Tulisan ini merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya yaitu Mbolang ke Aarberg dan Biel/Bienne Bagian 1.
Mbolang ke Aarberg dan Biel-Bienne Switzerland Bagian 2
Aarberg
Artistik Sang Kota Tua
Sesaat keluar dari Articulated Bus berwarna merah itu, kami clinguk-an mencari petunjuk arah ke Kota Tua. Berdasar informasi dari Google Maps, sebenarnya lokasinya sudah cukup dekat. Namun, tetap saja kami masih kebingungan karena kurang menguasai arah mata angin. Alih-alih membuka aplikasi kompas di handphone, beberapa diantara kami sedikit tak sabar dan memilih bertanya langsung kepada orang setempat yang berseliweran. Beruntung sekali orang Swiss itu ramah-ramah. Kami diberitahu ancer-ancer lokasi Kota Tua. Dan sesuai dengan dugaan, lokasinya memang sudah dekat. Kamipun kembali melangkahkan kaki, tak sabar ingin segera melihat seperti apa kota tua itu.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya sampai juga kami di kota tua itu. Beberapa bangunan dengan arsitektur klasik mulai menghias mata. Jika diperhatikan dengan seksama, lokasi ini malah terlihat seperti komplek ruko / pertokoan dimana pada bagian lantai dasar lebih banyak digunakan sebagai toko roti, mainan dan lain-lainnya. Meskipun begitu, hal itu sama sekali tak mengurangi eksotisme tempat ini.
Tak mau sekedar melihat-lihat saja, kami mengabadikan momen langka itu dengan berfoto-foto dengan latar bangunan artistik itu. Beberapa orang lokal Swiss terlihat memandangi kami. Ah, siapa pula peduli. Kami terus menyusuri jalanan di area kota tua itu sambil sesekali berfoto ria bila menemukan sesuatu yang menarik.
Kota Tua di Aarberg |
Setelah merasa puas melihat-lihat area kota tua, kami terus menyusuri jalan di komplek itu hingga menemukan ujungnya. Info dari Schwab, di penghujung kota tua terdapat sebuah jembatan kayu yang klasik. Dan setelah keluar dari jembatan itu, kita akan disuguhi dengan pemandangan yang sangat menarik.
Langit siang itu agak mendung, berhias gumpalan awan gelap. Sepertinya sebentar lagi akan memuntahkan ribuan ton air hujan. Namun, kami tak khawatir. Jika sewaktu-waktu hujan tiba-tiba mengguyur, kami sudah bersiap dengan payung yang ada di dalam tas masing-masing. Hanya satu saja yang saya khawatirkan, yaitu sepatu. Jika kebasahan, maka sepertinya saya harus ke tempat training di hari senin memakai sandal.
Jembatan kayu yang bersejarah |
Sungai yang Jernih
Dari atas jembatan, kami dibuat takjub dengan pemandangan alam yang tak biasa. Seumur hidup jarang sekali saya menemukan pemandangan seperti ini. Di depan saya terpampang sungai yang berkelok-kelok membelah kota Aargberg. Indah sekali sungai ini. Nyaris tak kami temukan sampah sedikitpun di sepanjang sungai ini. Di beberapa bagian malah tampak seperti danau-danau kecil yang indah.
Airnya juga begitu jernih membiru. Saking jernihnya, bahkan kami bisa melihat bagian dasar sungainya. Namun sayangnya, kami tak menemukan ikan di dalamnya meskipun tak ada niatan sedikitpun untuk mancing.
Sungai Aarberg, Switzerland |
Kami mulai berjalan turun dari jembatan, menyusuri jalan setapak di pinggiran sungai. Jalannya sedikit becek karena terkena air hujan. Saya berpikir, jika bukan musim dingin, pasti banyak orang Swiss yang berpiknik di sungai ini, layaknya Hanami di Jepang. Jika Hanami di Jepang dilakukan sambil menikmati keindahan bunga sakura, di Aarberg sini 'Hanami' dilakukan untuk menikmati keindahan sungai sambil bakar ikan hasil tangkapan.
Biel / Bienne
Perjalanan ke Biel-Bienne
Untuk menuju ke kota Biel / Bienne, kali ini kami menggunakan moda transportasi kereta api. Sesampainya di stasiun Aarberg, kami segera mencari tempat penjualan tiket kereta. Ada dua cara untuk membeli tiket kereta di Swiss, yang pertama dengan membeli langsung ke loket reservasi, seperti yang kami lakukan ketika membeli tiket dari stasiun Zurich Flughafen ke Lyss, atau dengan melalui mesin tiket ( ticket machine ). Kami belum pernah membeli dengan cara ini sebelumnya.
Stasiun Aarberg |
Awalnya kami ingin membeli tiket di loket reservasi stasiun, namun sayangnya saat weekend loketnya baru buka agak siang. Seingat saya, buka nya mulai pukul 11.30. Kamipun berbalik arah, bergegas menuju ke arah mesin tiket yang lokasinya berada tak jauh dari loket reservasi. Berikut ini adalah penampakannya mesin tiketnya,
Mesin tiket untuk naik kereta |
Ketika pertama kali mencoba mesin tiket itu kami agak kebingungan. Beruntung di dalam petunjuk mesin ini terdapat mode versi English. Kamipun berusaha menyesuaikan diri, mencoba memahami alur pembelian tiket di mesin ini. Sesekali berdebat kecil. Seru.
Sebenarnya caranya cukup mudah dipahami bagi orang yang baru pertama kali menggunakannya. Sangat user friendly. Jika merasa ada yang salah dalam prosesnya, langsung kami klik cancel, diulangi dari awal lagi. Beberapa menit mencoba-coba, setelah mengalami trial and error, akhirnya empat tiket kereta dengan tujuan Biel / Bienne pun berhasil tercetak. Alhamdulillah.
Tiket ke Biel / Bienne |
Kami membuka aplikasi SBB Mobile di handphone untuk melihat jadwal kereta terdekat menuju Biel / Bienne. Rupanya masih ada sekitar 10 menit-an lagi sebelum kereta dengan jadwal terdekat datang. Daripada terus berdiri, kami memilih menunggu di ruang tunggu yang ada di stasiun.
Salah seorang dari kami memanfaatkan momen ini dengan menyalakan sebatang rokok setelah sebelumnya clingak-clinguk mencari apakah ada petunjuk larangan merokok di stasiun ini. Beruntung sekali bagi dia, beberapa detik kemudian ada orang lokal Swiss yang melakukan hal yang sama. Akhirnya berbekal sebatang rokok yang mulai mengebul, perbincangan kecil dengan orang Swiss itu dimulai. Suasara hangat dan akrab mulai terlihat, chemistry mulai terjalin. Perbincangan basa-basi yang akhirnya dapat mengusir keheningan sebelum kereta tiba.
Saya dan dua orang kawan lainnya memilih untuk masuk ke dalam ruang tunggu stasiun. Menghangatkan diri sambil memakan roti sisa sarapan tadi pagi. Di ruang tunggu itu memang cukup nyaman, terdapat mesin heater pemanas ruangan.
Danau yang Sepi
Sesaat kemudian, kereta yang akan mengantar kami ke Biel / Bienne pun akhirnya tiba. Kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang kosong untuk ber-empat. Jarak antara Aarberg ke Biel Bienne kali ini lumayan. Sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan kereta.
Jalur kota Aarberg menuju Biel / Bienne |
Setelah perjalanan singkat 30 menit-an, kami sampai di Stasiun Biel / Bienne. Stasiun ini lebih besar jika dibandingkan dengan stasiun Aarberg atau pun Lyss. Alasannya mungkin karena stasiun Biel / Bienne adalah gerbang utama menuju ke wisata danau Biel. Tentu banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah ini, termasuk kami.
Sesaat keluar dari stasiun Biel Bienne |
Jarak stasiun Biel / Bienne ke danau rupanya tak terlalu dekat. Kami butuh melangkahkan kaki sekian lamanya sebelum akhirnya menemukan danau. Sebenarnya hal ini sama sekali tak menjadi masalah buat kami. Kami suka berjalan kaki, apalagi di daerah yang baru seperti kota Biel. Pemandangan jalanan kota Biel / Bienne menjadi keasyikan tersendiri bagi kami. Bahkan, beberapa kali kami harus tersesat karena tak sesuai dengan petunjuk arah di Google Maps. Menjadi sebuah keseruan berbalut gelak tawa saling menyalahkan.
Mencari Danau Biel |
Mendung masih saja gelap. Sepertinya kondisi ini akan terus berlarut sepanjang hari hingga sore nanti. Tidak segera hujan, disisi lain mentari enggan pula menampakkan diri. Beruntung sekali kami jalan-jalan di hari itu.
Berbekal arahan Google Maps, danau pun akhirnya berhasil ditemukan. Danau Biel namanya. Sangat indah, berlatar perbukitan dan deretan pepohonan dengan daun yang meranggas. Lokasinya pun juga bersih. Beberapa kapal tak berpenghuni terlihat tengah bersandar.
Tak ada petugas, tak ada pemeriksaan tiket masuk, kami pun langsung leluasa menikmati keindahan danau. Berikut ini beberapa view yang sempat kami abadikan.
Danau Biel |
Dermaga Danau Biel |
Sebenarnya ada satu hal yang menjadi keheranan kami. Kenapa danau Biel ini begitu sepi? Nyaris tak ada orang lain selain kami di lokasi ini. Padahal lokasi ini bisa menjadi objek wisata yang sangat menarik. Apa karena sekarang lagi musim dingin, hingga orang-orang malas keluar? Atau karena sedang akhir pekan? Padahal di Indonesia, orang cenderung memanfaatkan akhir pekan untuk berwisata.
Sejenak duduk-duduk menikmati indahnya danau Biel |
Beberapa dari kami iseng mengecek kapal-kapal yang tengah bersandar. Melihat interiornya. Kalau kami intai dari balik kaca jendela, di dalamnya terlihat tempat duduk yang saling berhadap-hadapan dan terdapat meja di tengahnya. Di ujung terdapat bar yang difungsikan bagi pelanggan yang ingin memesan makanan atau sekedar minum.
Jelas ini bukan kapal nelayan. Ini adalah kapal untuk para wisatawan di danau Biel. Mungkin keramaian di danau Biel akan terlihat saat musim panas. Namun, musim dingin begini bukan berarti danau harus dianggurkan. Ah, saya jadi terbayang pasti nikmat sekali menyantap mie rebus di dalam kapal itu sambil menikmati keindahan danau.
Di ujung dermaga tempat saya duduk terdapat sebuah shelter bus atau halte. Rupanya ada bus yang berhenti di lokasi ini. Jika ada kesempatan lain (ha ha, mimpi boleh kan), sepertinya akan mudah jika naik bus saja daripada harus jalan kaki. Kita bisa naik bus dari stasiun Biel / Bienne. Di Swiss, stasiun dan terminal hampir selalu berdekatan.
Nampang dulu di kolong jembatan sebelum menuju stasiun |
Waktu terus berjalan, semakin lama kami berada di dermaga rasanya semakin dingin saja. Setelah dirasa cukup, kami pun bersepakat untuk kembali ke stasiun Biel / Bienne. Tak tertarik untuk naik bus, kami memilih berjalan kaki. Lumayan lah, bisa menghangatkan badan yang serasa sudah membeku.
Episode Jalan-jalan Berakhir, Saatnya Kembali ke Lyss
Sesampainya di stasiun Biel / Bienne, kami langsung mencari lokasi pembelian tiket. Berbekal pengalaman dengan mesin tiket di stasiun Aarberg, kami jadi lebih pede untuk membeli tiket menggunakan ticket machine. Tak seperti di Aarberg, kami lebih lancar menekan tombol-tombol di mesin tiket tersebut. Tiket pun berhasil didapat, kami segera menuju ke peron keberangkatan.
Stasiun Biel / Bienne ini besar sekali. Setidaknya ada lebih dari enam jalur kereta di stasiun ini.
View dari dalam ruang tunggu stasiun, terlihat kereta pabrikan Stadler |
Salah
seorang di antara kami ada yang ingin pergi ke mini market untuk belanja sesuatu. Lokasinya masih berada di dalam stasiun. Kami memilih jadwal kereta yang berangkat agak lama lagi, biar belanjanya bisa jenak. Saya sendiri memilih menunggu di ruang tunggu stasiun yang ada penghangatnya. Lebih nyaman.
Perjalanan ke Lyss bersama Tolak Angin |
Sesekali kami melihat aplikasi SBB mobile (aplikasi ini di Jepang namanya Hyperdia), untuk memastikan jadwal keberangkatan kereta menuju Lyss. Beberapa menit kemudian, kereta yang kami tunggu-tunggupun tiba. Setelah mendapat tempat duduk yang nyaman, saya memandang ke arah jendela, mengamati orang-orang lalu lalang.
Sambil mencicip tolak angin, terbayang agenda esok hari. Kira-kira mau kemana ya? Interlaken? Grinderwald?
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger