Amelia : Melengkapi Cerita Petualangan Anak-anak Mamak
Jarang sekali saya menemukan sebuah novel yang bercerita tentang kehidupan anak-anak berbalut inspirasi kehidupan sebaik novel garapan Tere Liye, Serial Anak-anak Mamak. Pernah dulu saya membaca sebuah novel berjudul 'Ma yan', karya dari Sanie B Kuncoro. Novel ini juga bercerita tentang dunia anak-anak. Namun setting tempat 'Ma Yan' berada di luar negeri, kalau tidak salah berada di salah satu tempat terpencil di negeri China. Mirip dengan Tere Liye, Sanie juga suka sekali menulis dengan gaya bercerita alur maju-mundur. Sehingga sesekali saya harus membolak-balik buku untuk bisa memahami keseluruhan cerita. Meski begitu, tetap saja seru.
Novel Amelia sejatinya sudah ditunggu-tunggu sejak setahunan yang lalu. Tetapi rupanya baru muncul akhir tahun ini. Setelah terdengar kabar bahwa novel Amelia sudah terbit, rasanya sungguh tidak sabar diri ini untuk kembali menikmati petualangan seru dunia anak-anak kampung di lembang bukit barisan. Penggambaran alam kampung dan hutan yang elok, suasana tahun 80'an yang menyejarah, juga aroma kesederhanaan namun penuh dengan kehangatan.
Dan beberapa hari yang lalu, saya membeli buku ini di toko buku sendiri, Toko Buku Hanan. Setelah menunggu beberapa lamanya akhirnya saya mendapatkan 10 buku Amelia dari supplier. Setelah dipublikasikan di web dan media sosial, 10 buku yang masih tersegel itupun langsung banyak yang memesan, dan kini stoknya hampir habis. Jika ada diantara pembaca tulisan ini yang tertarik dengan novel ini, silahkan berkomentar di blog ini. Karena admin Toko Buku Hanan adalah penulis blog ini.
Novel Serial anak-anak Mamak terdiri dari 4 buku, yang masing-masing akan menceritakan anak-anak mamak. Keempat anak tersebut adalah Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia. Saya sudah membaca ketiga buku sebelumnya yang sudah terbit yaitu Eliana, Pukat dan Burlian. Dari ketiga cerita tersebut, menurutku cerita Burlian paling seru dan spesial, se-spesial julukannya. Burlian, si anak spesial.
Dan kini Amelia baru masuk ke halaman 103 dari 391. Ah.. rasanya saya ingin membacanya pelan-pelan saja. Tak ingin cerita serunya cepat berakhir. Karena jika novel Amelia ini selesai dibaca, maka saya menjadi kesulitan mencari novel lain yang bergenre sejenis. Tetapi jika tidak dilanjutkan membaca, maka rasa penasaranpun malah semakin membuncah.
Dalam tulisan ini, saya tak berniat menulis resensi. Karena saya sendiri belum membaca novel ini secara keseluruhan. Namun, di halaman 103 ini, sejatinya saya sedang mendaki sedikit demi sedikit hingga akhirnya nanti sampai pada puncak cerita Amelia. Saya penasaran, seberapa 'kuat' si Amelia ini, yang bahkan oleh Pak Bin (guru paling hebat di sekolah) memprediksi bahwa Amel (sebutan untuk Amelia) akan memberikan kontribusi hebat yang tak pernah terbayangkan kepada kampungnya.
Mari kita lanjutkan saja membacanya...
***
Bandung
12 Desember 2013.
Menulis bersanding novel Amelia.
yaah...keduluan bikin review nya ma mas fifin, he.....
BalasHapustp kalau menurut e, entah kenapa novel amelia ini kok agak kurang dari ekspetasi e, kurang gereget dibanding burlian ma eliana malah,
he he. Tidak ada istilah keduluan dalam membuat review. Setiap pembaca memiliki sudut pandang yang bisa saja sangat berbeda 180 derajat.
HapusSebagai contoh Amelia. Saya malah menganggap novel Amelia ini sangat inspiratif. Lebih bagus daripada Eliana dan Burlian. Yaa menurut saya sih :)
Oh iya, ditunggu review Amelia-nya.
aku butuh sinopsis nya nihh,tolong bantu ya...mksih
BalasHapusBantu gimana?
Hapusnovelnya kayaknya bagus tuh gan
BalasHapusmas @Dekka : yup. bagus. Saya sudah membacanya dan layak untuk dijadikan koleksi novel inspiratif.
Hapus