Dalam seminggu sekali, biasanya saya menggunakan satu hari untuk mencicipi menu ayam bakar di sebuah warung yang berlokasi tidak jauh dari kantor. Rasa ayam bakarnya benar-benar menggoyah lidah saya. Bahkan bisa dibilang tak hanya bisa menggoyang lidah, tapi juga bisa membakar lidah!. Rasa sambalnya luar biasa pedas, tapi tetap masih bisa terasa enak di lidah saya, karena ditambah dengan bahan lain yang cukup menyegarkan. Saya kurang tahu apa saja bahannya, sepertinya sih ditambah dengan tomat segar dan campuran bahan yang lain. Tampilan sambalnya juga cukup fresh dengan tumbukan yang masih terlihat kasar.
Ada yang mungkin bisa bilang ini pertunjukan unik. Wajah mulai memerah, kemudian keringat mulai mengucur membasahi leher. Teman saya ketawa saja melihat aktifitas saya yang mungkin tak biasa ini. Saya tak peduli, terus saja khusyuk menikmati makanan sambil sesekali meraih tisue untuk mengelap keringat yang membasahi pipi (agar tak bercampur dengan makanan). Dan anehnya, hal seperti ini tak terjadi dengan teman kantor yang juga makan menu yang sama. Sambelnya sama, volume ngambilnya juga sama. Memang kelihatan dia juga kepedesan, tapi anehnya dia ga keluar keringat sedikitpun. Hanya wajahnya yang sedikit memerah.
Orang lain mungkin berpikir saya ini telah menyiksa diri sendiri. Saya jawab : tidak!, saya menikmatinya kok. Ini menjadi karakteristik tersendiri bagi saya jika menyantap menu yang pedas. Apalagi jika rasanya sudah pedas dan disajikan dalam kondisi yang masih panas. Dijamin tak beberapa lama, pasti sudah terlihat seperti habis berlari keliling lapangan 10x.
Hal ini yang akhirnya melegalkan ungkapan yang sering saya katakan kepada teman-teman, ketika saya menikmati makanan yang pedas-pedas :
***
30 Mei 2013
Di sebuah titik kekhusyukan
www.inspirasicoffee.com
Follow my twitter : @fifinng
Hanya ilustrasi, kemarin tak sempat ambil foto. Taken from menumantab.blogspot.com |
Orang lain mungkin berpikir saya ini telah menyiksa diri sendiri. Saya jawab : tidak!, saya menikmatinya kok. Ini menjadi karakteristik tersendiri bagi saya jika menyantap menu yang pedas. Apalagi jika rasanya sudah pedas dan disajikan dalam kondisi yang masih panas. Dijamin tak beberapa lama, pasti sudah terlihat seperti habis berlari keliling lapangan 10x.
Hal ini yang akhirnya melegalkan ungkapan yang sering saya katakan kepada teman-teman, ketika saya menikmati makanan yang pedas-pedas :
Saya itu suka pedas, tapi tak tahan pedas.
***
30 Mei 2013
Di sebuah titik kekhusyukan
www.inspirasicoffee.com
Follow my twitter : @fifinng
sama pak,, saya juga suka makanan pedas, tapi gak tahan sama pedasnya
BalasHapusbiasanya perut langsung komplain klo habis makan pedas :))
selama ini saya sangat jarang mengalami perut sakit gara-gara makan pedas. Pernah suatu ketika ada acara makan pempek yang ada sambalnya pedas banget, sampai ada teman kantor yang besoknya ndak masuk karena sakit perut. Tapi perut saya alhamdulillah baik-baik saja.
HapusMakanan pedas identik dengan minyak, untuk itu diperlukan packaging makanan yang benar untuk mewadahi menu tersebut agar minyak berlebih tidak kemana-mana. Salah satu packaging makanan yang bagus adala Greenpack. Terbuat dari kertas namun mampu menampung air ataupun minyak.
BalasHapus