Pagi tadi sempat melihat sebuah berita di televisi, bahwa salah seorang tokoh terkenal telah dijadikan tersangka oleh kepolisian terkait ocehan-nya di twitter yang dianggap merugikan/menghina orang lain. Hal ini tentu bisa menjadi pembelajaran yang baik bagi kita, bahwa sebuah kebebasan itu sejatinya masih dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Dengan teknologi yang semakin canggih, batas-batas yang diakibatkan karena jarak, menjadi semakin tidak relevan. Kita bisa berkomunikasi dengan sangat mudah dengan orang yang berada di belahan bumi yang jauh. Cepat dan mudah. Namun, seharusnya kemudahan-kemudahan seperti itu, tentu tidak menjadi sebuah dalih bagi kita, berbuat hal-hal yang negatif dan merugikan orang lain. Terlebih lagi, jika hal itu dilatarbelakangi dari sebuah keisengan belaka.
Media sosial kini telah menjadi virus peradaban. Sekarang semua orang bisa dengan mudah menggiring opini masyarakat lewat media sosial. Mereka tak lagi harus mengandalkan media konvensional seperti televisi dan media cetak. Lewat facebook dan twitter, kita bisa dengan mudah mengatakan dan membincang apapun pada dunia. Namun pada saat yang sama, kitapun juga harus berani menanggung resiko dari akibat yang terjadi dari perkataan/pernyataan kita itu. Ah, saya jadi teringat kasus Prita.
Dalam berbagai kasus yang telah terjadi, kita pun bisa belajar bagaimana tetap santun dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai akibat perkataan atau pernyataan kita, melanggar hukum-hukum yang ada.
Bagi saya sendiri, berperilaku di dunia maya itu selayaknya juga sama ketika kita berlaku di dunia nyata. Apalagi dampak yang diakibatkan dunia maya terkadang lebih besar. Ketika kita menghina seseorang di pasar, mungkin yang mendengar dan memperhatikan hanya orang-orang yang berada di lokasi pasar itu saja. Tetapi ketika kita mempublikasikan di dunia maya, bisa saja seluruh dunia menjadi tahu.
***
25 Mei 2013
Di sebuah titik lokasi dalam kesendirian.
Dengan teknologi yang semakin canggih, batas-batas yang diakibatkan karena jarak, menjadi semakin tidak relevan. Kita bisa berkomunikasi dengan sangat mudah dengan orang yang berada di belahan bumi yang jauh. Cepat dan mudah. Namun, seharusnya kemudahan-kemudahan seperti itu, tentu tidak menjadi sebuah dalih bagi kita, berbuat hal-hal yang negatif dan merugikan orang lain. Terlebih lagi, jika hal itu dilatarbelakangi dari sebuah keisengan belaka.
Media sosial kini telah menjadi virus peradaban. Sekarang semua orang bisa dengan mudah menggiring opini masyarakat lewat media sosial. Mereka tak lagi harus mengandalkan media konvensional seperti televisi dan media cetak. Lewat facebook dan twitter, kita bisa dengan mudah mengatakan dan membincang apapun pada dunia. Namun pada saat yang sama, kitapun juga harus berani menanggung resiko dari akibat yang terjadi dari perkataan/pernyataan kita itu. Ah, saya jadi teringat kasus Prita.
Dalam berbagai kasus yang telah terjadi, kita pun bisa belajar bagaimana tetap santun dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai akibat perkataan atau pernyataan kita, melanggar hukum-hukum yang ada.
Bagi saya sendiri, berperilaku di dunia maya itu selayaknya juga sama ketika kita berlaku di dunia nyata. Apalagi dampak yang diakibatkan dunia maya terkadang lebih besar. Ketika kita menghina seseorang di pasar, mungkin yang mendengar dan memperhatikan hanya orang-orang yang berada di lokasi pasar itu saja. Tetapi ketika kita mempublikasikan di dunia maya, bisa saja seluruh dunia menjadi tahu.
***
25 Mei 2013
Di sebuah titik lokasi dalam kesendirian.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger