasa dimudahkan oleh Allah.
Oke kawan, saya kira cerita ini saya tamatkan disini saja. Terima kasih bagi teman-teman yang sudah mau menyimak kisah ini dari awal. Kisah baru perjalanan hidup saya. Kisah baru dengan hadirkan dek Hanan. Malaikat kecil kami yang sudah lama dinanti.
*** Tamat ***
Sukaraja, Bandung. 29 September 2012
Saat kita berdoa dengan yakin, maka di saat itu pintu-pintu rahmat Allah terbuka lebar.
alhamdulillah.... :)
BalasHapusskali lag selamat yaaaa mas Fifin dan mbak Yuli, semoga dek Hanan sehat selalu, menjadi anak sholihah dan berbakti pada kedua org tua :)
kayaknya besok2 bakalan lebih sering nih cerita si adek menghiasi ruang inspirasi coffee.. hihi :D
Terima kasih mbak Mae ^_^. Aamiin YRA.
HapusHemm mungkin sih, cuma tetap mencoba proporsional. Biar pembaca inspirasi coffee tidak bosan :)
Selamat atas kelahiran bidadari ciliknya Pak :D
BalasHapusTerima kasih mas Ganfi Fauzi.
HapusMenunggu istri melahirkan memang menegangkan. Alhamdulillah semua berjalan lancar.
BalasHapusPengalaman pertama yang sungguh menegangkan. Alhamdulillah dimudahkan oleh Allah.
Hapusalhamdulillah, amanah telah datang. Selamat, membimbing dan menuntunnya.
BalasHapusAmanah yang musti dipertanggungjawabkan nantinya dihadapan Allah. Doakan semoga bisa membimbingnya menjadi anak yang sholehah. Penerus generasi dakwah.
HapusHks,br smpt bc part ini..barakallah akhrnya yg dnanti2 tlh hdr di dunia ini,smg bs mjga amanah Allah ini dg baik ya mas n mba :-), insyaAllah kalo nt mudik ammah sempetin bwt jenguk dek hanan..
BalasHapushe he makasih ya mbak. Dek hanan menunggu ammah datang kasih oleh-oleh dari samarinda ^_^
HapusSelamat memasuki kehidupan baru utk mas & istri.. Selamat datang utk dd Hanan, semoga jd putri yg sholehah.. Jgn lupa kasi ASI ya :)
BalasHapusterima kasih mbak ke2nai. Aamiin.
HapusIya ini sudah diberi ASI.
akhirnya,tamat juga baca crtanya,kirain kyk sntron pla,gak tau kpn tamatnya.hehe
BalasHapuspngen gndong dedeknya deh mas..smga dek hanan dan ibunya shat2 saja y mas..walaupun brjauhan dg abi nya..hihi
he he iya akhirnya ditamatkan. ha ha klo kayak sinetron ntar aku dikontrak sama RC*I.
Hapusayoo disini tante Yura, dek Hanan pengen digendong kemudian diajak ke rumah yang di padang. Trus diajak naik ke gunung.
nama yang indah mas fifin......semoga sehat selalu dek hanan nya : )
BalasHapuswah terima kasih mbak Etha. Semoga keberkahan dan kesehatan juga tercurah untuk kita semua.
Hapus