Tulisan kali ini masih merupakan kelanjutan dari tulisan-tulisan saya sebelumnya yaitu Perjalanan ke Negeri Switzerland, dan Perjalanan ke Negeri Switzerland part 2, serta yang terakhir adalah Hari Pertama di Switzerland.
Tema kali ini akan saya geser ke sudut padang yang agak sedikit berbeda. Saya akan mengupas tentang makanan. Yup, makanan apa saja yang sudah menyuplai energi selama mengembara di Swiss kemarin.
Ada banyak sekali kesan dan cerita seru tentang pengalaman saya pergi ke Swiss yang ingin saya bagi di dalam blog ini. Salah satu pengalaman yang cukup berkesan adalah saat mencicipi berbagai makanan disana. Wah, kira-kira apa saja ya jenis makanannya? Apakah mungkin ada Rawon, nasi pecel, atau mungkin nasi padang? Yuk! langsung dibahas saja.
Kala itu kami menginap di hotel Weisses Kreuz. Sebuah hotel yang berada di jalan Marktplatz, kota Lyss (orang disana menyebutnya sebagai Lyss village atau desa Lyss). Padahal lebih masuk akal jika disebut sebuah kota. Kalau diamati sekilas, hotel tersebut tampak seperti bangunan Eropa kuno. Kesan seram langsung terasa. Terbayang film horor Conjuring.
Namun, kesan tersebut langsung hilang saat kami masuk ke dalamnya. Astaga, hotel ini ternyata berkonsep modern lho.
Jadwal makan pagi di hotel ini dimulai pukul 06.00 - 09.00 (perlu dikonfirmasi lagi, lupa). Itu adalah jadwal saat di hari aktif. Nah kalau di saat weekend, jadwalnya sedikit berbeda, dimulai pada pukul 07.00-10.00 waktu setempat.
Kalau di hari aktif, biasanya kami sarapan mulai pukul 06.30. Itu suasananya masih gelap banget lho. Ya kalau di Indonesia mungkin seperti suasana jam 4 pagi-an. Tapi disini, orang Swiss sudah memulai hari mereka dengan semangat. Mereka sudah terbiasa dengan suasana di musim dingin.
Di musim dingin waktu malamnya akan lebih panjang daripada waktu siangnya. Sinar matahari baru akan kelihatan sekitar pukul 8 pagi. Itupun tidak terik. Suhu udara sekitar 5 derajat Celcius, bahkan bisa kurang dari itu. Matahari akan terlihat condong ke selatan.
Ketika waktu sarapan telah tiba, biasanya kami akan saling menunggu satu sama lain. Jika semua sudah siap, satu per satu langsung menuju lokasi ruang makan. Berharap ada menu istimewa berganti setiap hari.
Sesaat memasuki ruang makan, kami langsung diperlihatkan dengan meja yang berisi penuh dengan minuman ber-alkohol berbagai merek. Entah ini hanya sekedar pajangan atau memang untuk dijual.
Tema kali ini akan saya geser ke sudut padang yang agak sedikit berbeda. Saya akan mengupas tentang makanan. Yup, makanan apa saja yang sudah menyuplai energi selama mengembara di Swiss kemarin.
One should eat to live, but not live to eat
--someone
Makanan Selama di Swiss
Ada banyak sekali kesan dan cerita seru tentang pengalaman saya pergi ke Swiss yang ingin saya bagi di dalam blog ini. Salah satu pengalaman yang cukup berkesan adalah saat mencicipi berbagai makanan disana. Wah, kira-kira apa saja ya jenis makanannya? Apakah mungkin ada Rawon, nasi pecel, atau mungkin nasi padang? Yuk! langsung dibahas saja.
Menu Sarapan
Selama 12 hari mbolang di Swiss bersama 3 rekan yang lain yaitu Nala, Agri dan Rizqi, momen sarapan adalah waktu yang benar-benar saya tunggu dan nikmati. Kenapa? Ya, karena di waktu itulah saya bisa mencicipi hidangan sarapan khas eropa yang benar-benar berbeda dari biasanya. Tak hanya dari makanannya, tapi juga dari suasananya.Kala itu kami menginap di hotel Weisses Kreuz. Sebuah hotel yang berada di jalan Marktplatz, kota Lyss (orang disana menyebutnya sebagai Lyss village atau desa Lyss). Padahal lebih masuk akal jika disebut sebuah kota. Kalau diamati sekilas, hotel tersebut tampak seperti bangunan Eropa kuno. Kesan seram langsung terasa. Terbayang film horor Conjuring.
Namun, kesan tersebut langsung hilang saat kami masuk ke dalamnya. Astaga, hotel ini ternyata berkonsep modern lho.
Hotel Weisses Kreuz |
Jadwal makan pagi di hotel ini dimulai pukul 06.00 - 09.00 (perlu dikonfirmasi lagi, lupa). Itu adalah jadwal saat di hari aktif. Nah kalau di saat weekend, jadwalnya sedikit berbeda, dimulai pada pukul 07.00-10.00 waktu setempat.
Kalau di hari aktif, biasanya kami sarapan mulai pukul 06.30. Itu suasananya masih gelap banget lho. Ya kalau di Indonesia mungkin seperti suasana jam 4 pagi-an. Tapi disini, orang Swiss sudah memulai hari mereka dengan semangat. Mereka sudah terbiasa dengan suasana di musim dingin.
Di musim dingin waktu malamnya akan lebih panjang daripada waktu siangnya. Sinar matahari baru akan kelihatan sekitar pukul 8 pagi. Itupun tidak terik. Suhu udara sekitar 5 derajat Celcius, bahkan bisa kurang dari itu. Matahari akan terlihat condong ke selatan.
Ketika waktu sarapan telah tiba, biasanya kami akan saling menunggu satu sama lain. Jika semua sudah siap, satu per satu langsung menuju lokasi ruang makan. Berharap ada menu istimewa berganti setiap hari.
Meja pertama, aneka minuman jus dan buah |
Sesaat memasuki ruang makan, kami langsung diperlihatkan dengan meja yang berisi penuh dengan minuman ber-alkohol berbagai merek. Entah ini hanya sekedar pajangan atau memang untuk dijual.
Bagi orang Swiss, sepertinya hal itu sudah biasa. Minuman alkohol selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka. Apalagi ini sedang musim dingin. Katanya sih, itu bisa menghangatkan badan. Itu katanya lho ya! Saya sendiri belum pernah mencobanya dan tidak punya niat untuk mencoba.
Meja berikutnya disediakan Sereal, Selai, Roti, Susu, Keju dan Salad |
Disamping meja pertama terdapat meja kedua yang menyajikan menu sereal. Ada juga varian selai dengan berbagai macam rasa seperti coklat, madu dan strowbery (merk Schenk).
Oh iya, untuk selai, kami harus sedikit berhati-hati dalam memilih. Kemarin sempat sekali ketahuan ada 1 jenis selai yang ternyata terbuat dari bahan hewani. Tentu ini membuat kami agak ragu. Kami memilih untuk tak memakannya. Kami disini benar-benar dituntut harus lebih teliti lagi. Kalau merasa ragu halal atau tidak, lebih baik segera ditanyakan terlebih dahulu kepada pelayan.
Bisa dibilang nyaris tidak ada varian makanan yang kami coba di menu sarapan di hotel ini. Ada sih varian baru di hari kedua, itupun telur rebus (hard boiled eggs). Eh, itu dianggap menu baru ndak sih? he he.
Hotel ini benar-benar tidak menyediakan menu yang lain selama kami menginap. Ceritanya kami pernah memberanikan diri untuk memesan menu lain yaitu omelet, namun entahlah, pada akhirnya permintaan kami tidak dipenuhi juga. Sedih. ha ha.
Sebenarnya menu sarapan di hotel ini sudah mewah sekali, hanya saja perut kami tak terbiasa sarapan pakai roti terus. Orang jawa bilang, "dianggap belum makan, kalau belum makan nasi".
Dan inilah menu sarapan kami selama berada di hotel Weisses Kreuz.
Kesan di hari pertama benar-benar istimewa, namun lama kelamaan kok jadi agak bosan juga ya dengan menu yang itu-itu saja. Oh iya, sebenarnya ada menu lain yang disajikan yaitu burger / sandwich. Tapi kami tidak berani mencoba karena dagingnya terindikasi tidak halal.
Kopi hitam adalah pelengkap yang membuat menu sarapan yang tak berganti ini tetap menjadi momen istimewa yang berkesan hingga kini.
Dan berikut ini adalah beberapa menu makan siang yang diberikan kepada kami :
Ini menu pertama saya saat makan siang. Rasanya awalnya enak sih, tapi setelah masuk ke perut agak banyak, rasanya agak gimana gitu. Mungkin karena disajikan dalam kondisi dingin. Rasanya kurang bersahabat dengan perut saya. Rasa ikan salmon yang masih mentah terasa kurang enak. Jujur waktu itu saya tidak berhasil menghabiskan makanan ini. hi hi.
Menu yang satu ini rasanya cukup enak. Rasanya baru pertama kali seumur hidup saya makan jenis makanan yang satu ini. Ya lumayanlah, bisa menambah porto folio lidah dalam petualangan rasa.
Saya beberapa kali menyantap makanan jenis pasta. Rasanya ya begitu, tidak ada yang berbeda. Dengan porsi yang cukup besar, saya tetap bisa menghabiskannya. Enak!
Menu yang satu ini cukup familiar dengan lidah saya. Jadi rasanya ya pas saja. Cukup enak dan saya bisa menghabiskannya meskipun dengan porsi nasi yang lumayan banyak. Menu yang satu ini membuat saya merasa seperti di rumah. Maknyus.
Menu dengan kentang ukuran besar ini saya benar-benar suka. Kalau dilihat diatas piring, tampilannya terlihat praktis. Dari rasanya juga enak sekali. Saya suka dengan potongan ikan goreng-nya. Ketika saya berbincang-bincang dengan kolega kami, ternyata ikannya itu berasal di salah satu danau yang ada di Swiss. Ini bukan ikan laut, karena negara Swiss tidak memiliki laut.
Nah menu pada foto terakhir ini adalah yang paling istimewa menurut saya. Ini menjadi menu terfavorit saya. Bahkan seingat saya, waktu itu saya minta kepada Amanda (sang chef di dapur) untuk nambah kentang gorengnya. Ini satu-satunya menu makanan yang saya minta nambah. Jujur sebenarnya agak malu-maluin juga waktu itu. Tapi ya gimana lagi, lezat sih ^_^
Jadi ceritanya waktu itu kami baru saja pulang dari training dan ingin mencoba sesuatu (makanan) yang beda. Mengapa ingin beda? ya karena defaultnya kami hanya bisa makan di dalam kamar hotel. Itupun dengan masak mie atau bubur instan ditambah dengan telur rebus. Bahkan, ada seseorang dari kami yang hanya makan sosis saja. Menyedihkan ya.
Oke kita kembali lagi membahas soal Kebab tadi. Saat pertama datang ke Lyss, kami ingat di depan stasiun terdapat sebuah warung Kebab. Pikir kami waktu itu, Kebabnya pasti halal. Ya kan namanya saja 'Kebab', itu kan identik dengan Kebab Timur Tengah yang mayoritas negeri muslim. Siapa tahu penjualnya berasal dari negeri muslim. Di Jerman saja (tetangganya Swiss), banyak sekali warung Kebab yang halal.
Nah, sesampainya di warung Kebab tersebut, sang pelayan terlihat masih sibuk melayani pesanan 2 orang tamu pembeli. Tentu saja kami harus menunggu sebentar sambil melihat-lihat poster atau iklan yang ditempel pada pintu warung tersebut. Dalam hati, sebenarnya saya juga sedang mencari-cari, adakah logo halal di warung ini. Beberapa menit mencari kok tidak ketemu ya. Ah, makin ragu saja.
Setelah sang pelayan selesai memenuhi pesanan 2 tamu sebelumnya, kami langsung mendekati sang pelayan dan bertanya,
"Pak, Kebabnya Halal kan?" tanya kami.
Sesaat dia mengamati kami. Sepertinya dia sadar kami pendatang dari negeri muslim.
"Maaf, Kebab disini (Swiss) kebanyakan tidak halal", jawab sang pelayan sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah ngobrol lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa di negara Swiss terdapat aturan dilarang untuk membunuh binatang apapun dengan cara disembelih.
Padahal kita (umat Islam) diajarkan tentang mekanisme penyembelihan hewan dengan cara disembelih. Itu sudah menjadi tuntunan wajib dan syarat rukun yang harus dipenuhi agar daging hewan yang akan kita konsumsi, statusnya menjadi halal. Mengetahui fakta tersebut, kami mengurungkan niat. Berbalik arah, keluar dari warung itu dengan tangan kosong.
Kecewa karena tidak berhasil memakan Kebab, akhirnya kami pergi ke McDonald (McD) untuk sekedar pesan kentang goreng. Lokasi McD tidak jauh dari warung Kebab tadi. Tak apalah tidak makan Kebab, minimal saya bisa makan kentang goreng. Masak harus makan bubur lagi?
Oh iya, untuk selai, kami harus sedikit berhati-hati dalam memilih. Kemarin sempat sekali ketahuan ada 1 jenis selai yang ternyata terbuat dari bahan hewani. Tentu ini membuat kami agak ragu. Kami memilih untuk tak memakannya. Kami disini benar-benar dituntut harus lebih teliti lagi. Kalau merasa ragu halal atau tidak, lebih baik segera ditanyakan terlebih dahulu kepada pelayan.
Momen langka mengiris roti baguette |
Hotel ini benar-benar tidak menyediakan menu yang lain selama kami menginap. Ceritanya kami pernah memberanikan diri untuk memesan menu lain yaitu omelet, namun entahlah, pada akhirnya permintaan kami tidak dipenuhi juga. Sedih. ha ha.
Sebenarnya menu sarapan di hotel ini sudah mewah sekali, hanya saja perut kami tak terbiasa sarapan pakai roti terus. Orang jawa bilang, "dianggap belum makan, kalau belum makan nasi".
Dan inilah menu sarapan kami selama berada di hotel Weisses Kreuz.
Menu Breakfast di Hotel Weisses Kreuz |
Kesan di hari pertama benar-benar istimewa, namun lama kelamaan kok jadi agak bosan juga ya dengan menu yang itu-itu saja. Oh iya, sebenarnya ada menu lain yang disajikan yaitu burger / sandwich. Tapi kami tidak berani mencoba karena dagingnya terindikasi tidak halal.
Kopi di Pagi Hari
Jadi kalau disimpulkan, menu tetap sarapan di pagi hari adalah sebagai berikut :
- Sereal ditambah dengan susu sapi
- Roti + selai (coklat, madu, strawberry)
- Salad sayur dan buah
- Aneka minuman jus dan kopi. Bisa pilih kopi hitam (black coffee) atau ditambah susu / cream.
- Telur rebus (hard boiled eggs)
Kebersamaan di negeri orang |
Menu Makan Siang
Untuk menu makan siang, selama 10 hari (exclude weekend ya) telah disediakan oleh kolega kami di Swiss. Jadi kami menerima saja menu yang diberikan oleh mereka. Kami hanya memberikan batas-batas mana makanan yang tidak boleh kami makan (haram) dan mana makanan yang bisa kami makan (halal). Memilih makanan-makanan yang selain daging adalah menu yang paling aman bagi kami. Kolega kami disana baik sekali. Memenuhi segala kebutuhan kami.Dan berikut ini adalah beberapa menu makan siang yang diberikan kepada kami :
Menu Felfel, nasi +ikan Salmon mentah + potongan buah + mayonese |
Semacam 'Siomay', tekstur nya kenyal, ditaburi keju |
Pasta dengan saus tomat dan taburan keju |
Nasi putih, sayur seperti sop, semacam nugget dan sambal tomat |
1 Kentang ukuran jumbo, Ikan laut, dan tumis terong |
Kentang goreng yang diiris kotak-kotak, ikan goreng, dan salad sayur |
Menu Makan Malam
Saat malam tiba, sebenarnya kami jarang sekali mencari makanan di luar. Selain karena sudah kecapekan sehabis training, tetapi juga karena mencari makanan halal di Swiss itu tidak mudah. Seingat saya hanya dua kali saja kami pergi ke luar hotel untuk mencari makan malam.Default makan malam saya, kalau tidak makan mie instan, ya bubur instan ditambah dengan telur rebus. Kok kayak anak kost ya? ^_^ |
Makan Malam di Luar, pada Kesempatan Pertama
Momen pertama kali makan di luar adalah saat ingin mencoba makanan Kebab. Oh iya, ada sedikit cerita menarik soal Kebab ini.Jadi ceritanya waktu itu kami baru saja pulang dari training dan ingin mencoba sesuatu (makanan) yang beda. Mengapa ingin beda? ya karena defaultnya kami hanya bisa makan di dalam kamar hotel. Itupun dengan masak mie atau bubur instan ditambah dengan telur rebus. Bahkan, ada seseorang dari kami yang hanya makan sosis saja. Menyedihkan ya.
Oke kita kembali lagi membahas soal Kebab tadi. Saat pertama datang ke Lyss, kami ingat di depan stasiun terdapat sebuah warung Kebab. Pikir kami waktu itu, Kebabnya pasti halal. Ya kan namanya saja 'Kebab', itu kan identik dengan Kebab Timur Tengah yang mayoritas negeri muslim. Siapa tahu penjualnya berasal dari negeri muslim. Di Jerman saja (tetangganya Swiss), banyak sekali warung Kebab yang halal.
Nah, sesampainya di warung Kebab tersebut, sang pelayan terlihat masih sibuk melayani pesanan 2 orang tamu pembeli. Tentu saja kami harus menunggu sebentar sambil melihat-lihat poster atau iklan yang ditempel pada pintu warung tersebut. Dalam hati, sebenarnya saya juga sedang mencari-cari, adakah logo halal di warung ini. Beberapa menit mencari kok tidak ketemu ya. Ah, makin ragu saja.
Setelah sang pelayan selesai memenuhi pesanan 2 tamu sebelumnya, kami langsung mendekati sang pelayan dan bertanya,
"Pak, Kebabnya Halal kan?" tanya kami.
Sesaat dia mengamati kami. Sepertinya dia sadar kami pendatang dari negeri muslim.
"Maaf, Kebab disini (Swiss) kebanyakan tidak halal", jawab sang pelayan sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah ngobrol lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa di negara Swiss terdapat aturan dilarang untuk membunuh binatang apapun dengan cara disembelih.
Padahal kita (umat Islam) diajarkan tentang mekanisme penyembelihan hewan dengan cara disembelih. Itu sudah menjadi tuntunan wajib dan syarat rukun yang harus dipenuhi agar daging hewan yang akan kita konsumsi, statusnya menjadi halal. Mengetahui fakta tersebut, kami mengurungkan niat. Berbalik arah, keluar dari warung itu dengan tangan kosong.
Kecewa karena tidak berhasil memakan Kebab, akhirnya kami pergi ke McDonald (McD) untuk sekedar pesan kentang goreng. Lokasi McD tidak jauh dari warung Kebab tadi. Tak apalah tidak makan Kebab, minimal saya bisa makan kentang goreng. Masak harus makan bubur lagi?
Kentang goreng McD di Lyss, Swiss |
Di McD, saya, Risqi dan Agri hanya memesan kentang goreng saja, sedangkan Nala punya pesanan berbeda. Dia memesan burger. Wow, mendengar burger, pastinya yang terlintas di pikiran saya adalah adanya potongan daging di dalamnya. Namun, setelah menelisik lebih lanjut rupanya burger yang dipesan bukan sembarang burger. Namanya Vegan Burger. Katanya sih, semua bahan-bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan, tidak ada satupun yang berasal dari hewan. Ini burger yang dikhususkan untuk vegetarian. Bismillah, halal.
Di kesempatan yang kedua, akhirnya saya tergoda juga dengan burger Vegan yang dimakan oleh Nala pada kesempatan pertama kemarin. Kapan lagi kan bisa nyobain Vegan Burger di Swiss. Dan ini adalah penampakannya.
Yup. Seperti itulah makanan kami selama 12 hari berada di Swiss. Sampai bertemu di cerita-cerita menarik berikutnya. See you in the next blog post. Bye..
Makan Malam di Luar, pada Kesempatan Kedua
Vegan Burger ukuran besar bikin langsung kenyang |
Yup. Seperti itulah makanan kami selama 12 hari berada di Swiss. Sampai bertemu di cerita-cerita menarik berikutnya. See you in the next blog post. Bye..
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentarnya ya sobat blogger. Terima kasih juga sudah menggunakan kalimat yang sopan serta tidak mengandung unsur SARA dan pornografi. Komentar yang tidak sesuai, mohon maaf akan dihapus tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Btw, tunggu kunjungan saya di blog anda yah.. salam blogger