Biasanya satu minggu sekali aku menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah ibuku yang letaknya sekitar 8 kilometer dari tempat tinggalku yang sekarang ini. Nah, satu hal yang paling aku sukai ketika berkunjung ke rumah ibuku adalah saat aku melewati beberapa hamparan sawah yang begitu indah. Ia layaknya hamparan permadani berwarna hijau yang menyejukkan mata.
Enaknya hidup di desa ya seperti ini. Seringkali menjumpai pemandangan sawah seperti itu. Meski seringkali melihat, namun aku tetap tak pernah bosan memandanginya. Seringkali aku menghentikan sepeda motorku untuk sejenak menikmati pemandangan itu.
Tak selalu, ketika padi masih berwarna hijau. Namun saat sawah masih musim tanam pun, tetap menjadi hiasan yang memanjakan mata. Ini adalah salah satu angerah dari Allah Azza wa Jalla yang jarang kita syukuri. Dulu saat aku masih kecil, sering menghabiskan waktu bersama kawan-kawan untuk mencari belut di sawah. Terkadang, kenangan itu terlintas di pikiran begitu saja saat melewati sawah yang masih belum ditanami padi seperti berikut ini.
Waktu boleh saja berlalu, tetapi kenangan akan tetap ada dengan ceritanya masing-masing. Entah itu kenangan baik atau itu buruk. Kitalah yang memilih untuk meresponnya seperti apa. Akan tetap larut dengan kesedihan, atau belajar dari kenangan itu untuk kemudian melangkah jauh ke depan berbekal dari pengalaman yang ada. Itulah inspirasi yang bisa kita ambil dari pemandangan sawah. Sederhana memang, namun bisa jadi bermakna.
Ah, jadi teringat dengan lagu anak-anak yang sampai kini masih terdengar indah di telinga. Judulnya, Desaku yang Kucinta. Liriknya bagus dan mengundang anak-anak untuk bernyanyi dengan ceria.
Lagu itu benar-benar menggambarkan bahwa hidup di desa itu menyenangkan. Meski banyak orang pergi dari desa untuk mencari pekerjaan di kota, mereka akan tetap merindukan suasana desa. Mereka akan tetap mencintai desanya, sampai kapanpun.
Desaku, keindahanmu tak akan pernah pudar. meski wajah-wajah datang dan pergi silih berganti, namun pesonamu abadi.
***
Membersamai Secangkir Kopi
Di Sebuah Desa Kecil,
Pinggiran Kabupaten Magetan.
Enaknya hidup di desa ya seperti ini. Seringkali menjumpai pemandangan sawah seperti itu. Meski seringkali melihat, namun aku tetap tak pernah bosan memandanginya. Seringkali aku menghentikan sepeda motorku untuk sejenak menikmati pemandangan itu.
Hamparan Permadani Hijau di Ujung Senja |
Tak selalu, ketika padi masih berwarna hijau. Namun saat sawah masih musim tanam pun, tetap menjadi hiasan yang memanjakan mata. Ini adalah salah satu angerah dari Allah Azza wa Jalla yang jarang kita syukuri. Dulu saat aku masih kecil, sering menghabiskan waktu bersama kawan-kawan untuk mencari belut di sawah. Terkadang, kenangan itu terlintas di pikiran begitu saja saat melewati sawah yang masih belum ditanami padi seperti berikut ini.
Sawah Saat Musim Tanam |
Waktu boleh saja berlalu, tetapi kenangan akan tetap ada dengan ceritanya masing-masing. Entah itu kenangan baik atau itu buruk. Kitalah yang memilih untuk meresponnya seperti apa. Akan tetap larut dengan kesedihan, atau belajar dari kenangan itu untuk kemudian melangkah jauh ke depan berbekal dari pengalaman yang ada. Itulah inspirasi yang bisa kita ambil dari pemandangan sawah. Sederhana memang, namun bisa jadi bermakna.
Ah, jadi teringat dengan lagu anak-anak yang sampai kini masih terdengar indah di telinga. Judulnya, Desaku yang Kucinta. Liriknya bagus dan mengundang anak-anak untuk bernyanyi dengan ceria.
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu ku rindukan, desaku yang permai
Lagu itu benar-benar menggambarkan bahwa hidup di desa itu menyenangkan. Meski banyak orang pergi dari desa untuk mencari pekerjaan di kota, mereka akan tetap merindukan suasana desa. Mereka akan tetap mencintai desanya, sampai kapanpun.
Desaku, keindahanmu tak akan pernah pudar. meski wajah-wajah datang dan pergi silih berganti, namun pesonamu abadi.
If you truly love nature, you’ll find beauty everywhere.
-Van Gogh
***
Membersamai Secangkir Kopi
Di Sebuah Desa Kecil,
Pinggiran Kabupaten Magetan.
Dulu dibelakang rumah ku itu sawah, jalan pintas ke sekolah waktu SD. Tapi sekarang sawahnya berganti menjadi bangunan pabrik yang malah bikin limbah. Sedih..
BalasHapusIya, pembangunan pabrik seharusnya tetap memperhatikan AMDAL nya. Analisa terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan akibat pembangunan pabrik tersebut.
HapusHe he malah ngomongin materi lingkungan hidup. Tapi intinya, kemajuan teknologi jangan sampai merusak alam.
Desaku yang kucinta, pujaan hatiku
BalasHapusTempat ayah dan bunda, dan handai taulanku..
https://www.youtube.com/watch?v=FFbXwRc9FQE
Lagu ini mengingatkanku pada masa kecilku ^_^
Hapus